Presiden Turki Erdogan Desak AS Ekstradisi Fethullah Gulen
Rabu, 3 Agustus 2016 15:17 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (REUTERS/Umit Bektas)
Mexico City, Mexico, Antara Jateng - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendesak Amerika Serikat (AS) mengekstradisi ulama Fethullah Gulen, yang dituduh mendalangi upaya kudeta 15 Juli.
"Kau pasti sudah buta dan mati kalau tidak memahami bahwa ia (Gulen) berada di balik semua ini," kata Erdogan dalam wawancara dengan stasiun TV Televisa yang disiarkan Selasa (2/8).
"Jika kami meminta ekstradisi seorang teroris, maka kau seharusnya memenuhi itu," ujarnya.
Erdogan mengatakan bahwa otoritas AS meminta dokumen untuk ekstradisi Gulen, yang tinggal di Pennsylvania.
"Kalau kau mulai minta dokumen-dokumen dan lain-lain, maka itu hambatan besar dalam upaya kami memerangi terorisme."
"Namun saat ini kami mengalami kesulitan karena tidak bisa menerima seorang teroris yang kami minta untuk diekstradisi," katanya.
Gulen tinggal di Amerika Serikat sejak 1999 dan membantah terlibat dalam upaya kudeta 15 Juli.
Otoritas Turki telah mengirimkan paket dokumen baru ke otoritas AS untuk ekstradisi Gulen menurut Menteri Kehakiman Bekir Bozdag.
"Dalam hal memerangi terorisme, kami tidak mau kehilangan waktu, enam bulan atau satu tahun, itu tak bisa ditolerir," kata Erdogan seperti dikutip kantor berita AFP.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan pada 18 Juli bahwa Turki harus menunjukkan "bukti autentik" dan "bukan tuduhan semata" terhadap Gulen untuk ekstradisinya.
"Kau pasti sudah buta dan mati kalau tidak memahami bahwa ia (Gulen) berada di balik semua ini," kata Erdogan dalam wawancara dengan stasiun TV Televisa yang disiarkan Selasa (2/8).
"Jika kami meminta ekstradisi seorang teroris, maka kau seharusnya memenuhi itu," ujarnya.
Erdogan mengatakan bahwa otoritas AS meminta dokumen untuk ekstradisi Gulen, yang tinggal di Pennsylvania.
"Kalau kau mulai minta dokumen-dokumen dan lain-lain, maka itu hambatan besar dalam upaya kami memerangi terorisme."
"Namun saat ini kami mengalami kesulitan karena tidak bisa menerima seorang teroris yang kami minta untuk diekstradisi," katanya.
Gulen tinggal di Amerika Serikat sejak 1999 dan membantah terlibat dalam upaya kudeta 15 Juli.
Otoritas Turki telah mengirimkan paket dokumen baru ke otoritas AS untuk ekstradisi Gulen menurut Menteri Kehakiman Bekir Bozdag.
"Dalam hal memerangi terorisme, kami tidak mau kehilangan waktu, enam bulan atau satu tahun, itu tak bisa ditolerir," kata Erdogan seperti dikutip kantor berita AFP.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan pada 18 Juli bahwa Turki harus menunjukkan "bukti autentik" dan "bukan tuduhan semata" terhadap Gulen untuk ekstradisinya.
Pewarta : Antaranews
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Dwiyoko kalah dramatis di perempat final Para Badminton International
09 September 2023 7:00 WIB, 2023
Pengusaha asal Kota Batman lirik potensi investasi di Kota Pekalongan
21 February 2023 16:20 WIB, 2023
Pemprov Jateng siapkan bantuan untuk korban gempa di Turki dan Suriah
09 February 2023 12:24 WIB, 2023
Terpopuler - Gadget
Lihat Juga
Prancis: Keputusan Donald Trump "Risiko Serius" bagi Tatanan Perdagangan Global
01 February 2017 6:29 WIB, 2017