Jakarta, ANTARA JATENG - Ketua Air Quality Asia (AQA) untuk Wilayah Indonesia Dr. Dewi Aryani, M.Si. mengungkapkan kebanyakan kota di benua ini memiliki kualitas udara melebihi ambang batas maksimum untuk udara di atas particulate matter (PM) 2,5 sehingga rawan penyakit pernapasan.

Menurut Dewi Aryani, hal itu pun diakui oleh semua pemangku kepentingan bahwa kualitas udara yang buruk, tidak saja meningkatkan penyakit pernapasan, tetapi juga hilangnya hari kerja dan peningkatan biaya perawatan kesehatan.

WHO memperkirakan 7.000.000 kematian setiap tahunnya disebabkan polusi udara. Jumlah ini meningkat pesat. Ditambah lagi, secara bersamaan negara-negara Asia dalam proses menyetujui ekspansi besar dalam bidang energi batu bara dan pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil lainnya menyebabkan mereka makin bergantung pada bahan bakar fosil.

"Artinya, sekarang adalah saat untuk memberikan teknologi alternatif skala besar di negara-negara Asia untuk memetakan arah yang berbeda dalam mengonsumsi listrik dan energi," kata Dewi yang pernah sebagai anggota Komisi VII (Bidang Energi, Riset, Teknologi, dan Lingkungan) DPR RI periode 2009--2014.

Menurut Dewi, Asia adalah salah satu penghasil emisi CO2 tertinggi dengan kota paling tercemar di dunia menghadapi tantangan keras karena mengalami perkembangan industri yang pesat.

Dewi berpendapat bahwa legislator sebagai advokat publik yang kuat untuk udara bersih memainkan peran penting dalam keberhasilan proses ini. Sebagai anggota parlemen, legislator bertanggung jawab untuk pengawasan pelaksanaan kebijakan pemerintah.

"Sebagai pengambil keputusan dalam anggaran nasional, mereka akan memutuskan bagaimana dan sejauh mana SDGs kualitas udara dibiayai dan dilaksanakan secara global," kata ahli bidang kebijakan energi yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Bidang Energi dan Migas itu.

Terkait dengan agenda mengampanyekan kualitas udara, Doktor Administrasi dan Kebijakan Publik itu menambahkan bahwa dirinya selaku Ketua AQA untuk Wilayah Indonesia akan menghadiri rapat di Washington D.C. untuk membahas pembiayaan dan program kampanye AQA ke depan.

Dewi berharap berbagai pihak di Indonesia nantinya dapat membantu, bahu-membahu dalam program ini untuk menciptakan kualitas udara yang lebih baik di Indonesia.

"Soal kualitas udara tidak boleh disepelekan. Semua memerlukan kualitas udara yang bersih dan sehat. Yang membutuhkan udara sehat, tidak hanya manusia, tetapi juga hewan dan tanaman. Jadi, dampaknya akan ke semua lini kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya," kata Dewi.

Untuk itulah, DPR dan Pemerintah juga diharapkan bisa melihat permasalahan ini secara menyeluruh. Artinya, sangat diperlukan agar program ini ke depannya menjadi program pemerintah dan ada regulasi yang mengaturnya.

"Soal udara dan hutan bukan hanya jadi tugas Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, melainkan tanggung jawab kita semua," kata Dewi.