Rayakan Syawalan, ratusan ekor sapi diarak keliling kampung
Jumat, 22 Juni 2018 11:46 WIB
Sejumlah peternak Lereng Merapi sedang mengarak keliling ternak sapinya dalam acara Syawalan atau" Bakdo Kupat" yang digelar di Dukuh Mlambong Desa Sruni Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, (Foto:Bambang Dwi Marwoto)
Boyolali (Antaranews Jateng) - Ratusan ekor sapi ternak milik warga di lereng Gunung Merapi Dukuh Mlambong Desa Sruni Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali diarak keliling kampung untuk merayakan Syawalan dikenal dengan "bakdo kupat", Jumat.
Warga yang mengeluarkan ternaknya dari kandangnya dengan dikalungi ketupat diarak keliling kampung merupakan bagian dari kegiatan tradisi syawalan yang digelar masyarakat di lereng Gunung Merapi setiap tahun sepekan sehabis Lebaran.
Bahkan tradisi masyarakat yang sudah berlangsung turun-temurun sejak zaman nenek moyang tersebut diawali dengan doa bersama dengan membawa makanan dari rumah berupa ketupat sayur bersama lauk pauknya serta satu gunungan berupa hasil bumi dan tumpeng ketupat untuk diarak keliling kampung bersama ternaknya.
Hadi Suwarno (65) salah stau sesepuh warga Desa Sruni Boyolali mengatakan perayaan syawalan digelar setiap tahun tujuh hari setelah Lebaran. Masyarakat setempat menyebut bakdo kupat dan bakdo sapi. Artinya, hewan ternak pada bakdo kupat ini, dimanjakan oleh pemiliknya dengan diberikan makan ketupat sebelum diarak keliling kampung.
Menurut Suwarno kenapa ternak sapi dimanjakan, hal ini tanda bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki melalui hasil ternak sapi, berupa susu segar. Dari hasil produksi susu sapi ini, keluarga dapat makan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga sekarang.
"Semua warga mengeluarkan ternak sapi untuk diarak keliling kampung. Jumlah ternak sapi sekitar 500 ekor yang keliling kampung. Setelah diarak sapi kemudian dimandikan untuk dikembalikan ke kandanya," kata Suwarto.
Kegiatan syawalan dnegan mengarak ternak sapi tersebut menjadikan Desa Sruni yang terletak di lereng Gunung Merapi disisi utara tersebut yang sepi menjadi meriah. Bahkan, semua warga keluar rumah melihat langsung kegiatan ternak sapi yang dibawa keliling kampung pemiliknya itu.
Warga yang mengeluarkan ternaknya dari kandangnya dengan dikalungi ketupat diarak keliling kampung merupakan bagian dari kegiatan tradisi syawalan yang digelar masyarakat di lereng Gunung Merapi setiap tahun sepekan sehabis Lebaran.
Bahkan tradisi masyarakat yang sudah berlangsung turun-temurun sejak zaman nenek moyang tersebut diawali dengan doa bersama dengan membawa makanan dari rumah berupa ketupat sayur bersama lauk pauknya serta satu gunungan berupa hasil bumi dan tumpeng ketupat untuk diarak keliling kampung bersama ternaknya.
Hadi Suwarno (65) salah stau sesepuh warga Desa Sruni Boyolali mengatakan perayaan syawalan digelar setiap tahun tujuh hari setelah Lebaran. Masyarakat setempat menyebut bakdo kupat dan bakdo sapi. Artinya, hewan ternak pada bakdo kupat ini, dimanjakan oleh pemiliknya dengan diberikan makan ketupat sebelum diarak keliling kampung.
Menurut Suwarno kenapa ternak sapi dimanjakan, hal ini tanda bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki melalui hasil ternak sapi, berupa susu segar. Dari hasil produksi susu sapi ini, keluarga dapat makan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga sekarang.
"Semua warga mengeluarkan ternak sapi untuk diarak keliling kampung. Jumlah ternak sapi sekitar 500 ekor yang keliling kampung. Setelah diarak sapi kemudian dimandikan untuk dikembalikan ke kandanya," kata Suwarto.
Kegiatan syawalan dnegan mengarak ternak sapi tersebut menjadikan Desa Sruni yang terletak di lereng Gunung Merapi disisi utara tersebut yang sepi menjadi meriah. Bahkan, semua warga keluar rumah melihat langsung kegiatan ternak sapi yang dibawa keliling kampung pemiliknya itu.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024