Semarang, ANTARA JATENG - Pemblokiran terhadap aplikasi WhatsApp bakal menuai protes, apalagi pengguna WA di Indonesia lebih dari 100 juta orang, kata pakar keamanan siber Pratama Persadha menjawab pertanyaan Antara di Semarang, Senin malam.

Bahkan, kata Pratama yang pernah sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Pengamanan Sinyal Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), pemakainya bukan hanya orang biasa, melainkan para petinggi negara ini menggunakan WhatsApp (WA) untuk komunikasi.

Pratama mengemukakan hal itu ketika merespons rencana Kementerian Komununikasi dan Informatika (Kemkominfo) memblokir WA apabila penyedia aplikasi WhatsApp tidak memfilter konten porno.

"Kalau sampai `beneran` berani melakukan blokir, akan diprotes banyak orang. Mungkin nanti yang akan demo lebih banyak daripada demo 411," kata Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi (CISSReC) itu.

Ia melanjutkan, "Sangat beda dengan Cina yang berani melakukan blokir aplikasi atau layanan media sosial asing apa pun karena memiliki aplikasi alternatif yang tidak kalah dengan Facebook, WA, Google, dll. La, kita? Mau pakai apa?"

Oleh karena itu, kata Pratama, harus segera dipikirkan bahwa Indonesia harus segera mandiri di bidang solusi digital apa pun.

"Cara terbaik adalah bicara baik-baik dengan Facebook. Memohon mereka agar membuat aplikasi WA khusus Indonesia atau membatasi konten-konten tertentu untuk wilayah negara Indonesia," katanya.

Menurut dia, WA ini beda dengan Telegram yang "user"-nya tidak terlalu banyak di Indonesia. Telegram diblokir tidak menyebabkan keresahan yang berlebihan di Indonesia.

"Akan tetapi, kalau WA yang diblokir, bisa ramai nantinya," kata pria kelahiran Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah itu.