Prospektif, petani Temanggung didorong kembangkan vanili
Selasa, 9 Oktober 2018 15:26 WIB
Seorang petani menunjukkan tanaman vanili pada pameran yang digelar bersamaan Rakor Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung. (Heru Suyitno)
Temanggung (Antaranews Jateng) - Pemerintah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mendorong petani setempat untuk mengembangkan tanaman vanili karena komoditas ini memiliki prospek sangat bagus.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung, Masrik Amin Zuhdi, di Temanggung, Selasa, mengatakan saat ini telah terbentuk Asosiasi Petani Vanili Indonesia Kabupaten Temanggung atas permintaan petani sendiri.
Ia menyampaikan hal tersebut usai Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung di Pendopo Pengayoman.
Menurut dia, ada beberapa daerah di Temanggung sudah mulai menanam vanili tetapi belum berani menanam di lahan karena rawan pencurian.
"Karena rawan pencurian, sehingga masih banyak ditanam di pekarangan rumah," katanya.
Menurut dia, hal itu perlu dicarikan jalan keluar, misalnya satu desa menanam vanili semua barang kali tidak ada yang mencuri.
Ia mencontohkan kasus di Boyolali ketika masih baru ada satu, dua, tiga kolam lele banyak pencurian tetapi setelah warga satu desa memiliki kolam lele semua sehingga aman.
"Mudah-mudahan vanili juga seperti itu, dibuatkan klaster-klaster sehingga bisa terlindungi," katanya.
Ketua Gapoktan Desa Kramat, Kecamatan Kranggan, Marjoko, mengatakan dalam dua tahun terakhir pihaknya sudah merintis budi daya tanaman vanili.
Ia mengatakan pencurian vanili biasanya dilakukan dengan mengambil batangnya sekalian, karena batang bisa dijual untuk bibit,
Ia menyebutkan bibit vanili dengan panjang batang di bawah 80 centimeter Rp10.000 per batang dan di atas 80 centimeter Rp15.000 per batang.
Harga vanili basah berkisar Rp300.000 hingga Rp600.000 per kilogram, sedangkan vanili kering Rp3,5 juta hingga Rp6 juta per kilogram.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung, Masrik Amin Zuhdi, di Temanggung, Selasa, mengatakan saat ini telah terbentuk Asosiasi Petani Vanili Indonesia Kabupaten Temanggung atas permintaan petani sendiri.
Ia menyampaikan hal tersebut usai Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Temanggung di Pendopo Pengayoman.
Menurut dia, ada beberapa daerah di Temanggung sudah mulai menanam vanili tetapi belum berani menanam di lahan karena rawan pencurian.
"Karena rawan pencurian, sehingga masih banyak ditanam di pekarangan rumah," katanya.
Menurut dia, hal itu perlu dicarikan jalan keluar, misalnya satu desa menanam vanili semua barang kali tidak ada yang mencuri.
Ia mencontohkan kasus di Boyolali ketika masih baru ada satu, dua, tiga kolam lele banyak pencurian tetapi setelah warga satu desa memiliki kolam lele semua sehingga aman.
"Mudah-mudahan vanili juga seperti itu, dibuatkan klaster-klaster sehingga bisa terlindungi," katanya.
Ketua Gapoktan Desa Kramat, Kecamatan Kranggan, Marjoko, mengatakan dalam dua tahun terakhir pihaknya sudah merintis budi daya tanaman vanili.
Ia mengatakan pencurian vanili biasanya dilakukan dengan mengambil batangnya sekalian, karena batang bisa dijual untuk bibit,
Ia menyebutkan bibit vanili dengan panjang batang di bawah 80 centimeter Rp10.000 per batang dan di atas 80 centimeter Rp15.000 per batang.
Harga vanili basah berkisar Rp300.000 hingga Rp600.000 per kilogram, sedangkan vanili kering Rp3,5 juta hingga Rp6 juta per kilogram.
Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Siapkan generasi adaptif-kreatif, Menag kembangkan Gerakan Kepramukaan Madrasah
18 November 2024 14:28 WIB
Kembangkan sektor industri dan pertanian, Forum Pusaka Jateng 2024 digelar
09 November 2024 22:33 WIB