Antara Jateng - Beberapa waktu kedepan, ibadah puasa pada bulan Ramadhan 1437 Hijriah segera berakhir dan masyarakat di berbagai daerah melaksanakan salah satu rutinitas tahunan berupa mudik ke kampung halaman masing-masing untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Kendati demikian, masyarakat yang kemudian disebut pemudik itu harus "berjibaku" di jalanan sebelum dapat berkumpul dengan keluarga besar pada masa Lebaran.

Untuk sampai ke daerah asal, para pemudik bahkan harus menempuh perjalanan ratusan kilometer melalui jalan beraspal, hasil dari pengerjaan proyek abadi yang dilaksanakan tiap tahun oleh pemerintah, baik di tingkat nasional hingga ke pemerintah kabupaten/kota.

Hal itu belum lagi ditambahi kemacetan lalu lintas karena meningkatnya volume kepadatan kendaraan yang melintas.

Salah satu yang perlu dipertimbangkan bagi para pemudik yang melintasi jalur Jawa Tengah adalah perkiraan beberapa titik kemacetan yang terjadi.

Berdasarkan data dari Dinas Bina Marga Jawa Tengah, terdapat sepuluh titik di Jateng yang rawan terjadi kemacetan akibat berbagai faktor.

Ke-10 titik rawan kemacetan itu adalah jalur pantura di Kabupaten Tegal karena ada proyek penggantian Jembatan Sungai Pah, proyek penggantian Jembatan Sipait di Kabupaten Pekalongan yang ke arah Semarang, potensi beda tinggi di Weleri-Patean dan Parakan-Patean di Kabupaten Kendal, banjir rob di kawasan Kaligawe, Kota Semarang, serta perbaikan jembatan Gelandangan di Kabupaten Blora.

Di wilayah tengah, titik kemacetan yang wajib diwaspadai adalah potensi beda tinggi Salatiga-Kedungjati di Kabupaten Semarang, potensi beda tinggi Magelang-Jrakah-Boyolali di wilayah Kabupaten Magelang, serta Boyolali.

Kemudian, di wilayah selatan, titik rawan kemacetan yang perlu diwaspadai adalah perbaikan sejumlah ruas jalan rusak di Kabupaten Kebumen dan Cilacap, serta potensi beda tinggi di Klampok, Kabupaten Purbalingga.

Wakil Ketua Komisi D DPRD Jawa Tengah Hadi Santoso memprediksi bahwa titik kemacetan pada arus mudik Lebaran 2016 akan berada di Tegal bagian timur hingga Pemalang.

"Titik kemacetan tahun ini akan bergeser dari Tegal timur ke Pemalang, sebelumnya ada di Pejagan, Kabupaten Brebes hingga Tegal timur," katanya.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera itu menyebutkan, titik krusial Lebaran lainnya adalah di jalur tengah, meskipun jalur penghubung antara jalur pantai utara dan pantai selatan Jateng yang merupakan jalur alternatif telah dikerjakan, namun banyak yang belum tuntas penyelesaiannya.

"Di sektor timur, Kecamatan Gemolong menuju Kecamatan Gabukan, Kabupaten Sragen, kondisinya rusak parah dan belum dianggarkan pada APBD Jateng sehingga menjadi titik krusial kalau kaitannya dengan arus mudik," ujar legislator dari daerah pemilihan Wonogiri, Sragen dan Karanganyar ini.

Menurut dia, rusaknya jalur penghubung Sragen-Purwodadi dan Sragen menuju ke Jawa Timur dengan panjang 12 kilometer itu menyebabkan hanya bisa dilalui kendaraan berkecepatan 10 km per jam.

Kendati demikian, Hadi menilai persiapan infrastuktur untuk mudik Lebaran di Jateng bisa dikatakan relatif lebih siap, meski harus ada beberapa yang disinkronkan.

Ia berharap Pemprov Jateng melalui dinas terkait, bisa menyelesaikan ruas proyek jalan utama tersebut lebih awal dari yang sudah direncanakan untuk kelancaran arus mudik.

Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah Bambang Nugroho mengatakan bahwa jalur-jalur alternatif yang akan digunakan masyarakat pada arus mudik dan aruas balik Lebaran 2016, dalam kondisi baik.

