“Saya menyampaikan keprihatinan yang sangat mendalam kepada Nazar. Mohon maaf saya harus memberikan predikat kembalinya 'si manusia burung hitam',” kata Ibas mengomentari pernyataan M. Nazaruddin yang menyebut namanya dalam dugaan kasus korupsi pengadaan alat kesehatan Rumah Sakit Khusus Pendidikan Infeksi dan Pariwisata di Universitas Udayana tahun anggaran 2009.

Menurut Ibas, tuduhan teror fitnah yang berbeda-beda dan berulang-ulang ini tidak benar dan mendasar. Kendati demikian, dirinya memahami beban mental yang dialami Nazaruddin dalam menghadapi proses hukum di KPK.

“Saya bisa memahami beban mental dan tekanan batin Saudara Nazar yang sedang diungkap oleh KPK atas seluruh dugaan kasus yang melilitnya. Oleh karena itu, saya hanya bisa berharap seluruh masalah yang sedang melilit Bung Nazar bisa dituntaskan seadil-adilnya oleh KPK dan hukum bisa ditegakkan secara benar,” ujar Ibas di Jakarta.

Ibas mengakui dirinya tidak cukup bersabar, tetapi harus supersabar atas seluruh tudingan-tudingan yang dialamatkan Nazaruddin kepadanya dan orang-orang lainnya. Ibas pun berharap Nazaruddin bisa fokus pada kasusnya.

“Alhamduliah, saya masih diberikan kesabaran dan terus berpikir positif atas semua tudingan Bung Nazar. Saya menyadari perlu supersabar dan menjaga ketenangan hati menghadapi dunia politik yang saya geluti ini. Harapannya, KPK dapat bekerja maksimal menuntaskan dugaan kasus yang dialami Bung Nazar agar hukum bisa ditegakkan seadil-adilnya. Saya juga doakan, semoga Bung Nazar diberikan pencerahan, fokus pada kasus hukumnya, dan bisa kembali ke jalan yang benar,” kata Ibas.

Ibas menekankan, “Semakin kau melontarkan 'terror fitnah' semakin pula kau menderita menembak dirimu sendiri, Bung.... Nauzubillah min zalik.”

Pada kesempatan lain, Sekretaris Fraksi Partai Demokrat DPR RI Didik Mukrianto mengatakan, “Bukan kali ini saja Nazaruddin berkicau dan menyebut nama Ibas.”

Menurut Didik, setiap ada kesempatan, Nazar selalu melemparkan tudingan itu. Didik menegaskan bahwa partainya masih berpikir positif, tidak terlalu merespons kicauan Nazar itu. "Ini sudah menjadi tabiat dia. Buat saya sih sudah sampah," kata Didikdi Gedung DPR, Jakarta, Rabu.

Kalau dikaitkan dengan posisi Ibas, baik fraksi maupun partai, lanjut Didik, putra bungsu Susilo Bambang Yudhoyono itu belum mendapatkan posisi apa-apa. Pada tahun 2009, Ibas hanya kader biasa saja.

"Mas Ibas pada tahun 2009 belum ketua fraksi, belum sekjen, kewenangannya tidak ada dalam konteks mengatur itu. Bahkan, Mas Ibas ketika dikatakan soal Bali (korupsi pengadaan alat kesehatan Rumah Sakit Khusus Pendidikan Infeksi dan Pariwisata di Universitas Udayana tahun anggaran 2009) segala macam itu, Mas Ibas di Komisi I DPR RI, bukan Komisi X. Apalagi, sampai membagi-bagikan uang terkait dengan angket pajak kepada orang-orang tertentu seperti yang disebutkan Nazaruddin ," jelas Didik.