"Ini luar biasa. 'Pokoke angger nggronjal, anggep wae rusak' (Pokoknya kalau dilalui terasa berguncang, anggap saja rusak, red.). Jadi, jalan tinggal dua saja, baik dan rusak," kata Ganjar di Banjarnegara, Rabu.

Menurut dia, jalan rusak berdasarkan versi masyarakat dan versi teknis Dinas Bina Marga itu berbeda.

Dalam hal ini, kata dia, jalan rusak berdasarkan versi teknis dihitung dengan kecepatan, yakni berapa kecepatan kendaraan bisa jalan.

Akan tetapi jalan rusak versi masyarakat dilihat berdasarkan perasaan saat jalan itu dilalui.

"Rakyat itu 'ndelok' (lihat, red.) kalau 'nggronjal' (saat dilalui terasa berguncang, red.) pasti rusak," tegasnya.

Oleh karena itu, kata dia, Dinas Bina Marga saat ini sedang latihan agar jalan provinsi bebas dari lubang.

"Kepala dinasnya (Kepala Dinas Bina Marga Jateng, red.) hari ini tidak ikut saya karena sedang memberi pengarahan kepada seluruh BPT (Balai Pelaksana Teknis) kita agar program jalan provinsi bebas dari lubang dapat dilaksanakan," katanya.

Menurut dia, pihaknya berusaha mendorong Dinas Bina Marga Jateng agar kinerjanya bisa diterima sesuai harapan masyarakat.

Lebih lanjut, Ganjar mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mengalokasikan anggaran untuk perbaikan infrastruktur.

"Rp2,1 triliun ini mesti harus kita kelola dengan baik-baik, tata kelolanya baik, tidak ada korupsi, teknisnya bagus," katanya.