Jakarta, ANTARA JATENG - Wakil Ketua MPR RI Mahyudin mengatakan, sebelum MPR menyosialisasikan Empat Pilar seperti saat ini, dulu pada masa Presiden Soeharto ada lembaga bernama Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7).

"Dalam perjalanan waktu, era reformasi, lembaga tersebut dibubarkan. Dalam perjalanan waktu pula, bangsa Indonesia menyadari munculnya berbagai tantangan bangsa. Rupanya kita butuh Pancasila," katanya di hadapan santri Pesantren Khusus Yatim As Syafi'iyah, seperti dikutip dari siaran pers MPR, Sabtu.

Mahyudin mengatakan sosialisasi Empat Pilar MPR diberikan kepada berbagai kalangan masyarakat. "Sebab peserta sosialisasi kali ini dari kalangan sekolah dasar hingga anak SMA maka saya memberikan pemahaman yang mendasar," ujarnya.

Lebih lanjut Mahyudin mengatakan, sebagai negara yang berlandaskan Pancasila maka bangsa ini adalah bangsa yang mengakui adanya Tuhan yang Maha Esa.

"Yang tidak bertuhan silahkan keluar," ujarnya.

Sebagai bangsa yang bertuhan, bangsa ini memiliki beberapa agama besar, Islam, Kristen, Katolik, Hindhu, Budha, dan Konghucu. Meski sebagai negara yang beragama namun bangsa ini bukan bangsa agama, bukan bangsa dengan salah satu agama tertentu.

"Meski demikian kita juga bukan negara sekuler," ucap Mahyudin.

Mahyudin mengakui meski mayoritas penduduk Indonesia beragama namun masih ada yang lemah dalam pemahaman.

"Ada yang memahami agama secara keliru. Akibat yang demikian membuat terjadinya radikalisme. Inilah yang bisa memecah persatuan," paparnya.

Ditegaskan bahwa negara ini didirikan untuk semua bukan untuk satu kelompok atau golongan. "Untuk itu sosialisasi dilakukan untuk meningkatkan persatuan," tegasnya.