Front Pancasila Tolak Simposium 1965, karena Dinilai bisa Bangkitkan Paham Komunis
Senin, 18 April 2016 13:08 WIB
Jakarta, Antara Jateng - Simposium nasional yang diadakan Kementerian
Politik, Hukum, dan Keamanan di Jakarta, Senin, dengan tema "Membedah
Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan" mendapat penolakan dari sekumpulan
orang yang tergabung dalam Front Pancasila.
Front Pancasila menolak simposium nasional tersebut karena menurut mereka tema yang diusung tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
Front Pancasila melakukan orasi dan penyampaian pendapat di Tugu Tani, atau sekitar 50 meter dari lokasi penyelenggaraan simposium di Hotel Aryaduta.
Salah satu orator dari Front Pancasila dalam orasinya mengatakan simposium yang sedang digelar berpotensi untuk membangkitkan kembali paham komunisme di Indonesia.
Front Pancasila juga meminta pemerintah tidak meminta maaf pada korban-korban pada 1965-1966.
Aksi penyampaian pendapat di Tugu Tani menyebabkan kemacetan pada arus lalu lintas ke arah Monumen Nasional dan sebaliknya.
Pihak kepolisian sempat menahan beberapa orang demonstran dari Front Pancasila karena menolak untuk mematuhi arahan pihak polisi untuk terus berjalan agar tidak menyebabkan kemacetan. Demonstran tersebut ditangkap dan ditahan oleh polisi di salah satu gerai makanan cepat saji yang berada di dekat lokasi.
Sementara kawanan demonstran lainnya dipaksa oleh polisi untuk segera melanjutkan aksi penyampaian pendapat ke arah Jalan Medan Merdeka Selatan.
Simposium nasional tersebut diadakan 18-19 April 2016 di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat. Pada pembukaan, acara tersebut dihadiri Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamananan Luhut B Pandjaitan, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly, dan Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti.
Beberapa tokoh nasional juga hadir di simposium nasional tersebut, di antaranya mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif dan rohaniwan Katolik Franz Magnis-Suseno.
Front Pancasila menolak simposium nasional tersebut karena menurut mereka tema yang diusung tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
Front Pancasila melakukan orasi dan penyampaian pendapat di Tugu Tani, atau sekitar 50 meter dari lokasi penyelenggaraan simposium di Hotel Aryaduta.
Salah satu orator dari Front Pancasila dalam orasinya mengatakan simposium yang sedang digelar berpotensi untuk membangkitkan kembali paham komunisme di Indonesia.
Front Pancasila juga meminta pemerintah tidak meminta maaf pada korban-korban pada 1965-1966.
Aksi penyampaian pendapat di Tugu Tani menyebabkan kemacetan pada arus lalu lintas ke arah Monumen Nasional dan sebaliknya.
Pihak kepolisian sempat menahan beberapa orang demonstran dari Front Pancasila karena menolak untuk mematuhi arahan pihak polisi untuk terus berjalan agar tidak menyebabkan kemacetan. Demonstran tersebut ditangkap dan ditahan oleh polisi di salah satu gerai makanan cepat saji yang berada di dekat lokasi.
Sementara kawanan demonstran lainnya dipaksa oleh polisi untuk segera melanjutkan aksi penyampaian pendapat ke arah Jalan Medan Merdeka Selatan.
Simposium nasional tersebut diadakan 18-19 April 2016 di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat. Pada pembukaan, acara tersebut dihadiri Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamananan Luhut B Pandjaitan, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly, dan Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti.
Beberapa tokoh nasional juga hadir di simposium nasional tersebut, di antaranya mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif dan rohaniwan Katolik Franz Magnis-Suseno.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Politik dan Hankam
Lihat Juga
Zulkifli Hasan Berharap Jakarta Kembali Tenang dan Damai Setelah Pilkada
02 February 2017 6:50 WIB, 2017
Agus: Saya hanya Sampaikan "Salam Hormat" ke Pak Maruf dan Pengurus PBNU
01 February 2017 19:04 WIB, 2017
" Presiden Jokowi Ingin Bertemu Saya, Tapi Dilarang Dua-Tiga di Sekeliling Beliau," Kata SBY
01 February 2017 18:35 WIB, 2017
Tim Anies-Sandi: Kegiatan PT MWS pada Masyarakat Tentang Reklamasi Pulau G Memaksakan Ambisi
01 February 2017 17:17 WIB, 2017
Setnov: NU Salalu Hadir sebagai Organisasi yang Suarakan Perdamaian dan Kesejukan
01 February 2017 16:41 WIB, 2017
Ahok Menyayangkan ada Pihak yang Mengadu Domba bahwa Dia Menghina Integritas PBNU
01 February 2017 16:12 WIB, 2017
Din: Tudingan Ahok Terhadap Maruf Bernada Sarkastik dan Sangat Menghina
01 February 2017 15:58 WIB, 2017
SBY perlu Klarifikasi Pernyataan Kuasa Hukum Ahok yang Mengkaitkan Fatwa MUI
01 February 2017 14:56 WIB, 2017