"Om Telolet Om" Menginspirasi Lahirnya Gending
Selasa, 17 Januari 2017 17:01 WIB
Pelajar SMPN 5 Purwokerto memainkan gending "Om Telolet Om". Foto: ANTARAJATENG.COM/Sumarwoto
Purwokerto, ANTARA JATENG -Ujaran "Om Telolet Om" yang sempat menjadi "trending topic" dunia, menginspirasi keluarga besar SMPN 5 Purwokerto, Jawa Tengah, untuk menggubah sebuah gending dengan iringan gamelan.
Musik gamelan "Om Telolet Om", kata kepala sekolah itu, Ibnu Tavip Martapa, Selasa, dilatarbelakangi oleh fenomena yang muncul dalam beberapa waktu terakhir di Indonesia yang kini telah mendunia.
"Fenomena ini memberikan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya memberi pendapatan bagi industri klakson, bagi anak-anak bisa memberi kegembiraan, dan bagi sopir akan mendapat kesenangan," katanya.
Akan tetapi di sisi lain, kata dia, klakson "telolet" juga menimbulkan bahaya dan mengganggu kenyamanan orang-orang di sekitarnya.
Ia mengatakan sisi positif dan negatif itu dikenal dengan sebutan "the man behind the gun" atau siapa yang berada di balik perangkat.
Menurut dia, perangkat dapat digunakan untuk hal-hal yang baik maupun buruk.
"Sama dengan telepon seluler yang terdapat media sosial, dapat digunakan untuk hal yang baik maupun buruk. Oleh karena itu, manfaatkan media sosial dengan baik," katanya.
Saat ditemui usai kegiatan, Tavip mengatakan pihaknya menarik fenomena "Om Telolet Om" ke seni tradisi sehingga seni tradisi tersebut tidak dianggap kuno oleh masyarakat.
Ia mengharapkan masyarakat memberikan apresiasi terhadap gending-gending tersebut.
"Gending 'Om Telolet Om' kami garap selama dua minggu," jelasnya.
Salah seorang siswa, Rakha Prasetya mengaku tidak kesulitan dalam berlatih gending "Om Telolet".
"Kami belajar bersama teman-teman sekitar dua minggu," kata penabuh kendang itu.
Musik gamelan "Om Telolet Om", kata kepala sekolah itu, Ibnu Tavip Martapa, Selasa, dilatarbelakangi oleh fenomena yang muncul dalam beberapa waktu terakhir di Indonesia yang kini telah mendunia.
"Fenomena ini memberikan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya memberi pendapatan bagi industri klakson, bagi anak-anak bisa memberi kegembiraan, dan bagi sopir akan mendapat kesenangan," katanya.
Akan tetapi di sisi lain, kata dia, klakson "telolet" juga menimbulkan bahaya dan mengganggu kenyamanan orang-orang di sekitarnya.
Ia mengatakan sisi positif dan negatif itu dikenal dengan sebutan "the man behind the gun" atau siapa yang berada di balik perangkat.
Menurut dia, perangkat dapat digunakan untuk hal-hal yang baik maupun buruk.
"Sama dengan telepon seluler yang terdapat media sosial, dapat digunakan untuk hal yang baik maupun buruk. Oleh karena itu, manfaatkan media sosial dengan baik," katanya.
Saat ditemui usai kegiatan, Tavip mengatakan pihaknya menarik fenomena "Om Telolet Om" ke seni tradisi sehingga seni tradisi tersebut tidak dianggap kuno oleh masyarakat.
Ia mengharapkan masyarakat memberikan apresiasi terhadap gending-gending tersebut.
"Gending 'Om Telolet Om' kami garap selama dua minggu," jelasnya.
Salah seorang siswa, Rakha Prasetya mengaku tidak kesulitan dalam berlatih gending "Om Telolet".
"Kami belajar bersama teman-teman sekitar dua minggu," kata penabuh kendang itu.
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Finalis Kontes Game Google, mulai dari Bubur Ayam hingga Om Telolet Om
05 April 2017 13:06 WIB, 2017