"Kami sudah perintahkan ke daerah supaya membuat rambu-rambu pengarah yang sederhana dari bambu di jalan-jalan alternatif, termasuk penyiapan patok pengarah, dan tidak boleh ada jalan berlobang," katanya.

Bambang memastikan perbaikan ruas jalan di Jateng dengan total panjang mencapai 368 kilometer tidak akan selesai semua menjelang Lebaran 1437 Hijriah.

Terkait hal itu, ia meminta para kontraktor yang mengerjakan perbaikan sejumlah ruas jalan agar pengerjaannya tidak mengganggu kelancaran arus mudik Lebaran 2016.

"Transisi pengerjaan antara yang lama dengan yang baru dibuat 'smooth' agar tidak membahayakan pemudik," ujarnya.

Kepala Bidang Bina Teknik Dinas Bina Marga Jateng Hanung Triyono menambahkan jika kondisi jalan di jalur pantura saat ini sudah lebih siap jika dibandingkan dengan arus mudik Lebaran tahun lalu.

"Saat ini, hampir semua jalan yang dibangun berupa cor beton sehingga diharapkan tidak terjadi kemacetan yang panjang," katanya.

Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Jawa Tengah mulai menyiapkan jalur-jalur alternatif yang dapat digunakan masyarakat guna mengurangi kepadatan lalu lintas pada arus mudik dan arus balik Lebaran 2016.

"Untuk mengantisipasi kemacetan lalu lintas pada arus mudik, kami siapkan jalur-jalur alternatif di sejumlah titik," kata Kepala Dishubkominfo Jawa Tengah Satriyo Hidayat.

Ia mengakui jika lampu penerangan jalan umum dan rambu-rambu lalu lintas di sejumlah jalur alternatif tersebut masih minim karena keterbatasan anggaran.

"Rambu-rambu pada jalur alternatif ada yang sedang dalam proses pemasangan, namun untuk penerangan jalan umum belum ada semua, seperti pada jalur Pubalingga-Randudongkal, sedangkan di jalur Randudongkal-Kesesi sudah ada sebagian yang menyala," ujarnya.

Guna mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat minimnya lampu penerangan jalan umum tersebut, Dishubkominfo Jateng akan memasang papan informasi di beberapa titik agar pemudik lebih waspada.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan pengerjaan perbaikan ruas jalan di Jateng akan dihentikan pada H-10 Lebaran agar tidak mengganggu kelancaran arus mudik.

"H-10 kita hentikan semua (pengerjaan perbaikan jalan), jadinya kayak apapun kita hentikan agar tidak mengganggu arus mudik," katanya.

Ganjar mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi Jateng bersama pemerintah kabupaten/kota dan pihak terkait sudah menyiapkan jalur-jalur yang akan digunakan untuk arus mudik dan arus balik pada Lebaran 2016.

"Kami sudah siapkan jalur-jalur, baik di jalur utama, jalur utara, jalur selatan, jalur tengah, termasuk jalur alternatif," ujarnya.

Menurut Ganjar, yang menjadi permasalahan terkait persiapan jalur mudik adalah minimnya rambu-rambu lalu lintas dan lampu penerangan jalan umum sehingga perlu diambil tindakan secepatnya agar tidak membahayakan keselamatan pemudik.

"Mungkin dibuatkan (rambu-rambu dan lampu penerangan jalan umum) sementara atau tempatkan petugas di sana, termasuk di perlintasan sebidang," katanya.

Penerapan sistem buka tutup dan jalur-jalur alternatif, kata Ganjar, menjadi hal yang sangat penting guna mengantisipasi kemacetan lalu lintas pada arus mudik.

"Titik-titik pasar tumpah juga sudah kami inventarisasi, harapannya kami bisa bekerja sama dengan bupati/wali kota agar itu ditata sehingga tidak mengganggu arus mudik," ujarnya.

Dalam waktu dekat, Pemprov Jateng membentuk pos komando guna memantau kesiapan dan kelancaran arus mudik Lebaran.

"Dengan pos komando ini nanti semuanya seragam, ya komunikasi, ya perintah," katanya.