Intip Strategi Marketing Bukalapak.com
Jumat, 19 Februari 2016 11:19 WIB
Founder dan CEO Bukalapak.com, Achmad Zaky, dalam peresmian kantor baru Bukalapak.com yang berlokasi di Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (12/1/2015). (ANTARA News/ Arindra Meodia)
Usai menjadi pembicara dalam forum diskusi Lingkar Kemang pertama yang mengangkat tema "From Numbers to Emotionâ€, Kamis malam, Head of Marketing Bukalapak, Bayu Sherly, mengungkap strategi Bukalapak.com, mulai dari aplikasi mobile, iklan televisi, sosial media, hingga komunitas offline.
Untuk meningkatkan pengguna dari aplikasi mobile, Bayu menyebutkan, Bukalapak meningkatkan kualitas dari sisi produk. Tidak hanya itu, meningkatkan layanan aplikasi untuk pengguna juga menjadi strategi tersendiri.
"Pertama, improvement dari segi produk yaitu dari sisi teknis mobile apps. Kemudian, dari konsumen, kami banyak melakukan inisiatif, seperti kode voucher yang hanya dapat digunakan lewat aplikasi," kata Bayu.
Sementara itu, untuk meningkatkan kesadaran terhadap keberadaan Bukalapak.com, Bayu mengatakan bahwa iklan televisi masih menjadi cara yang tepat.
"TV masih kami perlukan untuk menggapai penonton yang lebih luas. Kita harus mengakui bahwa orang banyak mengakses TV kalau kita bicara mass audience terutama di daerah," ujar dia.
"TV bagus untuk content delivery. Ketika mereka tertarik mereka akan menuju ke internet. Selanjutnya kehadiran kami di sosial media," sambung dia.
Baik media Televisi maupun media sosial, menurut Bayu, memiliki presentase kesuksesan yang sama besar. "Masing-masing marketing channel punya fungsinya," kata dia.
Tahun ini, Bukalapak.com menargetkan untuk memiliki 2-3 juta pelapak. Bayu optimistis dapat mencapai angka tersebut. Pasalnya, Bayu melihat industri e-commerce masih memiliki kesempatan yang sangat luas.
"Tahun ini kami menargetkan punya jumlah pelapak 2 hingga 3 juta, karena Indonesia punya UKM lebih dari 50 juta, yang baru memakai Bukalapak 500 ribu, potensinya masih sangat besar," ujar dia.
Untuk meningkatkan jumlah pelapak, Bukalapak mengandalkan komunitas offline yang berada di kota-kota besar maupun di daerah.
"Bukalapak cenderung unik dibanding yang lain, kami kuat di komunitas di hampir semua kota besar, bahkan di kota-kota kecil komunitasnya sangat kuat," kata Bayu.
"Komunitas itu muncul secara organik, mereka membuat acara sendiri, yang menarik mereka selalu sharing. Pelapak-pelapak yang sudah sukses berbagi pengalaman," lanjut dia.
Dari Bukalapak sendiri, untuk mempertahankan bahkan meningkatkan jumlah pelapak, Bayu meyebutkan bahwa dapat menyeimbangkan jumlah pembeli dan pelapak merupakan tugas utama.
"Untuk meningkatkan pelapak, kami menargetkan 1 pelapak 12 pembeli. Tugas kami bagaimana semakin banyak pembeli, jadi pelapak akan percaya untuk tetap berjualan di Bukalapak," ujar dia.
"Tugas saya sebagai marketing bisa mempopulerkan platform Bukalapak, mereka (pelapak) tidak perlu buka toko, mereka tidak perlu memasarkan, itu semua kami bantu," tambah dia.
Untuk meningkatkan pengguna dari aplikasi mobile, Bayu menyebutkan, Bukalapak meningkatkan kualitas dari sisi produk. Tidak hanya itu, meningkatkan layanan aplikasi untuk pengguna juga menjadi strategi tersendiri.
"Pertama, improvement dari segi produk yaitu dari sisi teknis mobile apps. Kemudian, dari konsumen, kami banyak melakukan inisiatif, seperti kode voucher yang hanya dapat digunakan lewat aplikasi," kata Bayu.
Sementara itu, untuk meningkatkan kesadaran terhadap keberadaan Bukalapak.com, Bayu mengatakan bahwa iklan televisi masih menjadi cara yang tepat.
"TV masih kami perlukan untuk menggapai penonton yang lebih luas. Kita harus mengakui bahwa orang banyak mengakses TV kalau kita bicara mass audience terutama di daerah," ujar dia.
"TV bagus untuk content delivery. Ketika mereka tertarik mereka akan menuju ke internet. Selanjutnya kehadiran kami di sosial media," sambung dia.
Baik media Televisi maupun media sosial, menurut Bayu, memiliki presentase kesuksesan yang sama besar. "Masing-masing marketing channel punya fungsinya," kata dia.
Tahun ini, Bukalapak.com menargetkan untuk memiliki 2-3 juta pelapak. Bayu optimistis dapat mencapai angka tersebut. Pasalnya, Bayu melihat industri e-commerce masih memiliki kesempatan yang sangat luas.
"Tahun ini kami menargetkan punya jumlah pelapak 2 hingga 3 juta, karena Indonesia punya UKM lebih dari 50 juta, yang baru memakai Bukalapak 500 ribu, potensinya masih sangat besar," ujar dia.
Untuk meningkatkan jumlah pelapak, Bukalapak mengandalkan komunitas offline yang berada di kota-kota besar maupun di daerah.
"Bukalapak cenderung unik dibanding yang lain, kami kuat di komunitas di hampir semua kota besar, bahkan di kota-kota kecil komunitasnya sangat kuat," kata Bayu.
"Komunitas itu muncul secara organik, mereka membuat acara sendiri, yang menarik mereka selalu sharing. Pelapak-pelapak yang sudah sukses berbagi pengalaman," lanjut dia.
Dari Bukalapak sendiri, untuk mempertahankan bahkan meningkatkan jumlah pelapak, Bayu meyebutkan bahwa dapat menyeimbangkan jumlah pembeli dan pelapak merupakan tugas utama.
"Untuk meningkatkan pelapak, kami menargetkan 1 pelapak 12 pembeli. Tugas kami bagaimana semakin banyak pembeli, jadi pelapak akan percaya untuk tetap berjualan di Bukalapak," ujar dia.
"Tugas saya sebagai marketing bisa mempopulerkan platform Bukalapak, mereka (pelapak) tidak perlu buka toko, mereka tidak perlu memasarkan, itu semua kami bantu," tambah dia.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Public Expose Live 2024: Kinerja positif dan strategi BRI tumbuh sehat berkelanjutan
29 August 2024 14:52 WIB