Surono: Tidak Ada Gempa di Gunung Slamet
Minggu, 14 September 2014 16:23 WIB
Ilustrasi- Asap Sulfatara Gunung Slamet Gunung Slamet mengeluarkan asap sulfatara terlihat dari Lapangan Desa Tuwel, Kabupaten Tegal, Jateng, Kamis (11/9). Sejak Rabu (10/9) malam aktivitas Gunung Slamet meningkat drastis dengan tiga tiga kali letusa
"Berdasarkan hasil pengamatan PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Gambuhan, Kabupaten Pemalang, sejak hari Sabtu (13/9), pukul 12.00 WIB, hingga Minggu (14/9), pukul 12.00 WIB, tidak ada gempa yang terekam alias nihil," katanya saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Minggu.
Bahkan, kata dia, embusan asap di puncak Gunung Slamet cenderung berkurang.
Dalam hal ini, lanjut dia, berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Sabtu (13/9), pukul 12.00-18.00 WIB, teramati embusan asap putih dengan ketinggian sekitar 300 meter dari puncak Gunung Slamet, sedangkan kegempaan nihil.
Selanjutnya, pada pukul 18.00-00.00 WIB, tidak teramati adanya asap di puncak Gunung Slamet, sedangkan kegempaan nihil.
Demikian pula dalam pengamatan yang dilakukan pada hari Minggu (14/9), pukul 00.00-06.00 WIB, asap maupun kegempaan nihil.
Sementara pada periode pengamatan pukul 06.00-12.00 WIB, teramati embusan asap putih tipis dengan ketinggian sekitar 50 meter dari puncak Gunung Slamet, sedangkan kegempaan nihil.
Surono mengakui bahwa aktivitas Gunung Slamet hingga saat ini terlihat sangat menurun.
Akan tetapi, kata dia, pihaknya belum bisa memastikan apakah aktivitas Gunung Slamet akan terus menurun atau hanya jeda sesaat.
"Kita tunggu dalam minggu-minggu ini. Kita harus tetap bersabar, apakah ini akhir 'geliat Slamet', atau hanya jeda sebentar. Keputusan hanya ada di Gunung Slamet, kita tunggu keputusan Slamet sambil tetap dalam status 'Siaga' Gunung Slamet," kata pria yang akrab dipanggil Mbah Rono itu.
Seperti diwartakan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tanggal 10 Maret 2014, pukul 22.00 WIB, menaikkan status Gunung Slamet dari "Aktif Normal" (level I) menjadi "Waspada" (level II).
Peningkatan status tersebut dilakukan karena aktivitas Gunung Slamet yang wilayahnya meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Brebes, dan Tegal itu meningkat.
Oleh karena intensitas gempa atau letusannya semakin bertambah serta abunya semakin tinggi, PVMBG pada tanggal 30 April 2014, pukul 10.00 WIB, menaikkan status Gunung Slamet dari "Waspada" (level II) menjadi "Siaga" (level III).
Selanjutnya, PVMBG menurunkan status Gunung Slamet, dari "Siaga" menjadi "Waspada" pada hari Senin, pukul 16.00 WIB, karena aktivitasnya cenderung menurun.
Akan tetapi sejak pertengahan bulan Juli 2014, Gunung Slamet kembali menunjukkan peningkatan aktivitas, sehingga PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM kembali meningkatkan status gunung tertinggi di Jateng itu menjadi "Siaga" pada hari Selasa (12/8), pukul 10.00 WIB.
Bahkan, sejak hari Rabu (10/9) hingga Jumat (12/9), aktivitas Gunung Slamet cenderung meningkat dengan mengeluarkan letusan/erupsi strombolian berupa lontaran material atau lava pijar, letusan abu, serta suara gemuruh dan dentuman sedang hingga kuat.
Bahkan, kata dia, embusan asap di puncak Gunung Slamet cenderung berkurang.
Dalam hal ini, lanjut dia, berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Sabtu (13/9), pukul 12.00-18.00 WIB, teramati embusan asap putih dengan ketinggian sekitar 300 meter dari puncak Gunung Slamet, sedangkan kegempaan nihil.
Selanjutnya, pada pukul 18.00-00.00 WIB, tidak teramati adanya asap di puncak Gunung Slamet, sedangkan kegempaan nihil.
Demikian pula dalam pengamatan yang dilakukan pada hari Minggu (14/9), pukul 00.00-06.00 WIB, asap maupun kegempaan nihil.
Sementara pada periode pengamatan pukul 06.00-12.00 WIB, teramati embusan asap putih tipis dengan ketinggian sekitar 50 meter dari puncak Gunung Slamet, sedangkan kegempaan nihil.
Surono mengakui bahwa aktivitas Gunung Slamet hingga saat ini terlihat sangat menurun.
Akan tetapi, kata dia, pihaknya belum bisa memastikan apakah aktivitas Gunung Slamet akan terus menurun atau hanya jeda sesaat.
"Kita tunggu dalam minggu-minggu ini. Kita harus tetap bersabar, apakah ini akhir 'geliat Slamet', atau hanya jeda sebentar. Keputusan hanya ada di Gunung Slamet, kita tunggu keputusan Slamet sambil tetap dalam status 'Siaga' Gunung Slamet," kata pria yang akrab dipanggil Mbah Rono itu.
Seperti diwartakan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tanggal 10 Maret 2014, pukul 22.00 WIB, menaikkan status Gunung Slamet dari "Aktif Normal" (level I) menjadi "Waspada" (level II).
Peningkatan status tersebut dilakukan karena aktivitas Gunung Slamet yang wilayahnya meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Brebes, dan Tegal itu meningkat.
Oleh karena intensitas gempa atau letusannya semakin bertambah serta abunya semakin tinggi, PVMBG pada tanggal 30 April 2014, pukul 10.00 WIB, menaikkan status Gunung Slamet dari "Waspada" (level II) menjadi "Siaga" (level III).
Selanjutnya, PVMBG menurunkan status Gunung Slamet, dari "Siaga" menjadi "Waspada" pada hari Senin, pukul 16.00 WIB, karena aktivitasnya cenderung menurun.
Akan tetapi sejak pertengahan bulan Juli 2014, Gunung Slamet kembali menunjukkan peningkatan aktivitas, sehingga PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM kembali meningkatkan status gunung tertinggi di Jateng itu menjadi "Siaga" pada hari Selasa (12/8), pukul 10.00 WIB.
Bahkan, sejak hari Rabu (10/9) hingga Jumat (12/9), aktivitas Gunung Slamet cenderung meningkat dengan mengeluarkan letusan/erupsi strombolian berupa lontaran material atau lava pijar, letusan abu, serta suara gemuruh dan dentuman sedang hingga kuat.
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024