Nasaruddin: Jangan Percaya Konsep Jihad Versi Nonulama
Selasa, 5 April 2016 14:24 WIB
Prof DR KH Nasaruddin Umar. (ANTARA/Rosa Panggabean)
"Percaya penuh pada ulama MUI, NU, dan Muhammadiyah. Tanya ke ulama apa makna jihad dan mati syahid sesuai dengan Al Quran dan Al Hadits. Jangan percaya konsep jihad versi nonulama karena pasti akan menyesatkan," katanya di Jakarta, Selasa.
Mantan Wakil Menteri Agama RI itu menegaskan bahwa jihad versi nonulama tidak lebih dari tindakan bunuh diri yang notabene justru dilarang oleh Islam, seperti yang dilakukan pelaku teroris dengan aksi bom bunuh diri.
Dikemukakannya, jihad sesuai dengan Al Quran dan Al Hadits bukan membunuh orang, tapi jihad yang dilakukan Nabi Muhammad SAW adalah untuk menghidupkan orang dan menghidupkan kemanusiaan.
Menurut dia, adalah salah besar kalau ada orang yang mengaku berjihad dengan membunuh orang, apalagi korbannya orang yang tidak berdosa.
Ia mencontohkan aksi-aksi bom bunuh diri di Pakistan, Turki, Suriah, dan Baghdad beberapa waktu lalu, dengan korban meninggal yang paling banyak justru umat Islam.
"Bagaimana itu disebut jihad dan bagaimana mereka mengaku sebagai orang Islam, sementara yang mereka bunuh orang Islam juga. Jadi logika kita, kelompok teroris itu bukan jihad, tapi bunuh diri. Saya tidak tahu siapa yang meracuni mereka," ujar Nasaruddin.
Ia mencontohkan pula, jihad yang benar adalah jihad yang dilakukan Rasulullah Muhammad SAW yang selalu berhasil dengan mengesankan. Di medan perang dan di medan perundingan, Rasulullah selalu menang, disegani, dan diperhitungkan kawan dan lawan.
"Jihad Rasulullah lebih mengedepankan pendekatan soft power dan lebih banyak menyelesaikan persoalan dan tantangan tanpa kekerasan," kata Nasaruddin.
Kalau terpaksa harus melalui perang fisik terbuka, Rasulullah selalu mengingatkan pasukannya agar tidak melakukan tiga hal, yaitu tidak membunuh anak-anak dan perempuan, tidak merusak tanaman, dan tidak menghancurkan rumah-rumah ibadah musuh.
"Kalau musuh sudah angkat tangan, apalagi kalau telah bersyahadat, tidak boleh lagi diganggu," terang Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah ini.
Nasaruddin menerangkan, konsep jihad ada empat. Pertama niat, kedua usaha, yang dilanjutkan dengan logika yang masuk akal alias tidak boleh nekat, sedangkan keempat harus dikonfirmasi ke batin (mujahadah).
"Kalau jihad itu tidak masuk akal atau tidak dikonfirmasi ke batin, itu jelas bukan jihad. Bahkan bila jihad dilakukan dalam pengertian ngawur, itu sama saja dengan bunuh diri atau konyol," katanya menambahkan.
Mantan Wakil Menteri Agama RI itu menegaskan bahwa jihad versi nonulama tidak lebih dari tindakan bunuh diri yang notabene justru dilarang oleh Islam, seperti yang dilakukan pelaku teroris dengan aksi bom bunuh diri.
Dikemukakannya, jihad sesuai dengan Al Quran dan Al Hadits bukan membunuh orang, tapi jihad yang dilakukan Nabi Muhammad SAW adalah untuk menghidupkan orang dan menghidupkan kemanusiaan.
Menurut dia, adalah salah besar kalau ada orang yang mengaku berjihad dengan membunuh orang, apalagi korbannya orang yang tidak berdosa.
Ia mencontohkan aksi-aksi bom bunuh diri di Pakistan, Turki, Suriah, dan Baghdad beberapa waktu lalu, dengan korban meninggal yang paling banyak justru umat Islam.
"Bagaimana itu disebut jihad dan bagaimana mereka mengaku sebagai orang Islam, sementara yang mereka bunuh orang Islam juga. Jadi logika kita, kelompok teroris itu bukan jihad, tapi bunuh diri. Saya tidak tahu siapa yang meracuni mereka," ujar Nasaruddin.
Ia mencontohkan pula, jihad yang benar adalah jihad yang dilakukan Rasulullah Muhammad SAW yang selalu berhasil dengan mengesankan. Di medan perang dan di medan perundingan, Rasulullah selalu menang, disegani, dan diperhitungkan kawan dan lawan.
"Jihad Rasulullah lebih mengedepankan pendekatan soft power dan lebih banyak menyelesaikan persoalan dan tantangan tanpa kekerasan," kata Nasaruddin.
Kalau terpaksa harus melalui perang fisik terbuka, Rasulullah selalu mengingatkan pasukannya agar tidak melakukan tiga hal, yaitu tidak membunuh anak-anak dan perempuan, tidak merusak tanaman, dan tidak menghancurkan rumah-rumah ibadah musuh.
"Kalau musuh sudah angkat tangan, apalagi kalau telah bersyahadat, tidak boleh lagi diganggu," terang Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah ini.
Nasaruddin menerangkan, konsep jihad ada empat. Pertama niat, kedua usaha, yang dilanjutkan dengan logika yang masuk akal alias tidak boleh nekat, sedangkan keempat harus dikonfirmasi ke batin (mujahadah).
"Kalau jihad itu tidak masuk akal atau tidak dikonfirmasi ke batin, itu jelas bukan jihad. Bahkan bila jihad dilakukan dalam pengertian ngawur, itu sama saja dengan bunuh diri atau konyol," katanya menambahkan.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Pendidikan
Lihat Juga
Menristekdikti: Program "Sarjana masuk desa" Berikan Inovasi Pertanian dan Peternakan
31 January 2017 15:33 WIB, 2017
Pagelaran Wayang Kulit, PDIP Ingin Masyarakat Jakarta Junjung Tinggi Kebhinekaan
29 January 2017 7:05 WIB, 2017
Presiden ingin Sekolah Wajibkan Murid ikut Kegiatan Luar dalam Ekstrakulikuler
26 January 2017 12:50 WIB, 2017
Presiden: Kartu Indonesia Pintar yang akan Dibagikan pada 2017 Sebanyak 19 Juta
26 January 2017 12:02 WIB, 2017
Kemendikbud tidak hanya Menghabiskan Uang, tetapi bisa Menghasilkan Uang, Kata Muhajir
24 January 2017 11:23 WIB, 2017
Mendikbud: Pengalihan Penyelenggaraan SMA/SMK ke Provinsi Diperbaiki
17 January 2017 14:52 WIB, 2017
Nilai-Nilai Kebhinekaan perlu Dipelihara dan Dikembangkan seluruh Lembaga Pendidikan
17 January 2017 12:11 WIB, 2017
Menhub Ingin Pilot lulusan sarjana menambah Kedewasaan dan Wawasan Luas
13 January 2017 18:05 WIB, 2017