Ratusan Mahasiswa Pentaskan Opera Pertempuran Lima Hari Semarang
Minggu, 15 Oktober 2017 6:56 WIB
Ilustrasi-Sejumlah tentara Jepang menangkap dokter Kariadi, saat berlangsung drama perjuangan untuk memperingati kisah kepahlawanan para pejuang dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang, di kawasan Tugu Muda Semarang, Jumat (14/10) malam. Pertempuran
Semarang, ANTARA JATENG - Ratusan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Semarang memainkan opera di kawasan Tugu Muda Semarang, Sabtu (14/10) malam untuk mengenang Pertempuran Lima Hari Semarang.
Beberapa tokoh sentral dalam pertempuran itu pun dimunculkan dalam opera, seperti dr Kariadi yang gugur ketika mengecek persediaan air minum hingga KRMT Wongsonegoro, Gubernur Jawa Tengah kala itu.
Suasana heroik mewarnai sepanjang opera yang diawali dengan upacara untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam pertempuran bersejarah bagi masyarakat Kota Semarang itu.
Ribuan masyarakat terlihat memadati kawasan tempat berlangsungnya peringatan Pertempuran Lima Hari Semarang sejak belum dimulai hingga berakhirnya agenda tahunan itu.
Setidaknya ada lima jalan yang ditutup bagi kendaraan bermotor selama peringatan berlangsung, yakni Jalan Pemuda, Jalan Imam Bonjol, Jalan dr Sutomo, Jalan Mgr Soegijapranata, dan Jalan Pandanaran.
Sang sutradara, St Sukirno menjelaskan opera itu dibuat dengan alur persis peperangan tersebut, seperti pelucutan senjata tentara Jepang, kabar gugurnya dr Kariadi karena ditembak Jepang, hingga fasilitasi Wongsonegoro memberi senjata kepada pemuda.
Diakuinya, bukan kali ini pertama dirinya menyutradarai opera yang menjadi agenda rutin memperingati Pertempuran Lima Hari Semarang itu, melainkan sudah ke sepuluh lalinya.
Untuk latihan, kata dia, butuh waktu setidaknya dua minggu dengan mengumpulkan setidaknya 200 orang untuk memainkan opera peperangan tersebut.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengungkapkan peringatan Pertempuran Lima Hari Semarang merupakan momentum penting, khususnya bagi warga Kota Semarang untuk meneladani kepahlawanan para pejuang kemerdekaan.
"Banyak hal, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari peringatan yang selalu dilakukan setiap tahun ini. Bukan sekadar seremoni, tetapi harus dimaknai untuk berjuang mengisi kemerdekaan," kata Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi.
Hendi yang bertindak sebagai inspektur upacara menegaskan semangat dan keberanian para pemuda Semarang pada saat itu sangat luar biasa untuk mengusir tentara Jepang meski persenjataan yang dimiliki sangatlah terbatas.
Sudah menjadi tugas para generasi muda, lanjut dia, meneruskan perjuangan para pahlawan dalam mengisi kemerdekaan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing.
"Kita harus selalu ingat bagaimana beratnya perjuangan para pejuang terdahulu dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan agar bisa lebih menghargai hasil kemerdekaan yang sudah bisa dirasakan sekarang ini," kata politikus PDI Perjuangan itu.
Beberapa tokoh sentral dalam pertempuran itu pun dimunculkan dalam opera, seperti dr Kariadi yang gugur ketika mengecek persediaan air minum hingga KRMT Wongsonegoro, Gubernur Jawa Tengah kala itu.
Suasana heroik mewarnai sepanjang opera yang diawali dengan upacara untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam pertempuran bersejarah bagi masyarakat Kota Semarang itu.
Ribuan masyarakat terlihat memadati kawasan tempat berlangsungnya peringatan Pertempuran Lima Hari Semarang sejak belum dimulai hingga berakhirnya agenda tahunan itu.
Setidaknya ada lima jalan yang ditutup bagi kendaraan bermotor selama peringatan berlangsung, yakni Jalan Pemuda, Jalan Imam Bonjol, Jalan dr Sutomo, Jalan Mgr Soegijapranata, dan Jalan Pandanaran.
Sang sutradara, St Sukirno menjelaskan opera itu dibuat dengan alur persis peperangan tersebut, seperti pelucutan senjata tentara Jepang, kabar gugurnya dr Kariadi karena ditembak Jepang, hingga fasilitasi Wongsonegoro memberi senjata kepada pemuda.
Diakuinya, bukan kali ini pertama dirinya menyutradarai opera yang menjadi agenda rutin memperingati Pertempuran Lima Hari Semarang itu, melainkan sudah ke sepuluh lalinya.
Untuk latihan, kata dia, butuh waktu setidaknya dua minggu dengan mengumpulkan setidaknya 200 orang untuk memainkan opera peperangan tersebut.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengungkapkan peringatan Pertempuran Lima Hari Semarang merupakan momentum penting, khususnya bagi warga Kota Semarang untuk meneladani kepahlawanan para pejuang kemerdekaan.
"Banyak hal, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari peringatan yang selalu dilakukan setiap tahun ini. Bukan sekadar seremoni, tetapi harus dimaknai untuk berjuang mengisi kemerdekaan," kata Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi.
Hendi yang bertindak sebagai inspektur upacara menegaskan semangat dan keberanian para pemuda Semarang pada saat itu sangat luar biasa untuk mengusir tentara Jepang meski persenjataan yang dimiliki sangatlah terbatas.
Sudah menjadi tugas para generasi muda, lanjut dia, meneruskan perjuangan para pahlawan dalam mengisi kemerdekaan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing.
"Kita harus selalu ingat bagaimana beratnya perjuangan para pejuang terdahulu dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan agar bisa lebih menghargai hasil kemerdekaan yang sudah bisa dirasakan sekarang ini," kata politikus PDI Perjuangan itu.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kemenkumham Jateng dampingi pemeriksaan indikasi geografis Kopi Arabika Java Semarang
16 December 2024 7:30 WIB