18 Pengembang Ramaikan "Property Semarang Expo #8"
Kamis, 12 Oktober 2017 19:25 WIB
Pengunjung memotret maket perumahan yang dipajang di salah satu stan peserta "Property Semarang Expo #8" di Mal Ciputra Semarang, mulai 12-23 Oktober 2017, Kamis (12/10) (Foto: ANTARAJATENG.COM/Zuhdiar Laeis)
Semarang, ANTARA JATENG - Sebanyak 18 pengembang perumahan mengikuti gelaran "Property Semarang Expo #8" yang berlangsung di Mal Ciputra Semarang, mulai 12-23 Oktober 2017.
"Total peserta pameran ada 20 stan, tetapi yang dari kawan-kawan pengembang ada 18 stan. Sisanya, dari `stakeholder` pendukung,"Ketua Panitia Property Expo Semarang Dibya K Hidayat, di Semarang, Kamis.
Pengembang properti yang berpartisipasi dalam pameran tersebut, antara lain PT Hijau Cipta Harmoni, Ciputra Mitra, Warna Alam Indonesia, Kini Jaya Indah, dan pengembang apartemen, yakni Candiland Apartment.
Dibandingkan gelaran serupa yang ketujuh yang diikuti 12 pengembang perumahan, kata dia, jumlah pengembang properti yang ikut bertambah sehingga hasil penjualan diharapkan ikut terdongkrak.
Meski diakuinya target penjualan pada pameran sebelumnya tidak terlampaui, Direktur PT Kini Jaya Indah itu optimistis target pada pameran kali ini sebanyak 70 unit rumah bisa tercapai.
Pada "Property Semarang Expo #7" yang berlangsung di Mal Paragon Semarang, September lalu, hanya membukukan penjualan sebanyak 29 unit dari target yang diharapkan sebanyak 70 unit rumah.
"Untuk pameran ini, mayoritas pengembang yang ikut menyediakan hunian kelas menengah ke atas, termasuk apartemen. Ya, harus tetap semangat dan optimistis target penjualan tercapai," katanya.
Biasanya, kata dia, beberapa kali pameran serupa di Mal Ciputra selalu membukukan penjualan yang bagus sehingga pada pameran kali ini diharapkan bisa menyamai atau melampaui target.
Salah satu strategi yang dilakukan, kata dia, yakni menyesuaikan serapan pasar yang selama ini lebih banyak di kelas menengah persis sebelum konsumen kelas atas yang cenderung rendah.
"Banyak developer yang melakukan diversifikasi produk. Ya, membidik kelas yang `market`-nya lebih tebal. Rumah dengan rentang harga Rp300-700 juta yang selama ini paling banyak diminati," katanya.
Tentunya, kata Dibya, pengembang harus menyiasati dengan bangunan yang lebih kecil dan lahan yang lebih kecil agar bisa memenuhi keterserapan kebutuhan pasar atas properti kelas menengah.
Selain itu, ia mengungkapkan pentingnya dukungan perbankan untuk meningkatkan daya beli masyarakat terhadap pasar properti, yakni dengan fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR).
"Dukungan perbankan dengan KPR sangat penting. Selama ini, 90 persen pembeli properti melakukan transaksi dengan mengangsur atau kredit. Ya, dengan fasilitas KPR dari bank," pungkasnya.
"Total peserta pameran ada 20 stan, tetapi yang dari kawan-kawan pengembang ada 18 stan. Sisanya, dari `stakeholder` pendukung,"Ketua Panitia Property Expo Semarang Dibya K Hidayat, di Semarang, Kamis.
Pengembang properti yang berpartisipasi dalam pameran tersebut, antara lain PT Hijau Cipta Harmoni, Ciputra Mitra, Warna Alam Indonesia, Kini Jaya Indah, dan pengembang apartemen, yakni Candiland Apartment.
Dibandingkan gelaran serupa yang ketujuh yang diikuti 12 pengembang perumahan, kata dia, jumlah pengembang properti yang ikut bertambah sehingga hasil penjualan diharapkan ikut terdongkrak.
Meski diakuinya target penjualan pada pameran sebelumnya tidak terlampaui, Direktur PT Kini Jaya Indah itu optimistis target pada pameran kali ini sebanyak 70 unit rumah bisa tercapai.
Pada "Property Semarang Expo #7" yang berlangsung di Mal Paragon Semarang, September lalu, hanya membukukan penjualan sebanyak 29 unit dari target yang diharapkan sebanyak 70 unit rumah.
"Untuk pameran ini, mayoritas pengembang yang ikut menyediakan hunian kelas menengah ke atas, termasuk apartemen. Ya, harus tetap semangat dan optimistis target penjualan tercapai," katanya.
Biasanya, kata dia, beberapa kali pameran serupa di Mal Ciputra selalu membukukan penjualan yang bagus sehingga pada pameran kali ini diharapkan bisa menyamai atau melampaui target.
Salah satu strategi yang dilakukan, kata dia, yakni menyesuaikan serapan pasar yang selama ini lebih banyak di kelas menengah persis sebelum konsumen kelas atas yang cenderung rendah.
"Banyak developer yang melakukan diversifikasi produk. Ya, membidik kelas yang `market`-nya lebih tebal. Rumah dengan rentang harga Rp300-700 juta yang selama ini paling banyak diminati," katanya.
Tentunya, kata Dibya, pengembang harus menyiasati dengan bangunan yang lebih kecil dan lahan yang lebih kecil agar bisa memenuhi keterserapan kebutuhan pasar atas properti kelas menengah.
Selain itu, ia mengungkapkan pentingnya dukungan perbankan untuk meningkatkan daya beli masyarakat terhadap pasar properti, yakni dengan fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR).
"Dukungan perbankan dengan KPR sangat penting. Selama ini, 90 persen pembeli properti melakukan transaksi dengan mengangsur atau kredit. Ya, dengan fasilitas KPR dari bank," pungkasnya.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Wuling hadirkan pengalaman "test drive" bagi pengunjung di GIIAS Semarang 2024
24 October 2024 7:18 WIB