Limbah Sampah, Atikah Olah Jadi Gaun Indah
Kamis, 25 Februari 2016 21:50 WIB
Ilustrasi (ANTARA Foto/Idhad Zakaria)
"Saya sudah membuat beberapa hasil kerajinan dari limbah sampah, seperti gaun, tas, dompet telepon seluler (ponsel), dan rompi," kata perempuan kelahiran Salatiga, 18 Januari 1978 itu di Semarang, Kamis.
Di sela kesibukannya sehari-hari menjajakan makanan ringan di kawasan Balai Kota Semarang, ibu empat anak itu ternyata menyempatkan waktu untuk berkreasi mengolah sampah yang semula dianggap tak berguna.
Dengan tangan dinginnya, Atikah mulai berkreasi mengolah sampah sejak empat bulan lalu yang diawalinya dengan mencoba-coba menyulam sampah plastik, seperti "tas kresek" menjadi sebuah gaun.
"Pertama kali membuat, satu gaun untuk ukuran anak-anak membutuhkan waktu hingga satu bulan. Bahannya kira-kira 100-an kantong plastik," kata perempuan yang memang memiliki hobi menyulam itu.
Meski soal sulam-menyulam sudah tak asing baginya, namun secara teknis Atikah sempat mengalami kesulitan membuat gaun dari kantong plastik itu, sebab dirinya tidak terbiasa menyulam plastik.
Setelah satu gaun perdananya selesai, ia segera mencoba membuat hasil kerajinan lainnya, seperti tudung saji, dompet ponsel, rompi, hingga tas dengan mengeksplorasi bahan limbah sampah yang ada.
"Untuk gaun, bahan dan alat yang dibutuhkan simpel, yakni kapas, minyak goreng bekas, botol bekas, korek, dan gunting," kata Atikah yang menempati rumah kerabatnya di Lerep, Ungaran, Kabupaten Semarang.
Penghasilan yang didapatkannya dari menjajakan makanan ringan dari kantor ke kantor sekitar Rp500 ribu/bulan, diakuinya tidak cukup untuk menghidupi empat anaknya yang satu di antaranya masih balita.
Di rumah kerabatnya di Kelurahan Lerep, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Atikah pun dijuluki sebagai arsitek sampah karena kegemarannya mengutak-atik limbah sampah jadi produk kerajinan.
Sudah cukup banyak produk kerajinan yang dihasilkannya dari mengolah limbah sampah, namun perempuan kreatif itu sampai sekarang belum berpikir untuk memasarkan secara luas hasil karyanya.
"Masih terus memproduksi, namun belum dijual. Kalau ada yang tertarik, saya mungkin menerima pesanan," kata Atikah yang memiliki impian membuat butik khusus dari pengelolaan limbah sampah plastik.
Di sela kesibukannya sehari-hari menjajakan makanan ringan di kawasan Balai Kota Semarang, ibu empat anak itu ternyata menyempatkan waktu untuk berkreasi mengolah sampah yang semula dianggap tak berguna.
Dengan tangan dinginnya, Atikah mulai berkreasi mengolah sampah sejak empat bulan lalu yang diawalinya dengan mencoba-coba menyulam sampah plastik, seperti "tas kresek" menjadi sebuah gaun.
"Pertama kali membuat, satu gaun untuk ukuran anak-anak membutuhkan waktu hingga satu bulan. Bahannya kira-kira 100-an kantong plastik," kata perempuan yang memang memiliki hobi menyulam itu.
Meski soal sulam-menyulam sudah tak asing baginya, namun secara teknis Atikah sempat mengalami kesulitan membuat gaun dari kantong plastik itu, sebab dirinya tidak terbiasa menyulam plastik.
Setelah satu gaun perdananya selesai, ia segera mencoba membuat hasil kerajinan lainnya, seperti tudung saji, dompet ponsel, rompi, hingga tas dengan mengeksplorasi bahan limbah sampah yang ada.
"Untuk gaun, bahan dan alat yang dibutuhkan simpel, yakni kapas, minyak goreng bekas, botol bekas, korek, dan gunting," kata Atikah yang menempati rumah kerabatnya di Lerep, Ungaran, Kabupaten Semarang.
Penghasilan yang didapatkannya dari menjajakan makanan ringan dari kantor ke kantor sekitar Rp500 ribu/bulan, diakuinya tidak cukup untuk menghidupi empat anaknya yang satu di antaranya masih balita.
Di rumah kerabatnya di Kelurahan Lerep, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Atikah pun dijuluki sebagai arsitek sampah karena kegemarannya mengutak-atik limbah sampah jadi produk kerajinan.
Sudah cukup banyak produk kerajinan yang dihasilkannya dari mengolah limbah sampah, namun perempuan kreatif itu sampai sekarang belum berpikir untuk memasarkan secara luas hasil karyanya.
"Masih terus memproduksi, namun belum dijual. Kalau ada yang tertarik, saya mungkin menerima pesanan," kata Atikah yang memiliki impian membuat butik khusus dari pengelolaan limbah sampah plastik.
Pewarta : -
Editor : Zuhdiar Laeis
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kolaborasi Unsoed-FIO China dorong pengelolaan sampah plastik dan edukasi mikroplastik di Cilacap
14 October 2024 8:44 WIB
MotoGP Mandalika 2024, Indosat Ooredoo Hutchison kampanyekan Sampah Jadi Pulsa
28 September 2024 16:02 WIB
Kampanye World Cleanup Day,pengunjung CFD di Semarang diajak pilah sampah
24 September 2024 14:09 WIB