Warga Besakih Tahun ini Harus Merayakan Perayaan Galungan di Pengungsian
Rabu, 1 November 2017 12:10 WIB
Anggota Brimob yang bertugas di kawasan Gunung Agung turut bersembahyang dalam Upacara Purnama Kapat saat aktivitas Gunung Agung pada level awas di Pura Besakih, Karangasem, Bali, Kamis 5/10/2017). ( ANTARA/Hendra )
Karangasem, ANTARA JATENG - Pengungsi Gunung Agung di sejumlah wilayah di
Kabupaten Karangasem, Bali melaksanakan persembahyangan pada Hari Suci
Galungan, peringatan kemenangan dharma (kebaikan) melawan kejahatan
(adharma).
"Persembahyangan dilaksanakan di Pura Merajan (keluarga), Pura desa dan pura-pura lainnya di wilayah desa kami," kata Made Dwi (30), salah satu warga Desa Besakih, Rabu.
Perayaan Galungan tahun ini dirasakan berbeda jika dibandingkan perayaan Galungan enam bulan lalu. Sebagian besar warga Besakih kini harus menetap di pengungsian di sejumlah wilayah di Kabupaten Klungkung.
"Ada yang sudah pulang dan menempati rumah masing-masing. Tetapi masih banyak pula yang di pengungsian karena banjarnya masuk kawasan rawan bencana," katanya.
Nengah Pondoh (60), warga Desa Sebudi mengaku pulang ke rumah untuk bersembahyang pada perayaan Hari Suci Galungan.
Pondoh sebelunya sempat pulang guna mempersiapkan berbagai jenis kebutuhan jelang Galungan. Sanak keluarga pria mempersiapkan penjor dan makanan, sedangkan yang perempuan mempersiapkan sarana banten (sajen) dan persembahan.
Jarak rumah yang hanya empat kilometer dari puncak kawah membuatnya was-was tinggal terlalu lama di desanya. "Kalau sudah malam pasti kembali ke pengungsian. Takut juga kalau lama-lama di rumah. Cari aman saja," paparnya sembari membuat penjor Galungan.
Sebelumnya, Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyatakan bagi pengungsi yang berada di zona merah dipersilahkan pulang kembali ke desa masing-masing untuk melaksanakan persembahyangan Galungan.
Pastika berpesan agar para pengungsi tetap menjaga kewaspadaan dan secara khusus berdoa sembari berharap keadaan segera membaik pascapenurunan status Gunung Agung dari Awas ke Siaga.
"Persembahyangan dilaksanakan di Pura Merajan (keluarga), Pura desa dan pura-pura lainnya di wilayah desa kami," kata Made Dwi (30), salah satu warga Desa Besakih, Rabu.
Perayaan Galungan tahun ini dirasakan berbeda jika dibandingkan perayaan Galungan enam bulan lalu. Sebagian besar warga Besakih kini harus menetap di pengungsian di sejumlah wilayah di Kabupaten Klungkung.
"Ada yang sudah pulang dan menempati rumah masing-masing. Tetapi masih banyak pula yang di pengungsian karena banjarnya masuk kawasan rawan bencana," katanya.
Nengah Pondoh (60), warga Desa Sebudi mengaku pulang ke rumah untuk bersembahyang pada perayaan Hari Suci Galungan.
Pondoh sebelunya sempat pulang guna mempersiapkan berbagai jenis kebutuhan jelang Galungan. Sanak keluarga pria mempersiapkan penjor dan makanan, sedangkan yang perempuan mempersiapkan sarana banten (sajen) dan persembahan.
Jarak rumah yang hanya empat kilometer dari puncak kawah membuatnya was-was tinggal terlalu lama di desanya. "Kalau sudah malam pasti kembali ke pengungsian. Takut juga kalau lama-lama di rumah. Cari aman saja," paparnya sembari membuat penjor Galungan.
Sebelumnya, Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyatakan bagi pengungsi yang berada di zona merah dipersilahkan pulang kembali ke desa masing-masing untuk melaksanakan persembahyangan Galungan.
Pastika berpesan agar para pengungsi tetap menjaga kewaspadaan dan secara khusus berdoa sembari berharap keadaan segera membaik pascapenurunan status Gunung Agung dari Awas ke Siaga.
Pewarta : IMB Andi Purnomo
Editor :
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Meski Dekat Radius Berbahaya Gunung Agung, Ribuan Umat Hindu Padati Pura Besakih
01 November 2017 12:24 WIB, 2017
Kegiatan Ritual "Ida Betara Turun Kabeh" di Pura Besakih Berlangsung Tiga Pekan
12 April 2017 11:16 WIB, 2017
Terpopuler - NASIONAL
Lihat Juga
Menteri ATR/BPN bantah sertifikat pagar laut Tangerang milik Kapuk Niaga Indah
20 January 2025 14:00 WIB