Magelang, ANTARA JATENG - Lomba mendongeng menjadi salah satu upaya menumbuhkan kecintaan dan melestarikan budaya bangsa, kata penasihat Dharma Wanita Persatuan Kota Magelang, Jawa Tengah, Yetty Biakti Sigit Widyonindito.

"Untuk melestarikan budaya Jawa sebagai budaya bangsa dan lebih mengangkat kearifan lokal Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Magelang menggelar lomba dongeng," katanya di Magelang, Jumat.

Lomba yang berlangsung di Gedung Wanita Kota Magelang tersebut diikuti 41 DWP unsur pelaksana di Kota Magelang.

Yetty Biakti mengatakan bahwa melalui kegiatan ini diharapkan bisa menghasilkan pendongeng untuk mengajarkan anak-anak belajar mencintai budaya sendiri seperti bahasa Jawa.

"Lomba dongeng merupakan bagian dari upaya untuk menanamkan pendidikan moral dan akhlak kepada anak," katanya.

Ia mengatakan mendongeng juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai budaya dan sejarah. Melalui dongeng anak-anak diberikan pemahaman tentang budaya, etika, norma, kesopanan dan kesusilaan.

Ia menuturan tahun ini Kota Magelang kembali meraih predikat sebagai Kota Layak Anak Tingkat Nindya dan kegiatan lomba ini sangat tepat dilakukan dan mempertegas komitmen sebagai kota yang ramah untuk anak-anak.

Di tengah perkembangan kemajuan teknologi saat ini, katanya budaya tutur mulai banyak ditinggalkan.Masyarakat lebih asyik menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi padahal tidak semua bisa digantikan dengan teknologi yang ada.

"Ada anggapan dari orang tua kalau anaknya bisa main game, gadget, HP bangga karena bisa mengikuti perkembangan zaman. Tanpa disadari hal tersebut membuat anak-anak terpaku di depan layar dan membuat anak menjadi egois dan kurang bersosialisasi," katanya.

Ia menjelaskan mendongeng melambangkan keakraban antara yang mendongeng dengan yang mendengarkan. Dulu orang tua selalu membacakan dongeng kepada anak-anaknya saat akan tidur.

Melalui dongeng tersebut, katanya anak menjadi tenang dan senang. Mendongeng juga menjadi kesempatan bagi orang tua untuk dekat dengan dengan anak-anaknya.

"Perlu menghidupkan kembali tradisi atau kebiasaan ibu-ibu mendongeng kepada anak atau cucunya supaya menjadi lebih dekat secara psikologis.Nantinya mereka ketika sudah dewasa ingat dengan dongeng tersebut dan bisa meneruskan tradisi tersebut secara turun- temurun," katanya.

Ketua DWP Kota Magelang, Demetrya Tety Sugiharto mengatakan kegiatan ini selain untuk melestarikan budaya Jawa juga dalam rangka HUT ke18 DWP. Kriteria penilaian meliputi vokal (artikulasi, tempo dan intonasi), penghayatan (ekspresi, keaktoran), dan penampilan (kostum, property, penguasaan panggung) dan peserta dinilai oleh juri yang kompeten dan netral.

Masing-masing peserta diberikan waktu tujuh menit untuk menunjukkan kemampuannya.

"Meskipun baru pertama kali diselenggarakan ternyata ibu-ibu DWP banyak yang kreatif. Mereka membawa properti untuk mendukung penampilan mereka supaya lebih menarik," katanya.