"Tentunya saya bangga bisa membawa kain lurik, bahan kain tradisional yang oleh sebagian pihak sering dinomorduakan," ujar Lina, yang menetap di Ibu Kota Jerman, Berlin, sejak 1993 kepada ANTARA News, Minggu.
Lina mengakui perasaan bahagia, namun masih harus terus berjuang sebagai desainer di Berlin berciri khas kain lurik.
Dalam merayakan 10 tahun berkarya (Jubilaum), ia mengemukakan, busana dan juga tas bermerek LB di Berlin digelar khusus dalam peragaan busana bertema "The Magic Stripes" pada akhir pekan di Hotel Hilton Berlin, tempatnya selama ini memajang berbagai rancangan busana dan tas berbahan kain lurik.
Produk LB banyak diminati oleh orang dari berbagai negara yang menginap di hotel berbintang tersebut.
Peragaan busana karya Lina kali ini berbeda dari biasanya, yakni melibatkan enam peragawati profesional asal Jerman yang memeragakan busana karya ibu dua putri itu diiringi empat pemusik untuk saksofon, piano, flute & according, serta dua penyanyi.
Acara di tengah Kota Berlin itu yang dihadiri sekira 200 undangan, termasuk pejabat dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Berlin.
"Tamu-tamu yang saya undang merasa happy dan memberikan pujian karena peragaan diiringi dengan dengan musik dan juga ada tari Indonesia," ujar perempuan alumni sekolah desain di Bandung, Jawa Barat, itu.
Ia menimpali, "Saya juga memperkenalkan musik Angklung Orchestra Berlin sumbangan dari KBRI Berlin dan tari Bali Belibis, di mana pemain Angklung Orchestra Berlin yang bermain sangat bagus juga mengenalkan selendang lurik."
Sebanyak 12 karya busana berbahan lurik Lina Berlina dan tas LB disain terbaru mendapat sambutan para penonton yang juga menikmati sajian paduan musik khas Indonesia maupun Eropa.
Lina juga mengenalkan koleksi terbaru dasi kupu-kupu dan sapu tangan berbahan lurik.
Ia mengemukakan mulai melirik lurik pada 2005 sebagai dasar desain karyanya. Kain lurik termasuk tenun Jawa traditional yang bermakna membawa keberuntungan di tenun dengan cinta kasih para penenunnya.(Editor : Priyombodo RH).