"Kerinduan saya jika sudah bebas nanti, saya ingin kembali ke Lapas, tapi bukan sebagai napi. Saya akan menjadi hamba Tuhan yang melayani napi-napi yang lain untuk kembali ke jalan yang benar," kata Jhon Kei saat bertemu wartawan yang sedang meliput kegiatan Pekan Muharam 1436 Hijriah, di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Batu, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu.

Bahkan, dia mengajak teman-temannya yang berada di luar penjara untuk segera bertobat dan kembali ke jalan yang benar.

Kendati demikian, dia mengakui bahwa kemungkinan masih ada teman-temannya yang belum mau bertobat dan tetap memilih hidup di dunia kekerasan.

"Kalau enggak mau, ya sudah jalan masing-masing. Tetapi kalau 'pasukan' saya pasti mau ikut karena kalau pemimpinnya sudah kembali ke jalan yang benar, mereka pasti akan ikut," kata dia yang telah mengubah penampilannya dengan memangkas rambutnya yang gondrong menjadi pendek.

Lebih lanjut, Jhon Kei mengaku banyak perubahan yang dia rasakan sejak menghuni Lapas Batu dan mendapat bimbingan rohani secara rutin dari Pendeta Yani Liem.

Menurut dia, menjadi hamba Tuhan terasa lebih damai daripada hidup di dunia keras.

"Saya setiap hari ke gereja, pagi ke gereja, dan sore ke gereja, Alkitab ini selalu menemani saya ke manapun saya pergi. Kalau di luar (luar penjara) belum tentu baca Alkitab, yang ada malah alkohol," katanya.

Saat ditanya mengenai kemungkinan akan melakukan upaya hukum terkait vonis 16 tahun yang harus dijalani, dia mengatakan bahwa hal itu bukanlah permasalahan.

Ia mengaku akan menikmati vonis 16 tahun penjara itu sama seperti menjalani kehidupan selama 16 hari.

"Prinsip saya sejak menjadi hamba Tuhan, mau divonis 16 tahun penjara, saya menikmatinya sama seperti 16 hari saja. Dalam Alkitab yang saya pahami, mati saja merupakan keberuntungan, apalagi hidup," katanya.