DPR: Bila Pemerintah AS tidak ada Penjelasan, Sama saja Menghina Indonesia
Senin, 23 Oktober 2017 11:42 WIB
Abdul Kharis Almasyhari (dpr.go.id)
Jakarta, ANTARA JATENG - Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almasyhari
mengapresiasi langkah pemerintah terkait penolakan Amerika Serikat
terhadap rencana kunjungan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo
oleh negara tersebut.
"Kementerian Luar Negeri sudah menjalankan fungsi dengan baik dengan mengirimkan nota diplomatik. Kalau perlu, kita memang harus protes terhadap sikap Amerika Serikat itu," kata Kharis yang dihubungi di Jakarta, Senin.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengatakan Indonesia memang harus meminta penjelasan kepada pemerintah Amerika Serikat terkait penolakan terhadap Panglima TNI. Bila tidak ada penjelasan, maka itu sama saja dengan penghinaan terhadap Indonesia.
Namun, bila pemerintah Amerika Serikat sudah memberikan penjelasan dan meminta maaf, maka permasalahan itu harus dianggap selesai agar tidak mengganggu hubungan kedua negara yang bersahabat.
"Apalagi, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph Donovan juga sudah meminta maaf. Kita anggap saja kejadian ini sebagai insiden yang tidak boleh terulang lagi," tuturnya.
Sebelumnya, Panglima TNI diundang menghadiri acara pertemuan para panglima angkatan bersenjata tentang organisasi teroris atau "Chiefs of Defense Conference on Country Violent Extremist Organization" (VEOs) yang akan dilaksanakan pada 23 - 24 Oktober di Washington DC.
Undangan tersebut disampaikan oleh Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat Jenderal Joseph Dunford.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI Wuryanto menjelaskan bahwa Panglima TNI beserta isteri dan delegasi telah mengurus visa dan administrasi lainnya untuk persiapan keberangkatan.
"Kemudian pada Sabtu (21/10), Panglima TNI siap berangkat menggunakan maskapai penerbangan Emirates, tetapi beberapa saat sebelum keberangkatan ada pemberitahuan dari maskapai penerbangan bahwa Panglima TNI beserta delegasi tidak boleh memasuki wilayah AS oleh US Custom and Border Protection," jelas Wuryanto.
"Kementerian Luar Negeri sudah menjalankan fungsi dengan baik dengan mengirimkan nota diplomatik. Kalau perlu, kita memang harus protes terhadap sikap Amerika Serikat itu," kata Kharis yang dihubungi di Jakarta, Senin.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengatakan Indonesia memang harus meminta penjelasan kepada pemerintah Amerika Serikat terkait penolakan terhadap Panglima TNI. Bila tidak ada penjelasan, maka itu sama saja dengan penghinaan terhadap Indonesia.
Namun, bila pemerintah Amerika Serikat sudah memberikan penjelasan dan meminta maaf, maka permasalahan itu harus dianggap selesai agar tidak mengganggu hubungan kedua negara yang bersahabat.
"Apalagi, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph Donovan juga sudah meminta maaf. Kita anggap saja kejadian ini sebagai insiden yang tidak boleh terulang lagi," tuturnya.
Sebelumnya, Panglima TNI diundang menghadiri acara pertemuan para panglima angkatan bersenjata tentang organisasi teroris atau "Chiefs of Defense Conference on Country Violent Extremist Organization" (VEOs) yang akan dilaksanakan pada 23 - 24 Oktober di Washington DC.
Undangan tersebut disampaikan oleh Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat Jenderal Joseph Dunford.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI Wuryanto menjelaskan bahwa Panglima TNI beserta isteri dan delegasi telah mengurus visa dan administrasi lainnya untuk persiapan keberangkatan.
"Kemudian pada Sabtu (21/10), Panglima TNI siap berangkat menggunakan maskapai penerbangan Emirates, tetapi beberapa saat sebelum keberangkatan ada pemberitahuan dari maskapai penerbangan bahwa Panglima TNI beserta delegasi tidak boleh memasuki wilayah AS oleh US Custom and Border Protection," jelas Wuryanto.
Pewarta : Dewanto Samodro
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kapolrestabes Medan terancam sanksi tegas bila jika terima suap dari istri bandar narkoba
17 January 2022 13:35 WIB, 2022
Mendagri: "Lockdown" mikro diterapkan bila ada penularan saat liburan
27 December 2021 16:00 WIB, 2021
Piala Dunia bila digelar dua tahun sekali bisa tambah pemasukan FIFA Rp63 triliun
21 December 2021 7:43 WIB, 2021
UEFA: Wacana Piala Dunia bila digelar dua tahun sekali rusak kompetisi klub
25 September 2021 7:49 WIB, 2021