BUMN HADIR - SMN Kepri terkesan dengan keberagaman Semarang
Jumat, 14 September 2018 17:25 WIB
Sejumlah siswa asal Kepulauan Riau sedang berfoto saat berkunjung ke Kelenteng Sam Poo Kong Semarang dalam rangka program Siswa Mengenal Nusantara (SMN) 2018, di Semarang, Jumat (14/9). (Foto: Zuhdiar Laeis)
Semarang (Antaranews Jateng) - Para pelajar asal Kepulauan Riau yang menjadi peserta program Siswa Mengenal Nusantara (SMN) 2018 takjub setelah menyaksikan sejumlah tujuan wisata religi di Semarang sekaligus terkesan dengan keberagaman budaya masyarakat di Ibu Kota Jawa Tengah ini.
"Kagum saya dengan tempat-tempat tujuan wisata religi di Semarang, seperti di kelenteng ini," kata Adellene Rossario (16), siswa SMK Nurul Jadid Batam saat berkunjung di Kelenteng Sam Poo Kong Semarang, Jumat.
Program SMN adalah kegiatan pertukaran pelajar yang diinisiasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan difasilitasi seluruh BUMN yang memiliki wilayah kerja di 34 provinsi.
Untuk pelajar dari Kepri, difasilitasi PT Pelindo I Tanjung Pinang, Perum LKBN Antara, dan PT Persero Batam dengan menyeleksi 24 siswa untuk studi banding ke Yogyakarta dan Semarang.
Semula, para pelajar asal Kepri yang mengikuti SMN 2018 direncanakan berkunjung ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, tetapi karena terjadi gempa kemudian dialihkan ke Yogyakarta dan Semarang.
Gadis berhijab itu mengakui di daerahnya memang ada kelenteng, tetapi tidak sebesar Kelenteng Sam Poo Kong, dan selama ini sebatas menjadi tempat peribadatan, bukan sebagai destinasi wisata.
"Kelenteng di sana sering dipakai foto-foto juga, tetapi tidak kayak Kelenteng Sam Poo Kong di sini yang jadi destinasi wisata," kata perempuan kelahiran Batam, 6 Oktober 2002 itu.
Selain itu, sulung dari dua bersaudara itu juga terkesan dengan multikulturalisme yang ada di masyarakat, termasuk dalam sejarah Kelenteng Sam Poo Kong dengan akulturasi budaya Islam dan China.
Senada, Pahrizal (18) dari SMK Negeri 1 Singkep, Kabupaten Lingga juga mengungkapkan kekagumannya dengan keberagaman budaya yang ditemuinya di Semarang, termasuk saat berkunjung ke Kelenteng Sam Poo Kong.
"Ada nilai toleransi yang bisa saya ambil dari keberagaman masyarakat ini. Banyak monumen yang menunjukkan keberagaman agama dan budaya," kata anak ketiga dari empat bersaudara itu.
Dari program SMN, remaja kelahiran Dabo Singkep, 21 November 2000 itu mengaku mendapatkan banyak sekali pengalaman berharga yang akan diceritakannnya kepada kawan-kawan di daerahnya.
Di Kelenteng Sam Poo Kong, para pelajar asal Kepri berkeliling dan mengabadikan foto di beberapa sudut, termasuk di dekat patung Sam Poo Kong dari perunggu setinggi lebih dari 10,7 meter.
Sebelum berkunjung ke Kelenteng Sam Poo Kong, para pelajar Kepri peserta SMN 2018 juga sempat diajak ke kampus Universitas Diponegoro (Undip) Semarang untuk berfoto bersama.
Selepas dari kelenteng, para siswa Kepri itu diajak ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang untuk shalat Jumat bagi yang beragama Islam, sebelum berkunjung ke kawasan Kota Lama Semarang.
"Kagum saya dengan tempat-tempat tujuan wisata religi di Semarang, seperti di kelenteng ini," kata Adellene Rossario (16), siswa SMK Nurul Jadid Batam saat berkunjung di Kelenteng Sam Poo Kong Semarang, Jumat.
Program SMN adalah kegiatan pertukaran pelajar yang diinisiasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan difasilitasi seluruh BUMN yang memiliki wilayah kerja di 34 provinsi.
Untuk pelajar dari Kepri, difasilitasi PT Pelindo I Tanjung Pinang, Perum LKBN Antara, dan PT Persero Batam dengan menyeleksi 24 siswa untuk studi banding ke Yogyakarta dan Semarang.
Semula, para pelajar asal Kepri yang mengikuti SMN 2018 direncanakan berkunjung ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, tetapi karena terjadi gempa kemudian dialihkan ke Yogyakarta dan Semarang.
Gadis berhijab itu mengakui di daerahnya memang ada kelenteng, tetapi tidak sebesar Kelenteng Sam Poo Kong, dan selama ini sebatas menjadi tempat peribadatan, bukan sebagai destinasi wisata.
"Kelenteng di sana sering dipakai foto-foto juga, tetapi tidak kayak Kelenteng Sam Poo Kong di sini yang jadi destinasi wisata," kata perempuan kelahiran Batam, 6 Oktober 2002 itu.
Selain itu, sulung dari dua bersaudara itu juga terkesan dengan multikulturalisme yang ada di masyarakat, termasuk dalam sejarah Kelenteng Sam Poo Kong dengan akulturasi budaya Islam dan China.
Senada, Pahrizal (18) dari SMK Negeri 1 Singkep, Kabupaten Lingga juga mengungkapkan kekagumannya dengan keberagaman budaya yang ditemuinya di Semarang, termasuk saat berkunjung ke Kelenteng Sam Poo Kong.
"Ada nilai toleransi yang bisa saya ambil dari keberagaman masyarakat ini. Banyak monumen yang menunjukkan keberagaman agama dan budaya," kata anak ketiga dari empat bersaudara itu.
Dari program SMN, remaja kelahiran Dabo Singkep, 21 November 2000 itu mengaku mendapatkan banyak sekali pengalaman berharga yang akan diceritakannnya kepada kawan-kawan di daerahnya.
Di Kelenteng Sam Poo Kong, para pelajar asal Kepri berkeliling dan mengabadikan foto di beberapa sudut, termasuk di dekat patung Sam Poo Kong dari perunggu setinggi lebih dari 10,7 meter.
Sebelum berkunjung ke Kelenteng Sam Poo Kong, para pelajar Kepri peserta SMN 2018 juga sempat diajak ke kampus Universitas Diponegoro (Undip) Semarang untuk berfoto bersama.
Selepas dari kelenteng, para siswa Kepri itu diajak ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang untuk shalat Jumat bagi yang beragama Islam, sebelum berkunjung ke kawasan Kota Lama Semarang.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Pengelola Kelenteng Sam Poo Kong Semarang akui polisi pariwisata beri rasa aman wisatawan
21 October 2022 14:23 WIB, 2022
Polda Jateng gelar vaksinasi penguat di Kelenteng Tay Kak Sie saat Imlek
01 February 2022 13:08 WIB, 2022
Pandemi, perayaan Imlek bersama di Kelenteng Cahaya Sakti Temanggung ditiadakan
08 February 2021 14:56 WIB, 2021
Terpopuler - Pendidikan
Lihat Juga
Raih predikat "Unggul", UIN Walisongo bertekad wujudkan pendidikan bermutu
14 November 2024 14:15 WIB