Semarang, (Antaranews Jateng) - Proyek revitalisasi kawasan Kota Lama Semarang yang digelontor anggaran Rp156 miliar dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mulai digarap.

"Potensinya (kawasan Kota Lama, red.) sangat luar biasa, sebagaimana di wilayah lain, baik di dalam maupun luar negeri. Yang punya kota lama" kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi di Semarang, Senin.

Hal tersebut diungkapkan politikus PDI Perjuangan yang akrab disapa Hendi itu, saat "Ground Breaking Pembangunan Penataan Kawasan Kota Lama Semarang Tahun 2018" di kawasan Kota Lama Semarang.

Hendi mengatakan kawasan Kota Lama Semarang merupakan kawasan seksi yang bisa dijual untuk sektor pariwisata sehingga salah satu target pembangunan Kota Semarang periode ini adalah di Kota Lama.

"Bagaimana Kota Lama bisa berkembang lebih baik dan lebih top sesuai ketentuan. Maksudnya, bagaimana bangunan cagar budaya yang ada dirawat sedemikian rupa, tidak menghilangkah marwah, roh, maupun arsitekturnya," katanya.

Ternyata, kata dia, keinginan untuk mengembangkan kawasan Kota Lama Semarang menjadi lebih bagus didengar oleh Kementerian PUPR yang menugaskan dirjennya untuk membantu pengembangan kawasan yang penuh bangunan cagar budaya itu.

"Tadi kan sudah `ground breaking` kawasan Kota Lama Semarang dengan anggaran senilai Rp156 miliar. Itu untuk `street furniture`, jalan, penanganan (rob, red.) dengan kolam retensi, hingga taman-taman," katanya.

Menurut dia, revitalisasi kawasan Kota Lama yang dilakukan itu tentunya akan makin membangkitkan semangat para pemilik gedung kuno di kawasan itu untuk melakukan restorasi atau pembaruan sesuai dengan ketentuan.

Dia mengakui ke depan ada rencana kawasan Kota Lama Semarang dibikin steril dari kendaraan bermotor pribadi, tetapi harus diiringi dengan penempatan titik-titik parkir yang sesuai sedemikian rupa.

"Bagaimana pula kami mengatur orang yang `pengin` lalu lalang tapi tidak `pengin` berjalan kaki. Nanti, ada kendaraan ramah lingkungan. Hari ini, baru ada tiga kendaraan, saya bilang jangan dulu (ditutup untuk kendaraan, red.)," katanya.

Selama transportasi ramah lingkungan untuk pengunjung di kawasan Kota Lama Semarang belum disiapkan baik, orang nomor satu di Kota Semarang itu tidak ingin menutup kawasan yang sering disebut "Little Netherland" itu dari kendaraan bermotor.

"Sudah ada sebagian roh kehidupan, baik ekonomi, sosial, dan budaya di sini. Kalau belum disiapkan transportasinya secara memadai, saya khawatir mereka bisa turun omzetnya. Kami akan tata secara baik dan matang," katanya.