Alwi Shihab: Radikalisme Jangan Dibiarkan Berkembang
Jumat, 5 Juni 2015 17:25 WIB
Alwi Shihab. (ANTARA)
Alwi di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa bangsa Indonesia sepatutnya khawatir dengan adanya virus kekerasan dan radikalisme yang cukup merajalela saat ini.
"Sepuluh tahun lalu kita tidak pernah membayangkan lahirnya kelompok radikalisme, terutama Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Mereka telah mencederai Islam sehingga kita tidak boleh tinggal diam untuk menangkal gerakan itu. Mereka ancaman nyata dan sudah menyebar ke berbagai negara di Timur Tengah," kata Alwi yang juga mantan Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah itu.
Ahli Islam pertama yang duduk dalam Board of Trustee pada Centre for the Study of World Religions, lembaga pengkajian yang berafiliasi dengan Harvard Divinity School itu mengaku di luar negeri banyak yang menanyakan dari mana datangnya kelompok-kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam.
Kondisi itulah, kata penyandang gelar doktor dari Universitas Ain Syam Mesir dan Universitas Temple AS itu, yang menyebabkan Islam Indonesia pun sempat dianggap radikal, padahal Islam Indonesia adalah Islam yang bernafaskan cinta dan damai.
"Islam sesungguhnya adalah agama yang bernafaskan cinta dan damai. Radikalisme selama ini menjadikan agama Islam sebagai kambing hitam untuk banyak gerakan radikalisme dan terorisme," katanya.
Oleh karena itu, umat Islam, terutama di Indonesia, harus mengubah citra Islam yang penuh kekerasan menjadi Islam yang toleran dan damai.
"Kita ingin Islam yang berkembang di Indonesia adalah Islam yang inklusif, menghargai perbedaan, dan rahmatan lil alamin," kata Alwi.
Sementara itu, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Komarudin Hidayat menilai penyebaran paham radikalisme yang mengatasnamakan Islam di Indonesia bukan hal baru, karena tidak lepas dari kaitan geografis dan kultural Indonesia.
"Di negara kita tradisi kekerasan masih menonjol sehingga itu sangat mudah dimasuki paham radikalisme," kata Komarudin.
Oleh karena itu, menurut Komarudin, untuk mencegah menguatnya radikalisme, diperlukan kepastian hukum, konstitusi, dan perdamaian.
"Sepuluh tahun lalu kita tidak pernah membayangkan lahirnya kelompok radikalisme, terutama Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Mereka telah mencederai Islam sehingga kita tidak boleh tinggal diam untuk menangkal gerakan itu. Mereka ancaman nyata dan sudah menyebar ke berbagai negara di Timur Tengah," kata Alwi yang juga mantan Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah itu.
Ahli Islam pertama yang duduk dalam Board of Trustee pada Centre for the Study of World Religions, lembaga pengkajian yang berafiliasi dengan Harvard Divinity School itu mengaku di luar negeri banyak yang menanyakan dari mana datangnya kelompok-kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam.
Kondisi itulah, kata penyandang gelar doktor dari Universitas Ain Syam Mesir dan Universitas Temple AS itu, yang menyebabkan Islam Indonesia pun sempat dianggap radikal, padahal Islam Indonesia adalah Islam yang bernafaskan cinta dan damai.
"Islam sesungguhnya adalah agama yang bernafaskan cinta dan damai. Radikalisme selama ini menjadikan agama Islam sebagai kambing hitam untuk banyak gerakan radikalisme dan terorisme," katanya.
Oleh karena itu, umat Islam, terutama di Indonesia, harus mengubah citra Islam yang penuh kekerasan menjadi Islam yang toleran dan damai.
"Kita ingin Islam yang berkembang di Indonesia adalah Islam yang inklusif, menghargai perbedaan, dan rahmatan lil alamin," kata Alwi.
Sementara itu, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Komarudin Hidayat menilai penyebaran paham radikalisme yang mengatasnamakan Islam di Indonesia bukan hal baru, karena tidak lepas dari kaitan geografis dan kultural Indonesia.
"Di negara kita tradisi kekerasan masih menonjol sehingga itu sangat mudah dimasuki paham radikalisme," kata Komarudin.
Oleh karena itu, menurut Komarudin, untuk mencegah menguatnya radikalisme, diperlukan kepastian hukum, konstitusi, dan perdamaian.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Najwa Shihab ungkap salah satu adegan favorit usai saksikan film "Buya Hamka"
18 April 2023 8:13 WIB, 2023
Terpopuler - Politik dan Hankam
Lihat Juga
Zulkifli Hasan Berharap Jakarta Kembali Tenang dan Damai Setelah Pilkada
02 February 2017 6:50 WIB, 2017
Agus: Saya hanya Sampaikan "Salam Hormat" ke Pak Maruf dan Pengurus PBNU
01 February 2017 19:04 WIB, 2017
" Presiden Jokowi Ingin Bertemu Saya, Tapi Dilarang Dua-Tiga di Sekeliling Beliau," Kata SBY
01 February 2017 18:35 WIB, 2017
Tim Anies-Sandi: Kegiatan PT MWS pada Masyarakat Tentang Reklamasi Pulau G Memaksakan Ambisi
01 February 2017 17:17 WIB, 2017
Setnov: NU Salalu Hadir sebagai Organisasi yang Suarakan Perdamaian dan Kesejukan
01 February 2017 16:41 WIB, 2017
Ahok Menyayangkan ada Pihak yang Mengadu Domba bahwa Dia Menghina Integritas PBNU
01 February 2017 16:12 WIB, 2017
Din: Tudingan Ahok Terhadap Maruf Bernada Sarkastik dan Sangat Menghina
01 February 2017 15:58 WIB, 2017
SBY perlu Klarifikasi Pernyataan Kuasa Hukum Ahok yang Mengkaitkan Fatwa MUI
01 February 2017 14:56 WIB, 2017