Hipmi Berharap Ongkos Logistik Industri Turun
Selasa, 16 Agustus 2016 14:46 WIB
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) (FOTO.ANTARA News)
Semarang, Antara Jateng - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jawa Tengah berharap ongkos logistik industri di dalam negeri dapat turun agar lebih berdaya saing.
"Ongkos logistik di Indonesia masih cukup tinggi, pada tahun 2015 sekitar 26 persen dari total harga barang, dari mulai raw material sampai didistribusikan lagi," kata pengurus Hipmi Jateng Steve Suryaatmaja di Semarang, Selasa.
Melihat kondisi tersebut, pihaknya menilai secara prinsip infrastruktur harus dibangun di Indonesia. Dikatakan, Indonesia yang merupakan negara kepulauan harus memiliki penghubung antara satu dengan yang lain.
"Sebagian jalan juga belum cukup lebar, ini harus dibangun supaya pergerakan barang yang dihasilkan kompetitif," katanya.
Sebagai contoh, khusus di Pulau Jawa pelebaran jalan pantura perlu dilakukan. Diakuinya, hingga saat ini masih banyak truk yang melakukan perjalanan dari Jakarta ke Surabaya membutuhkan waktu hingga 3-4 hari.
"Dalam hal ini dibutuhkan bagaimana membangun jalan yang lebar agar jarak 800 km ini dapat ditempuh dalam waktu sehari, ini dapat memotong 2-3 hari. Dengan begitu, kapasitas angkut juga dapat sesuai peraturan. Kalau sekarang sama-sama kena macet, orang akan mengangkut barang lebih banyak," katanya.
Di sisi lain, Pemerintah juga harus memerhatikan dari segi perizinan. Steve mengatakan, setiap kali barang bergerak izin sangat rumit.
"Ini harus dipotong sesimpel mungkin dengan begitu hanya membutuhkan waktu yang lebih singkat dan tidak menyerap biaya besar," katanya.
Dalam hal ini, dibutuhkan kebijakan atau penerapan teknologi untuk memudahkan operasional industri.
"Di dalam konteksnya bahwa Jawa pertumbuhan ekonomi paling besar dibandingkan pulau yang lain, perputaran uang sebagian besar ada di sini, Pemerintah harus melakukan perbaikan-perbaikan ini," katanya.
Dengan dilakukannya perbaikan tersebut, diharapkan ongkos logistik dapat turun menjadi di bawah 20 persen.
"Kalau di negara-negara maju seperti Singapura ongkos logistiknya sudah 11 persen, Inggris 9 persen. Kita di bawah 20 persen saja sudah sangat kompetitif," katanya.
"Ongkos logistik di Indonesia masih cukup tinggi, pada tahun 2015 sekitar 26 persen dari total harga barang, dari mulai raw material sampai didistribusikan lagi," kata pengurus Hipmi Jateng Steve Suryaatmaja di Semarang, Selasa.
Melihat kondisi tersebut, pihaknya menilai secara prinsip infrastruktur harus dibangun di Indonesia. Dikatakan, Indonesia yang merupakan negara kepulauan harus memiliki penghubung antara satu dengan yang lain.
"Sebagian jalan juga belum cukup lebar, ini harus dibangun supaya pergerakan barang yang dihasilkan kompetitif," katanya.
Sebagai contoh, khusus di Pulau Jawa pelebaran jalan pantura perlu dilakukan. Diakuinya, hingga saat ini masih banyak truk yang melakukan perjalanan dari Jakarta ke Surabaya membutuhkan waktu hingga 3-4 hari.
"Dalam hal ini dibutuhkan bagaimana membangun jalan yang lebar agar jarak 800 km ini dapat ditempuh dalam waktu sehari, ini dapat memotong 2-3 hari. Dengan begitu, kapasitas angkut juga dapat sesuai peraturan. Kalau sekarang sama-sama kena macet, orang akan mengangkut barang lebih banyak," katanya.
Di sisi lain, Pemerintah juga harus memerhatikan dari segi perizinan. Steve mengatakan, setiap kali barang bergerak izin sangat rumit.
"Ini harus dipotong sesimpel mungkin dengan begitu hanya membutuhkan waktu yang lebih singkat dan tidak menyerap biaya besar," katanya.
Dalam hal ini, dibutuhkan kebijakan atau penerapan teknologi untuk memudahkan operasional industri.
"Di dalam konteksnya bahwa Jawa pertumbuhan ekonomi paling besar dibandingkan pulau yang lain, perputaran uang sebagian besar ada di sini, Pemerintah harus melakukan perbaikan-perbaikan ini," katanya.
Dengan dilakukannya perbaikan tersebut, diharapkan ongkos logistik dapat turun menjadi di bawah 20 persen.
"Kalau di negara-negara maju seperti Singapura ongkos logistiknya sudah 11 persen, Inggris 9 persen. Kita di bawah 20 persen saja sudah sangat kompetitif," katanya.
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Wapres anugerahkan Paritrana Award dan berharap angka Universal Coverage Jamsostek terus meningkat
13 September 2024 13:56 WIB
Menag berharap Paus Fransiskus saksikan baiknya keberagamaan di Indonesia
03 September 2024 14:17 WIB
Terpopuler - Bisnis
Lihat Juga
Hashim Djojohadikusumo pikat pendanaan hijau EUR 1,2 miliar untuk sektor kelistrikan
14 November 2024 21:08 WIB