Dolar Anjlok ke Level Terendah dalam Tujuh Pekan karena Faktor Donald Trump
Kamis, 26 Januari 2017 06:04 WIB
Mata uang AS ini jatuh dalam empat dari lima sesi terakhir setelah menguat 7 persen pada tiga bulan terakhir 2016. Dolar AS khususnya terus melemah terhadap yen sampai amblas 3 persen sejak awal tahun ini.
Sedangkan poundsterling menguat pada 1,26 dolar AS setelah investor memproyeksikan ada kesepakatan dagang antara Inggris dan AS yang disebut Perdana Menteri Inggris Theresa May akan didasarkan dengan mengutamakan kepentingan Inggris.
Secara umum dolar AS hari ini melemah kendati harga saham di bursa New York mencatat kenaikan tinggi sehingga ditutup pada level bersejarah 20.000 poin.
Perhatian pasar sudah beralih dari kebijakan pro pertumbuhan Trump kepada kebijakan-kebijakan kontroversial Trump dalam soal imigrasi dan keamanan nasional.
"Ketimbang mendengarkan stimulus fiskal yang saya kira kebanyakan orang mengasumsikannya sebagai gerbang menuju tingkat suku bunga tinggi dan dolar AS yang kuat, di luar gerbang Trump yang kami dengarkan adalah membangun tembok (perbatasan) dan proteksionisme perdagangan," kata David Gilmore dari FX Analytics di Essex, Connecticut.
Indeks dolar AS melemah 0,4 persen pada 99,928 setelah menyentuh 99,835. Itu level paling rendah sejak 8 Desember dan hampir 4 persen melemah dari rekor tertinggi dalam 14 tahun terakhir yang tercetak awal tahun ini.
Di sisi lain, poundsterling menguat 0,9 persen pada 1,2632 setelah menembus angka tertinggi dalam enam pekan pada 1,2638 dolar AS. Euro juga menguat 0,2 pesen terhadap dolar AS pada 1,0751 dolar AS, melampaui rekor terkuat dalam tujuh pekan sehari sebelumnya pada 1,0774 dolar AS.
Dolar juga melemah 0,5 persen terhadap yen pada 113,21 yen.
Pewarta : Antaranews
Editor:
Antarajateng
COPYRIGHT © ANTARA 2024