Hamdi: Modul Identifikasi Bisa Mengetahui Penyakitnya Para Terorisme
Jumat, 19 Juni 2015 12:50 WIB
Pembuatan modul identifikasi itu dipimpin langsung oleh Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Hamdi Muluk MSi.
"Ibarat orang sakit, ini semacam general check up. Dengan adanya instrumen identikasi itu kita akan tahu penyakitnya' itu apa dan bagaimana cara penyembuhannya," kata Hamdi seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.
Menurut Hamdi, dari identifikasi nanti bisa diketahui apakah narapidana terorisme itu termasuk dalam kelompok inti, militan, pendukung, atau sekadar penggembira.
Jadi, lanjut Hamdi, penanganannya nanti berdasarkan data karena untuk membuat program deradikalisasi dasarnya harus data-data mengingat kondisi napi terorisme itu berbeda-beda.
"Selama ini upaya itu dilakukan hanya dengan memakai perasaan. Jadi, ini terobosan yang sangat bagus dari BNPT," kata Hamdi.
Hamdi menjabarkan, instrumen identifikasi ini akan mengungkap dari yang paling awal yaitu motif mereka masuk kelompok radikalisme, aspirasi politik mereka, sikap dia terhadap negara, masyarakat, demokrasi, toleransi. Juga sikap mereka tentang umat Islam yang diperlakukan tidak adil, dipencilkan, dimarjinalisasi.
"Karena itu yang biasanya mendorong mereka untuk melakukan jihad. Kita ukur bagaimana pemahaman tentang jihad, khususnya jihad khittoh (jihad perang). Apakah jihadnya sepotong-sepotong, bagaimana konsepsi dia tentang hubungan Islam dengan negara, keharusan mendirikan negara Islam, dan tingkat dia melakukan tindakan kekerasan, juga tingkat fundamentalisme dan fanatisme," kata Hamdi.
Ketua Bidang Resosialisasi dan Rehabilitasi (Resoshab) BNPT Werijon berharap dengan adanya modul ini, kualitas petugas Lapas dalam hal pembinaan narapidana tindak pidana terorisme itu lebih meningkat.
"Karena selama ini proses itu dilakukan dengan mengira-ngira dan memperhatikan saja," kata dia seraya menyatakan bahwa pendekatan terhadap narapidana tindak pidana terorisme memang memerlukan kesabaran dan trik khusus.
"Ibarat orang sakit, ini semacam general check up. Dengan adanya instrumen identikasi itu kita akan tahu penyakitnya' itu apa dan bagaimana cara penyembuhannya," kata Hamdi seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.
Menurut Hamdi, dari identifikasi nanti bisa diketahui apakah narapidana terorisme itu termasuk dalam kelompok inti, militan, pendukung, atau sekadar penggembira.
Jadi, lanjut Hamdi, penanganannya nanti berdasarkan data karena untuk membuat program deradikalisasi dasarnya harus data-data mengingat kondisi napi terorisme itu berbeda-beda.
"Selama ini upaya itu dilakukan hanya dengan memakai perasaan. Jadi, ini terobosan yang sangat bagus dari BNPT," kata Hamdi.
Hamdi menjabarkan, instrumen identifikasi ini akan mengungkap dari yang paling awal yaitu motif mereka masuk kelompok radikalisme, aspirasi politik mereka, sikap dia terhadap negara, masyarakat, demokrasi, toleransi. Juga sikap mereka tentang umat Islam yang diperlakukan tidak adil, dipencilkan, dimarjinalisasi.
"Karena itu yang biasanya mendorong mereka untuk melakukan jihad. Kita ukur bagaimana pemahaman tentang jihad, khususnya jihad khittoh (jihad perang). Apakah jihadnya sepotong-sepotong, bagaimana konsepsi dia tentang hubungan Islam dengan negara, keharusan mendirikan negara Islam, dan tingkat dia melakukan tindakan kekerasan, juga tingkat fundamentalisme dan fanatisme," kata Hamdi.
Ketua Bidang Resosialisasi dan Rehabilitasi (Resoshab) BNPT Werijon berharap dengan adanya modul ini, kualitas petugas Lapas dalam hal pembinaan narapidana tindak pidana terorisme itu lebih meningkat.
"Karena selama ini proses itu dilakukan dengan mengira-ngira dan memperhatikan saja," kata dia seraya menyatakan bahwa pendekatan terhadap narapidana tindak pidana terorisme memang memerlukan kesabaran dan trik khusus.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
176 peserta PMM 2022 di Unsoed Purwokerto ikuti Kelas Modul Nusantara
23 October 2022 7:32 WIB, 2022
Terpopuler - Politik dan Hankam
Lihat Juga
Zulkifli Hasan Berharap Jakarta Kembali Tenang dan Damai Setelah Pilkada
02 February 2017 6:50 WIB, 2017
Agus: Saya hanya Sampaikan "Salam Hormat" ke Pak Maruf dan Pengurus PBNU
01 February 2017 19:04 WIB, 2017
" Presiden Jokowi Ingin Bertemu Saya, Tapi Dilarang Dua-Tiga di Sekeliling Beliau," Kata SBY
01 February 2017 18:35 WIB, 2017
Tim Anies-Sandi: Kegiatan PT MWS pada Masyarakat Tentang Reklamasi Pulau G Memaksakan Ambisi
01 February 2017 17:17 WIB, 2017
Setnov: NU Salalu Hadir sebagai Organisasi yang Suarakan Perdamaian dan Kesejukan
01 February 2017 16:41 WIB, 2017
Ahok Menyayangkan ada Pihak yang Mengadu Domba bahwa Dia Menghina Integritas PBNU
01 February 2017 16:12 WIB, 2017
Din: Tudingan Ahok Terhadap Maruf Bernada Sarkastik dan Sangat Menghina
01 February 2017 15:58 WIB, 2017
SBY perlu Klarifikasi Pernyataan Kuasa Hukum Ahok yang Mengkaitkan Fatwa MUI
01 February 2017 14:56 WIB, 2017