Kemarau, Boyolali Surplus Pangan 137 Ribu Ton
Selasa, 8 September 2015 8:30 WIB
Seorang petani memanen padi dengan menggunakan mesin Combine Halverster padi dilahan pertanian Desa Keyongan, Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/Rei/mes/15.
"Ketersediaan pangan di Boyolali hingga akhir Agustus 2015 mengalami surplus sekitar 137 ribu ton setara beras," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Boyolali Juwaris di Boyolali, Selasa.
Ia mengatakan realisasi produksi pangan di Boyolali hingga Agustus 2015 mencapai 229.685 ton gabah kering panen dengan luas panen sekitar 41 ribu hektare.
Dia mengatakan ketersediaan pangan mencapai 202.917 ton setara beras, sedangkan kebutuhan pangan di Boyolali mencapai 65.917 ton per tahun dengan jumlah penduduk 947.813 jiwa.
"Sehingga ketersediaan pangan di wilayah ini masih surplus," katanya.
Hal tersebut, kata Juwaris, berkat meningkatnya kesadaran para petani untuk terus lebih giat lagi mendukung pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan.
Dia menjelaskan produksi beras melimpah di sejumlah sentra padi, terutama di wilayah Boyolali selatan, seperti Banyudono dan Ngemplak, karena memiliki sarana irigasi teknis yang bisa melayani kebutuhan petani sepanjang tahun.
Bahkan, katanya, petani yang memanfaatkan lahan tadah hujan, kini memilih menanam palawija, seperti kacang tanah dan jagung.
Hal itu, katanya, sesuai dengan musim kemarau saat ini. Mereka membuat sumur di lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan tanamannya.
Ia menjelaskan tentang salah satu strategi menjaga ketahanan pangan di Boyolali, yakni melalui pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Desa (LPMD). Lumbung itu menjadi penyimpanan cadangan beras yang bisa digunakan sewaktu-waktu dalam kondisi darurat.
"Memang idealnya setiap desa memiliki satu lumbung pangan yang berguna untuk menunjang ketahanan pangan masyarakat, khususnya pada waktu musim paceklik seperti saat ini," katanya.
Hingga saat ini, realisasi jumlah lumbung padi di Boyolali baru 47 lumbung yang tersebar di 16 kecamatan dengan kapasitas sekitar 50 ton.
Ia mengatakan realisasi produksi pangan di Boyolali hingga Agustus 2015 mencapai 229.685 ton gabah kering panen dengan luas panen sekitar 41 ribu hektare.
Dia mengatakan ketersediaan pangan mencapai 202.917 ton setara beras, sedangkan kebutuhan pangan di Boyolali mencapai 65.917 ton per tahun dengan jumlah penduduk 947.813 jiwa.
"Sehingga ketersediaan pangan di wilayah ini masih surplus," katanya.
Hal tersebut, kata Juwaris, berkat meningkatnya kesadaran para petani untuk terus lebih giat lagi mendukung pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan.
Dia menjelaskan produksi beras melimpah di sejumlah sentra padi, terutama di wilayah Boyolali selatan, seperti Banyudono dan Ngemplak, karena memiliki sarana irigasi teknis yang bisa melayani kebutuhan petani sepanjang tahun.
Bahkan, katanya, petani yang memanfaatkan lahan tadah hujan, kini memilih menanam palawija, seperti kacang tanah dan jagung.
Hal itu, katanya, sesuai dengan musim kemarau saat ini. Mereka membuat sumur di lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan tanamannya.
Ia menjelaskan tentang salah satu strategi menjaga ketahanan pangan di Boyolali, yakni melalui pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Desa (LPMD). Lumbung itu menjadi penyimpanan cadangan beras yang bisa digunakan sewaktu-waktu dalam kondisi darurat.
"Memang idealnya setiap desa memiliki satu lumbung pangan yang berguna untuk menunjang ketahanan pangan masyarakat, khususnya pada waktu musim paceklik seperti saat ini," katanya.
Hingga saat ini, realisasi jumlah lumbung padi di Boyolali baru 47 lumbung yang tersebar di 16 kecamatan dengan kapasitas sekitar 50 ton.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024