IOM: Hampir 80.000 Orang Tinggalkan Mosul
Sabtu, 3 Desember 2016 12:24 WIB
Thomas Lothar Weiss. (iom.org)
Jenewa, Antara Jateng - Sebanyak 77.826 warga sipil telah meninggalkan Mosul dan kabupaten yang berdampingan sejak operasi militer Irak untuk merebut kembali kota itu, demikian laporan Organisasi Migrasi Internasional (IOM).
"Kami sangat prihatin mengenai pengungsi dan kemampuan masyarakat penampung untuk menghadapi musim dingin," kata Kepala Misi IOM di Irak Thomas Lothar Weiss dalam satu pernyataan yang dikutip Xinhua.
Ia menimpali, "Sekarang musim hujan telah mulai, orang yang tinggal di tempat penampungan sementara atau bangunan yang belum selesai menghadapi resiko kedinginan, cuaca lembab, yang mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan mereka, terutama orang yang berusia lanjut dan anak kecil."
Menurut data statistik IOM, 80 persen orang yang terusir dari rumah mereka di Mosul belum lama ini akibat operasi militer, dan kemudian tinggal di kamp resmi.
Sebanyak 14 persen pengungsi lainnya menetap di tempat swasta, sedangkan lima persen sangat memerlukan tempat berteduh dan satu persen lolos dari lokasi pemeriksaan, katanya.
Sementara itu, Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Pengungsi (UNHCR) telah membagikan lebih dari 8.000 kotak yang berisi selimut dan selimut tebal ke desa dan kota kecil yang baru-baru ini direbut kembali ke sebelah timur Mosul.
Sebanyak 3.500 kotak lagi akan dikirim buat kelurga yang tinggal di daerah itu selama beberapa hari ke depan, catat UNHCR.
Pada 17 Oktober 2016 Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi mengumumkan dimulainya serangan besar untuk merebut kembali Mosul, kota terbesar kedua di negeri itu, dalam upaya untuk membebaskan kota di Irak Utara tersebut, kubu utama terakhir ISIS di Irak.
Mosul, sekitar 400 kilometer di sebelah utara Ibu Kota Irak, Baghdad, telah dikuasai ISIS sejak Juni 2014.
UNHCR telah memperingatkan sebelum operasi militer dilancarkan bahwa sebanyak 1,2 juta warga sipil dapat terusir dari rumah mereka akibat pertempuran.
"Kami sangat prihatin mengenai pengungsi dan kemampuan masyarakat penampung untuk menghadapi musim dingin," kata Kepala Misi IOM di Irak Thomas Lothar Weiss dalam satu pernyataan yang dikutip Xinhua.
Ia menimpali, "Sekarang musim hujan telah mulai, orang yang tinggal di tempat penampungan sementara atau bangunan yang belum selesai menghadapi resiko kedinginan, cuaca lembab, yang mempengaruhi kesejahteraan dan kesehatan mereka, terutama orang yang berusia lanjut dan anak kecil."
Menurut data statistik IOM, 80 persen orang yang terusir dari rumah mereka di Mosul belum lama ini akibat operasi militer, dan kemudian tinggal di kamp resmi.
Sebanyak 14 persen pengungsi lainnya menetap di tempat swasta, sedangkan lima persen sangat memerlukan tempat berteduh dan satu persen lolos dari lokasi pemeriksaan, katanya.
Sementara itu, Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Pengungsi (UNHCR) telah membagikan lebih dari 8.000 kotak yang berisi selimut dan selimut tebal ke desa dan kota kecil yang baru-baru ini direbut kembali ke sebelah timur Mosul.
Sebanyak 3.500 kotak lagi akan dikirim buat kelurga yang tinggal di daerah itu selama beberapa hari ke depan, catat UNHCR.
Pada 17 Oktober 2016 Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi mengumumkan dimulainya serangan besar untuk merebut kembali Mosul, kota terbesar kedua di negeri itu, dalam upaya untuk membebaskan kota di Irak Utara tersebut, kubu utama terakhir ISIS di Irak.
Mosul, sekitar 400 kilometer di sebelah utara Ibu Kota Irak, Baghdad, telah dikuasai ISIS sejak Juni 2014.
UNHCR telah memperingatkan sebelum operasi militer dilancarkan bahwa sebanyak 1,2 juta warga sipil dapat terusir dari rumah mereka akibat pertempuran.
Pewarta : Antaranews
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Gadget
Lihat Juga
Prancis: Keputusan Donald Trump "Risiko Serius" bagi Tatanan Perdagangan Global
01 February 2017 6:29 WIB, 2017