Sardini: Pilgub Jateng terlalu represif
Rabu, 28 Februari 2018 18:50 WIB
Ketua AIPI Semarang Nur Hidayat Sardini (Foto: I.C.Senjaya)
Semarang (Antaranews Jateng) - Analis politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Nur Hidayat Sardini menilai pelaksanaan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah 2018 kurang gairah karena terlalu represif.
"Pilgub ini kurang gairah karena lebih banyak diperankan oleh `state actor` aktor berbasis negara," kata Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Semarang di Semarang, Rabu.
Ia merujuk pada menonjolnya peran penyelenggara pemilu, seperti KPU dan Bawaslu, serta aparat kepolisian.
Ia menilai ada yang kutang proporsional dalam pelaksanaan pesta demokrasi ini.
Menurut dia, keberagaman dan aspirasi masyarakat dalam pilkada kali ini kurang tertampilkan.
"Seolah-olah pilkada ini hanya milik pemerintah, padahal bikin pemilu ini untuk rakyat," kata mantan Ketua Bawaslu RI ini.
Ia menduga kondisi ini merupakan efek dari pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta.
"Jangan terlampau membawa pilkada ini ke arah represif. Ada hoax salah, fitnah salah, kampanye hitam dalah," katanya.
Ia menilai kampanye negatif masih diperbolehkan karena isinya mengritik program para pasangan calon.
Terlebih lagi, lanjut dia, pilgub tahun ini hanya diikuti dua pasangan calon.
"Masing-masing pasangan calon akan lebih efektif saling membandingkan, sehingga mempermudah memberi pilihan kepada masyarakat," katanya.
Pilgub Jawa Tengah diikuti dua pasangan calon, yakni pasangan nomor urut 1 Ganjar Pranowo-Taj Yasin dan nomor urut 2 Sudirman Said-Ida Fauziyah.
"Pilgub ini kurang gairah karena lebih banyak diperankan oleh `state actor` aktor berbasis negara," kata Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Semarang di Semarang, Rabu.
Ia merujuk pada menonjolnya peran penyelenggara pemilu, seperti KPU dan Bawaslu, serta aparat kepolisian.
Ia menilai ada yang kutang proporsional dalam pelaksanaan pesta demokrasi ini.
Menurut dia, keberagaman dan aspirasi masyarakat dalam pilkada kali ini kurang tertampilkan.
"Seolah-olah pilkada ini hanya milik pemerintah, padahal bikin pemilu ini untuk rakyat," kata mantan Ketua Bawaslu RI ini.
Ia menduga kondisi ini merupakan efek dari pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta.
"Jangan terlampau membawa pilkada ini ke arah represif. Ada hoax salah, fitnah salah, kampanye hitam dalah," katanya.
Ia menilai kampanye negatif masih diperbolehkan karena isinya mengritik program para pasangan calon.
Terlebih lagi, lanjut dia, pilgub tahun ini hanya diikuti dua pasangan calon.
"Masing-masing pasangan calon akan lebih efektif saling membandingkan, sehingga mempermudah memberi pilihan kepada masyarakat," katanya.
Pilgub Jawa Tengah diikuti dua pasangan calon, yakni pasangan nomor urut 1 Ganjar Pranowo-Taj Yasin dan nomor urut 2 Sudirman Said-Ida Fauziyah.
Pewarta : Immanuel Citra Senjaya
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
RS Samsoe Hidayat lindungi 100 pekerja informal jaminan sosial ketenagakerjaan
26 September 2024 21:39 WIB
Arief Hidayat: Kepemimpinan MK yang baru diharapkan kembalikan kepercayaan publik
10 November 2023 18:40 WIB, 2023
Direktur Sido Muncul bocorkan kiat sukses di Konvensi Humas Indonesia
02 September 2023 21:30 WIB, 2023
KH Mughni Labib dan Imam Hidayat pimpin NU Banyumas periode 2023-2028
12 December 2022 16:11 WIB, 2022
Antisipasi bencana, tim gabungan gelar apel siaga bencana di Boyolali
26 October 2022 13:32 WIB, 2022
Ustaz Adi Hidayat harap Muktamar Muhammadiyah beri kontribusi bagi NKRI
08 October 2022 21:01 WIB, 2022