"Dengan penutupan tersebut tentu pengiriman barang dialihkan ke jalur alternatif yaitu jalur selatan, dengan melewati jalur alternatif ini praktis ada kenaikan ongkos transportasi," ujar ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi di Semarang, Rabu.

Menurutnya, kenaikan ongkos transportasi tersebut dibebankan kepada pelaku usaha. Pemilik armada tentu tidak mau mengalami kerugian karena kenaikan biaya operasional.

Jika pengusaha menggunakan jalur alternatif untuk menghindari Jembatan Comal maka ada kenaikan biaya operasional sebesar 10-15 yang harus ditanggung oleh perusahaan.

"Meski demikian kami berusaha memahami, kondisi ini menjadi salah satu risiko yang harus dihadapi. Kami tidak memungkiri kalau kenaikan ini pasti berpengaruh terhadap penurunan laba yang diterima oleh perusahaan," jelasnya.

Penurunan laba terjadi karena pihaknya tidak bisa serta merta menaikkan harga jual produk sebagai dampak dari hambatan jalur yang harus dilewati. Menurutnya, jika dilakukan kenaikan harga maka yang rugi adalah masyarakat.

Sementara itu, pihaknya juga berharap agar aparat kepolisian maupun dinas perhubungan melakukan koordinasi yang baik terkait keamanan jalur yang harus dilewati oleh armada besar.

"Pada kejadian penutupan Jembatan Comal yang sebelumnya kemacetan berlangsung lama karena banyak pengemudi kendaraan yang kurang disiplin, dalam hal ini kami ingin agar petugas lalu lintas lebih tegas sehingga tidak memicu kemacetan yang lebih panjang," jelasnya.