New York, Antara Jateng- Saham-saham Amerika Serikat (AS) berakhir sedikit lebih rendah pada Senin (31/10) waktu setempat (Selasa pagi WIB), setelah terombang-ambing antara untung dan rugi kecil karena investor menunggu pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve yang dijadwalkan dimulai Selasa.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 18,77 poin atau 0,10 persen menjadi ditutup pada 18.142,42. Indeks S&P 500 turun tipis 0,26 poin atau 0,01 persen menjadi ditutup pada 2.126,15 dan indeks komposit Nasdaq berkurang 0,97 poin atau 0,02 persen menjadi 5.189,13.

Investor terus memantau pertemuan kebijakan Federal Reserve Amerika Serikat untuk mendapat petunjuk lebih lanjut tentang waktu kenaikan suku bunga berikutnya.

Para analis secara luas yakin bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga tidak berubah dalam pertemuan November ini.

Di sisi ekonomi, pendapatan pribadi di AS meningkat 46,7 miliar dolar AS atau 0,3 persen pada September, gagal memenuhi konsensus pasar untuk kenaikan 0,4 persen menurut Departemen Perdagangan AS, Senin.

"Enam bulan terakhir telah melihat pertumbuhan pendapatan dan konsumsi yang kuat, mendorong kemerosotan Q4/Q1 jauh ke masa lalu untuk memperbaiki fondasi bagi ekonomi AS, di mana sekitar dua pertiga pertumbuhan adalah belanja rumah tangga," kata Jay Morelock, ekonom di FTN Financial.

Dalam berita perusahaan, saham Honda Motor Co. naik tipis 0,03 persen menjadi 29,83 dolar AS per saham setelah perusahaan menaikkan perkiraan setahun penuh.

Pemilihan presiden AS juga dalam fokus. Direktur FBI James Comey mengatakan dalam sebuah surat kepada anggota parlemen pada Jumat (28/10) bahwa badan tersebut sedang melakukan penyelidikan baru terhadap surat-surat elektronik terkait calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton

Surel tersebut ditemukan selama penyelidikan terpisah yang melibatkan mantan anggota Kongres Anthony Weiner.

Keunggulan Clinton atas rekannya dari Republik, Donald Trump, telah menyempit secara signifikan sejak berita tersebut muncul Jumat lalu (28/10) menurut jajak pendapat oleh RealClearPolitics, demikian menurut warta kantor berita Xinhua.