"Drywall system" Diharapkan Tekan "Backlog" Rumah
Rabu, 26 April 2017 17:42 WIB
Managing Director PT Saint Gobain Construction Products Indonesia Hantarman Budiono (tengah) menjelaskan produk dinding kering dengan jajaran manajemen (Foto: ANTARAJATENG.COM/Aris Wasita Widiastuti)
Semarang, ANTARA JATENG - "Drywall system" atau sistem dinding kering diharapkan mampu menekan angka "backlog" (kekurangan stok) rumah secara nasional yang hingga saat ini masih mencapai 12 juta unit, kata Managing Director PT Saint Gobain Construction Products Indonesia Hantarman Budiono.
"Dengan menggunakan sistem dinding kering ini, pembangunan dapat lebih cepat dibandingkan dinding biasa," katanya di Semarang, Rabu.
Dinding kering, dikatakannya, merupakan sistem partisi atau dinding dalam ruangan yang terdiri dari papan gypsum yang dipasang pada sebuah rangka dengan menggunakan bantuan sekrup khusus.
"Karena pemasangannya tidak menggunakan semen dan air maka disebut dinding kering atau `drywall`," katanya.
Menurut dia, realisasi pembangunan rumah dengan sistem dinding kering atau berbahan baku gypsum akan lebih banyak dibandingkan dengan pembangunan sistem manual atau dinding bata dan semen.
"Kalau rata-rata realisasi pembangunan rumah dalam satu tahunnya secara nasional kan di kisaran 700.000 unit, kalau dengan sistem dinding kering bisa 28 persen lebih banyak," katanya.
Selain itu, pihaknya mengklaim dengan penggunaan gypsum biaya yang dikeluarkan 20-25 persen lebih murah dibandingkan jika membangun dinding biasa.
Mengenai sistem dinding kering ini, pihaknya mengeluarkan produk Gyproc. Sejauh ini, dikatakannya, penjualan untuk wilayah Jawa Tengah masih didominasi oleh industri, rumah sakit, dan universitas.
"Pada dasarnya kami sangat optimistis dengan geliat pasar konstruksi di kota-kota besar di Indonesia salah satunya Semarang," katanya.
Dia mengatakan sejauh ini pembangunan proyek infrastruktur besar di Kota Semarang cukup menggeliat dan hal ini berdampak positif bagi penjualan material bangunan termasuk di dalamnya gypsum.
"Dengan menggunakan sistem dinding kering ini, pembangunan dapat lebih cepat dibandingkan dinding biasa," katanya di Semarang, Rabu.
Dinding kering, dikatakannya, merupakan sistem partisi atau dinding dalam ruangan yang terdiri dari papan gypsum yang dipasang pada sebuah rangka dengan menggunakan bantuan sekrup khusus.
"Karena pemasangannya tidak menggunakan semen dan air maka disebut dinding kering atau `drywall`," katanya.
Menurut dia, realisasi pembangunan rumah dengan sistem dinding kering atau berbahan baku gypsum akan lebih banyak dibandingkan dengan pembangunan sistem manual atau dinding bata dan semen.
"Kalau rata-rata realisasi pembangunan rumah dalam satu tahunnya secara nasional kan di kisaran 700.000 unit, kalau dengan sistem dinding kering bisa 28 persen lebih banyak," katanya.
Selain itu, pihaknya mengklaim dengan penggunaan gypsum biaya yang dikeluarkan 20-25 persen lebih murah dibandingkan jika membangun dinding biasa.
Mengenai sistem dinding kering ini, pihaknya mengeluarkan produk Gyproc. Sejauh ini, dikatakannya, penjualan untuk wilayah Jawa Tengah masih didominasi oleh industri, rumah sakit, dan universitas.
"Pada dasarnya kami sangat optimistis dengan geliat pasar konstruksi di kota-kota besar di Indonesia salah satunya Semarang," katanya.
Dia mengatakan sejauh ini pembangunan proyek infrastruktur besar di Kota Semarang cukup menggeliat dan hal ini berdampak positif bagi penjualan material bangunan termasuk di dalamnya gypsum.
Pewarta : Aris Wasita Widiastuti
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Makro
Lihat Juga
FKS Foundation bersama PT Tiga Pilar Sejahtera bangun sarana air bersih untuk warga Sragen
14 December 2024 13:04 WIB
PLN pastikan kesiapan infrastruktur layanan kelistrikan andal jelang Nataru
09 December 2024 20:50 WIB