Rektor Unnes: 1 Dosen Wajib 1 Penelitian Plus Publikasi
Senin, 27 November 2017 20:20 WIB
Semarang - Rektor Universitas Negeri Semarang Prof Fathur Rokhman, didampingi Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LP2M) Unnes Prof Totok Sumaryanto (kanan) melihat produk hasil riset dalam pameran dan seminar hasil penelitian dan
Semarang, ANTARA JATENG - Rektor Universitas Negeri Semarang Prof Fathur Rokhman menegaskan setiap dosennya wajib melakukan minimal satu penelitian plus publikasi jurnal internasional.
"Penelitian merupakan salah satu tridharma perguruan tinggi, selain pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat. Ketiga dharma ini wajib dilakukan secara terintegrasi," katanya di Semarang, Senin.
Hal itu diungkapkan Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes itu membuka seminar hasil penelitian, pengabdian, dan pameran produk unggulan lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LP2M) Unnes.
Fathur menjelaskan Unnes mendorong para dosennya melakukan penelitian, salah satunya dengan dukungan dana yang tersebar di LP2M Unnes, kemudian dana penelitian di fakultas dan program pascasarjana.
"Dari LP2M, dananya ada dua sumber. Pertama, dari DIPA Unnes, kemudian dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, serta kerja sama lainnya. Dananya sekitar Rp12 miliar," katanya.
Untuk setiap fakultas dan program pascasarjana, kata dia, juga mengalokasikan masing-masing Rp1 miliar untuk penelitian sehingga total dana penelitian Unnes sudah sesuai standar minimal Dikti.
Oleh karena itu, kata dia, Unnes mewajibkan setiap dosennya melakukan penelitian yang akan dikontrol melalui sistem BKD (beban kerja dosen) yang harus dipenuhi oleh setiap dosen.
"Dosen yang tidak bisa memenuhi BKD, kami akan beri `surat cinta`. Kalau ternyata tidak bisa memenuhi juga akan terkena portal. Remunerasinya tidak bisa cair sampai bisa memenuhi kewajibannya," katanya.
Setelah itu, Fathur mengatakan dorongan ditingkatkan untuk mutu penelitian yang sekarang ini sudah di atas standar nasional ditingkatkan lagi agar bisa sampai tingkat internasional.
Diakuinya, dosen dalam melakukan penelitian harus mempertimbangkan kemanfaatannya bagi masyarakat karena hasilnya harus memiliki kemanfaatan, termasuk dalam hilirisasi ke dunia industri.
"Namun, tugas peneliti tidak sampai ke pasar, artinya tidak bisa memasarkan. Nanti, malah jualan. Kapan melakukan riset lagi? Makanya, tugas dosen sebenarnya sampai prototipe," katanya.
Nantinya, kata dia, lembaganya yang akan menjualkannya secara massal, seperti Unnes yang sekarang ini sudah membentuk Pusat Keunggulan Iptek Unnes untuk menghubungkan ke pasar.
Sementara itu, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LP2M) Unnes Prof Totok Sumaryanto F menjelaskan setidaknya ada empat kegiatan yang berlangsung pada 27-28 November 2017.
"Yang utama, pameran produk unggulan hasil penelitian dan pengabdian, kemudian seminar. Besoknya, dilaukan temu mitra untuk menyambungkan antara akademisi, government, dan business (ABG)," katanya.
Dari hasil-hasil riset tersebut, kata Guru Besar FBS Unnes itu, dipamerkan produknya agar bisa ditangkap mitra Unnes untuk komersialisasi, seperti industri dan dari dinas-dinas terkait.
"Penelitian merupakan salah satu tridharma perguruan tinggi, selain pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat. Ketiga dharma ini wajib dilakukan secara terintegrasi," katanya di Semarang, Senin.
Hal itu diungkapkan Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes itu membuka seminar hasil penelitian, pengabdian, dan pameran produk unggulan lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LP2M) Unnes.
Fathur menjelaskan Unnes mendorong para dosennya melakukan penelitian, salah satunya dengan dukungan dana yang tersebar di LP2M Unnes, kemudian dana penelitian di fakultas dan program pascasarjana.
"Dari LP2M, dananya ada dua sumber. Pertama, dari DIPA Unnes, kemudian dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, serta kerja sama lainnya. Dananya sekitar Rp12 miliar," katanya.
Untuk setiap fakultas dan program pascasarjana, kata dia, juga mengalokasikan masing-masing Rp1 miliar untuk penelitian sehingga total dana penelitian Unnes sudah sesuai standar minimal Dikti.
Oleh karena itu, kata dia, Unnes mewajibkan setiap dosennya melakukan penelitian yang akan dikontrol melalui sistem BKD (beban kerja dosen) yang harus dipenuhi oleh setiap dosen.
"Dosen yang tidak bisa memenuhi BKD, kami akan beri `surat cinta`. Kalau ternyata tidak bisa memenuhi juga akan terkena portal. Remunerasinya tidak bisa cair sampai bisa memenuhi kewajibannya," katanya.
Setelah itu, Fathur mengatakan dorongan ditingkatkan untuk mutu penelitian yang sekarang ini sudah di atas standar nasional ditingkatkan lagi agar bisa sampai tingkat internasional.
Diakuinya, dosen dalam melakukan penelitian harus mempertimbangkan kemanfaatannya bagi masyarakat karena hasilnya harus memiliki kemanfaatan, termasuk dalam hilirisasi ke dunia industri.
"Namun, tugas peneliti tidak sampai ke pasar, artinya tidak bisa memasarkan. Nanti, malah jualan. Kapan melakukan riset lagi? Makanya, tugas dosen sebenarnya sampai prototipe," katanya.
Nantinya, kata dia, lembaganya yang akan menjualkannya secara massal, seperti Unnes yang sekarang ini sudah membentuk Pusat Keunggulan Iptek Unnes untuk menghubungkan ke pasar.
Sementara itu, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LP2M) Unnes Prof Totok Sumaryanto F menjelaskan setidaknya ada empat kegiatan yang berlangsung pada 27-28 November 2017.
"Yang utama, pameran produk unggulan hasil penelitian dan pengabdian, kemudian seminar. Besoknya, dilaukan temu mitra untuk menyambungkan antara akademisi, government, dan business (ABG)," katanya.
Dari hasil-hasil riset tersebut, kata Guru Besar FBS Unnes itu, dipamerkan produknya agar bisa ditangkap mitra Unnes untuk komersialisasi, seperti industri dan dari dinas-dinas terkait.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Pendidikan
Lihat Juga
Raih predikat "Unggul", UIN Walisongo bertekad wujudkan pendidikan bermutu
14 November 2024 14:15 WIB