Ruhut Sitompul: Pak SBY bukan bermain dua kaki
Jumat, 16 November 2018 16:34 WIB
Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-Maruf Amin, Ruhut Sitompul saat sedang bersama seorang pedagang swafoto dalam acara blusukan di Pasar Gedhe Solo, Jumat. (Foto: Bambang Dwi Marwoto)
Solo (Antaranews Jateng) - Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-Maruf Amin, Ruhut Sitompul berdoa agar suhu politik sekarang ini yang cenderung menghangat bisa kembali sejuk dalam menghadapi Pemilu 2019.
"Kami melihat kondisi politik sekarang memang lagi menghangat. Saya berdoa (suhu politik) dapat turun kembali dan suasana menjadi dingin," katanya usai blusukan di Pasar Gedhe Solo, Jumat.
Oleh karena itu, Ruhut berharap para tokoh tidak lagi berbicara sembarangan karena rakyat menjadi bingung. Pada Pemilu 2019, ia mengingatkan bahwa hati para pendukung capres-cawapres boleh panas, tetapi kepala harus tetap dingin.
Menurut Ruhut, yang paling penting demokrasi merupakan pesta rakyat. "Pak Jokowi pernah berpesan, mari pesta rakyat ini diikuti dengan riang gembira," katanya. Namanya pemilihan jelas ada yang menang, juga ada yang kalah, namun peserta harus siap menang dan siap kalah.
Menyinggung soal Partai Demokrat yang agak bimbang ke pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ruhut mengatakan dirinya selama 10 tahun menjadi kader Partai Demokrat. Partai Demokrat ketika kala itu banyak yang membicarakan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono bermain dua kaki.
"Namun, saya dengan tegas menyatakan Pak SBY bukan bermain dua kaki, tetapi setengah hati. Jadi, (itu) berbeda," katanya.
Ia mengerti ketika SBY mengadakan pertemuan dengan Prabowo Subianto lalu SBY mengatakan pihaknya mendukung Prabowo, tetapi tidak mendapat jabatan apa-apa.
Namun, kata dia, Prabowo sendiri yang memberikan harapan. Ketika itu, Prabowo bilang dirinya sedang mencari pasangan calon wakil Presiden dan salah satu yang pantas, yakni Agus Harimurti Yudhoyono.
"Ketika ramai-ramai soal mahar uang senilai Rp500 miliar untuk PKS dan Rp500 miliar untuk PAN yang dikatakan oleh Sekjen Partai Demokrat Andi Arief, mereka mulai gelisah. Kita negara hukum, jika PKS dan PAN merasa dipojokkan soal komentar itu, melapor saja kepada polisi. Nyatanya tidak dan hanya diam saja. Hal ini, membuat pak SBY mulai setengah hati," kata Ruhut.
Namun, kata dia, pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Legislatif baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten kota, dan DPD sekarang bersamaan. Ada persyaratan partai politik minimal meraih empat persen total kursi di DPR RI.
"Kami menilai memang beberapa partai pendukung, mereka merasa jika bukan calon presiden atau wakil presidennya, kami bisa tidak memperoleh empat persen di parlemen. Mereka setengah hati dan lebih fokus, termasuk Demokrat, mendukung kader-kadernya sebagai anggota legislatif," katanya.
Ia kaget ketika putra SBY, yakni AHY dan Edi Baskoro (Ibas) memberikan pernyataan bahwa semua calon anggota legislatif dari Partai Demokrat diberikan kebebasan milih pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin atau Prabowo-Sandiaga.
"Kami melihat kondisi politik sekarang memang lagi menghangat. Saya berdoa (suhu politik) dapat turun kembali dan suasana menjadi dingin," katanya usai blusukan di Pasar Gedhe Solo, Jumat.
Oleh karena itu, Ruhut berharap para tokoh tidak lagi berbicara sembarangan karena rakyat menjadi bingung. Pada Pemilu 2019, ia mengingatkan bahwa hati para pendukung capres-cawapres boleh panas, tetapi kepala harus tetap dingin.
Menurut Ruhut, yang paling penting demokrasi merupakan pesta rakyat. "Pak Jokowi pernah berpesan, mari pesta rakyat ini diikuti dengan riang gembira," katanya. Namanya pemilihan jelas ada yang menang, juga ada yang kalah, namun peserta harus siap menang dan siap kalah.
Menyinggung soal Partai Demokrat yang agak bimbang ke pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ruhut mengatakan dirinya selama 10 tahun menjadi kader Partai Demokrat. Partai Demokrat ketika kala itu banyak yang membicarakan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono bermain dua kaki.
"Namun, saya dengan tegas menyatakan Pak SBY bukan bermain dua kaki, tetapi setengah hati. Jadi, (itu) berbeda," katanya.
Ia mengerti ketika SBY mengadakan pertemuan dengan Prabowo Subianto lalu SBY mengatakan pihaknya mendukung Prabowo, tetapi tidak mendapat jabatan apa-apa.
Namun, kata dia, Prabowo sendiri yang memberikan harapan. Ketika itu, Prabowo bilang dirinya sedang mencari pasangan calon wakil Presiden dan salah satu yang pantas, yakni Agus Harimurti Yudhoyono.
"Ketika ramai-ramai soal mahar uang senilai Rp500 miliar untuk PKS dan Rp500 miliar untuk PAN yang dikatakan oleh Sekjen Partai Demokrat Andi Arief, mereka mulai gelisah. Kita negara hukum, jika PKS dan PAN merasa dipojokkan soal komentar itu, melapor saja kepada polisi. Nyatanya tidak dan hanya diam saja. Hal ini, membuat pak SBY mulai setengah hati," kata Ruhut.
Namun, kata dia, pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Legislatif baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten kota, dan DPD sekarang bersamaan. Ada persyaratan partai politik minimal meraih empat persen total kursi di DPR RI.
"Kami menilai memang beberapa partai pendukung, mereka merasa jika bukan calon presiden atau wakil presidennya, kami bisa tidak memperoleh empat persen di parlemen. Mereka setengah hati dan lebih fokus, termasuk Demokrat, mendukung kader-kadernya sebagai anggota legislatif," katanya.
Ia kaget ketika putra SBY, yakni AHY dan Edi Baskoro (Ibas) memberikan pernyataan bahwa semua calon anggota legislatif dari Partai Demokrat diberikan kebebasan milih pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin atau Prabowo-Sandiaga.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Denny Septiviant ajak peserta Diklatsar Banser Grobogan doakan kesembuhan David
28 February 2023 12:17 WIB, 2023
Pernikahan Kaesang, belasan ribu relawan Jokowi hadir ikut mendoakan
11 December 2022 7:47 WIB, 2022
Yenni Wahid ajak seniman Lima Gunung doakan korban tragedi Stadion Kanjuruhan
03 October 2022 7:57 WIB, 2022