Tokoh Pers senior Sabam Siagian Meninggal Dunia
Jumat, 3 Juni 2016 17:32 WIB
Sabam Siagian (Wikipedia)
Jakarta, Antara Jateng - Tokoh pers senior Sabam Pandapotan Siagian meninggal dunia pada usia 84 tahun setelah dirawat di Rumah Sakit Siloam, Semanggi, Jakarta, pukul 16.30 WIB.
"Telah berpulang senior kita Bapak Sabam Siagian di RS Siloam Semanggi pukul 16.30 (WIB)," demikian bunyi kabar tersiar yang awalnya dari grup chat whatsapp Lembaga Pers Doktor Soetomo (LPDS), Jumat sore ini.
Lahir di Jakarta pada 4 Mei 1932, Sabam adalah wartawan senior negeri ini yang pernah menjabat Duta Besar RI di Australia periode 1967-1973.
Sempat masuk Fakultas Hukum dan Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Indonesia, namun karena tidak terlalu tertarik ia memutuskan pindah ke Akademi Dinas Luar Negeri (ADLN) tapi tidak selesai juga. Pada 1978, ia mengikuti program Nieman Fellow for Journalism dari Harvard University, Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat.
Pada 1950-an, ia pernah mengelola majalah milik Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan kemudian menggagas pendirian Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia.
Pada pertengahan 1960-an, ia bekerja pada bagian riset perwakilan PBB di Indonesia.
Ia juga menyandang tanda kehormatan bintang jasa utama. Usai karier diplomatnya ia kembali ke dunia pers dan berkutat di Suara Pembaruan sebagai presiden komisaris dan The Jakarta Post dan termasuk dalam Dewan Tajuk Rencana.
Ia juga menjadi ketua Indonesia-Australia Business Council selama nenerapa waktu. Sejak 1983, ia kerap mengupas masalah internasional di koran berbahasa Inggris Jakarta Post yang turut didirikannya.
"Telah berpulang senior kita Bapak Sabam Siagian di RS Siloam Semanggi pukul 16.30 (WIB)," demikian bunyi kabar tersiar yang awalnya dari grup chat whatsapp Lembaga Pers Doktor Soetomo (LPDS), Jumat sore ini.
Lahir di Jakarta pada 4 Mei 1932, Sabam adalah wartawan senior negeri ini yang pernah menjabat Duta Besar RI di Australia periode 1967-1973.
Sempat masuk Fakultas Hukum dan Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Indonesia, namun karena tidak terlalu tertarik ia memutuskan pindah ke Akademi Dinas Luar Negeri (ADLN) tapi tidak selesai juga. Pada 1978, ia mengikuti program Nieman Fellow for Journalism dari Harvard University, Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat.
Pada 1950-an, ia pernah mengelola majalah milik Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan kemudian menggagas pendirian Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia.
Pada pertengahan 1960-an, ia bekerja pada bagian riset perwakilan PBB di Indonesia.
Ia juga menyandang tanda kehormatan bintang jasa utama. Usai karier diplomatnya ia kembali ke dunia pers dan berkutat di Suara Pembaruan sebagai presiden komisaris dan The Jakarta Post dan termasuk dalam Dewan Tajuk Rencana.
Ia juga menjadi ketua Indonesia-Australia Business Council selama nenerapa waktu. Sejak 1983, ia kerap mengupas masalah internasional di koran berbahasa Inggris Jakarta Post yang turut didirikannya.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
HPN 2025, Dialog Rektor "Membedah Masa Depan Peran Pers" digelar di Unimus
10 January 2025 21:31 WIB
Terpopuler - Umum
Lihat Juga
Kak Seto Minta Dinsos Awasi Panti agar tidak Terjadi Tindak Kekerasan
31 January 2017 15:39 WIB, 2017
Ketinggian Air Bengawan Solo di Lamongan Siaga I , Daerah Hilir diminta Waspada
31 January 2017 11:31 WIB, 2017
Khofifah Bangga Lahir dari "Rahim" NU Dibesarkan dalam Tradisi Organisasi Islam
31 January 2017 11:22 WIB, 2017
Menlu: 24 Jenazah Korban Kapal sudah Ditemukan, Delapan Siap Dipulangkan
27 January 2017 18:48 WIB, 2017
Menlu Pastikan Endah Cakrawati menjadi Korban Pesawat Jatuh di Australia
27 January 2017 17:38 WIB, 2017