Dolar "Rebound" Terhadap Yen Setelah Kudeta Turki Gagal
Selasa, 19 Juli 2016 7:22 WIB
Penukaran Valas- Petugas menghitung uang pecahan 100 dolar AS di penukaran valas Ayu Masagung, Jakarta, Rabu (4/3/2015). (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
New York, Antara Jateng - Kurs dolar AS berbalik naik atau "rebound" terhadap mata uang "safe-haven" yen Jepang pada Senin (Selasa pagi WIB), di tengah meredanya kekhawatiran tentang gejolak geopolitik menyusul upaya kudeta militer yang gagal di Turki.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Sabtu pagi (16/7) bahwa pemerintah telah menguasai keadaan dan dia tetap berkuasa, setelah negara ini mengalami upaya kudeta oleh sebuah faksi militer pada Jumat malam (15/7), lapor Xinhua.
Berkurangnya kekhawatiran telah mendorong para investor melepas mata uang "safe haven" yang telah melonjak dan membeli mata uang berisiko lebih tinggi seperti dolar AS.
Greenback naik 1,2 persen pada Senin dan diperdagangkan pada 106,05 pada akhir perdagangan, mendekat posisi tertinggi dalam tiga minggu terakhir.
Pada sesi sebelumnya, greenback didukung oleh data ekonomi positif negara tersebut. Departemen Perdagangan AS mengumumkan pada Jumat bahwa perkiraan awal penjualan jasa ritel dan makanan untuk Juni naik 0,6 persen dari bulan sebelumnya menjadi 457,0 miliar dolar AS, mengalahkan konsensus pasar untuk kenaikan 0,1 persen.
Pada akhir perdagangan New York, euro menguat menjadi 1,1075 dolar dari 1,1058 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,3266 dolar dari 1,3197 dolar. Dolar Australia naik menjadi 0,7596 dolar dari 0,7593 dolar.
Dolar dibeli 106,05 yen Jepang, lebih tinggi dari 105,57 pada sesi sebelumnya. Dolar merosot menjadi 0,9820 franc Swiss dari 0,9838 franc Swiss, dan turun tipis ke 1,2945 dolar Kanada dari 1,2953 dolar Kanada.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Sabtu pagi (16/7) bahwa pemerintah telah menguasai keadaan dan dia tetap berkuasa, setelah negara ini mengalami upaya kudeta oleh sebuah faksi militer pada Jumat malam (15/7), lapor Xinhua.
Berkurangnya kekhawatiran telah mendorong para investor melepas mata uang "safe haven" yang telah melonjak dan membeli mata uang berisiko lebih tinggi seperti dolar AS.
Greenback naik 1,2 persen pada Senin dan diperdagangkan pada 106,05 pada akhir perdagangan, mendekat posisi tertinggi dalam tiga minggu terakhir.
Pada sesi sebelumnya, greenback didukung oleh data ekonomi positif negara tersebut. Departemen Perdagangan AS mengumumkan pada Jumat bahwa perkiraan awal penjualan jasa ritel dan makanan untuk Juni naik 0,6 persen dari bulan sebelumnya menjadi 457,0 miliar dolar AS, mengalahkan konsensus pasar untuk kenaikan 0,1 persen.
Pada akhir perdagangan New York, euro menguat menjadi 1,1075 dolar dari 1,1058 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,3266 dolar dari 1,3197 dolar. Dolar Australia naik menjadi 0,7596 dolar dari 0,7593 dolar.
Dolar dibeli 106,05 yen Jepang, lebih tinggi dari 105,57 pada sesi sebelumnya. Dolar merosot menjadi 0,9820 franc Swiss dari 0,9838 franc Swiss, dan turun tipis ke 1,2945 dolar Kanada dari 1,2953 dolar Kanada.
Pewarta : Antaranews
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Bisnis
Lihat Juga
Donald Trump dan Proyeksi Laba Angkat Wall Street ke Level Bersejarah 20.000 Poin
26 January 2017 6:07 WIB, 2017