Terowongan Kereta Api Kalirajut Banyumas Mulai Dikerjakan
Kamis, 27 April 2017 16:23 WIB
Pekerja dari PT PP (Persero) sedang melakukan pengeboran terowongan kereta api di Kalirajut, Kabupaten Banyumas, Kamis (27/4), dengan menggunakan "twin header" untuk kebutuhan jalur rel ganda Purwokerto-Kroya. (Foto: ANTARAJATENG.COM/Sumarwoto)
Banyumas, ANTARA JATENG - Proyek pembangunan terowongan kereta api di Kalirajut, Desa Notog, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, untuk kebutuhan jalur rel ganda Purwokerto-Kroya mulai dikerjakan.
"Hingga saat ini, pengeboran terowongan di titik `inlet` (masuk, red.) baru mencapai kedalaman sekitar 4 meter dari total panjang terowongan 550 meter," kata General Manager Infrastruktur PT PP (Persero) Apri Setiawan didampingi Project Manager Purwokerto Tunnel Eko Septiyanto di lokasi proyek, Dusun Kalirajut, Desa Notog, Kecamatan Patikraja, Banyumas, Kamis.
Ia mengakui pengeboran terowongan sempat tertunda dari waktu yang direncanakan pada awal bulan April 2017 akibat kondisi cuaca yang tidak menentu.
Menurut dia, tingginya curah hujan yang sering terjadi pada siang hingga malam hari mengganggu pekerjaan "shotcrete" (penyemprotan beton) pada tebing di sekitar lokasi pengeboran.
"Nanti kalau pengeborannya sudah dalam, pekerjaan `shotcrete` tidak akan terkendala hujan dan setiap pengeboran sedalam 1 meter akan langsung di-`shocrete` sebagai pengaman karena batuannya tidak boleh terlalu lama terbuka," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan pengeboran nantinya akan dilakukan dari dua arah untuk mempercepat pelaksanaan proyek.
Dalam hal ini, pengeboran dari titik "outlet" (keluar) di Gandulekor, Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Banyumas, akan dimulai pada pertengahan bulan Mei.
Ia menargetkan pengeboran terowongan akan selesai pada bulan Desember 2017 atau Januari 2018 sehingga dapat segera dilakukan pengecoran beton pada dinding.
"Oleh karena itu, pekerjaan pengeboran dilakukan selama 24 jam selain untuk keamanan agar tidak terjadi longsor akibat batuannya tidak terlalu lama terbuka, juga agar selesai sesuai dengan waktu yang ditargetkan," jelasnya.
Apri mengatakan dalam pengeboran terowongan tersebut, pihaknya tidak menggunakan peledakan maupun "tunnel boring machine" (TBM) seperti yang digunakan dalam proyek "mass rapid transit" (MRT) di Jakarta.
Menurut dia, hal itu disebabkan kondisi tanah di lokasi proyek berupa batuan lapuk sehingga tidak memungkinkan menggunakan TBM.
Bahkan, kata dia, pembuatan terowongan tersebut juga tidak memungkinkan menggunakan peledakan karena dikhawatirkan terjadi longsor meskipun dalam satu kali peledakan bisa menggali sedalam 6 meter.
"Kami menggunakan `twin header` untuk melakukan pengeboran," katanya.
"Hingga saat ini, pengeboran terowongan di titik `inlet` (masuk, red.) baru mencapai kedalaman sekitar 4 meter dari total panjang terowongan 550 meter," kata General Manager Infrastruktur PT PP (Persero) Apri Setiawan didampingi Project Manager Purwokerto Tunnel Eko Septiyanto di lokasi proyek, Dusun Kalirajut, Desa Notog, Kecamatan Patikraja, Banyumas, Kamis.
Ia mengakui pengeboran terowongan sempat tertunda dari waktu yang direncanakan pada awal bulan April 2017 akibat kondisi cuaca yang tidak menentu.
Menurut dia, tingginya curah hujan yang sering terjadi pada siang hingga malam hari mengganggu pekerjaan "shotcrete" (penyemprotan beton) pada tebing di sekitar lokasi pengeboran.
"Nanti kalau pengeborannya sudah dalam, pekerjaan `shotcrete` tidak akan terkendala hujan dan setiap pengeboran sedalam 1 meter akan langsung di-`shocrete` sebagai pengaman karena batuannya tidak boleh terlalu lama terbuka," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan pengeboran nantinya akan dilakukan dari dua arah untuk mempercepat pelaksanaan proyek.
Dalam hal ini, pengeboran dari titik "outlet" (keluar) di Gandulekor, Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Banyumas, akan dimulai pada pertengahan bulan Mei.
Ia menargetkan pengeboran terowongan akan selesai pada bulan Desember 2017 atau Januari 2018 sehingga dapat segera dilakukan pengecoran beton pada dinding.
"Oleh karena itu, pekerjaan pengeboran dilakukan selama 24 jam selain untuk keamanan agar tidak terjadi longsor akibat batuannya tidak terlalu lama terbuka, juga agar selesai sesuai dengan waktu yang ditargetkan," jelasnya.
Apri mengatakan dalam pengeboran terowongan tersebut, pihaknya tidak menggunakan peledakan maupun "tunnel boring machine" (TBM) seperti yang digunakan dalam proyek "mass rapid transit" (MRT) di Jakarta.
Menurut dia, hal itu disebabkan kondisi tanah di lokasi proyek berupa batuan lapuk sehingga tidak memungkinkan menggunakan TBM.
Bahkan, kata dia, pembuatan terowongan tersebut juga tidak memungkinkan menggunakan peledakan karena dikhawatirkan terjadi longsor meskipun dalam satu kali peledakan bisa menggali sedalam 6 meter.
"Kami menggunakan `twin header` untuk melakukan pengeboran," katanya.
Pewarta : Sumarwoto
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Bisnis
Lihat Juga
Hashim Djojohadikusumo pikat pendanaan hijau EUR 1,2 miliar untuk sektor kelistrikan
14 November 2024 21:08 WIB