Saran ahli atasi kesedihan anak karena kematian orang tercinta
Sabtu, 1 Desember 2018 13:25 WIB
Ketua KPAI Seto Mulyadi atau Kak Seto (kiri) mengajak bermain anak-anak korban gempa dan tsunami Palu-Donggala, di kantor Dinas Sosial, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (5/10/2018). Aktivitas tersebut merupakan salah satu bentuk terapi untuk menghilangkan rasa trauma (trauma healing) yang dialami anak-anak korban gempa dan tsunami Palu-Donggala. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/kye)
Jakarta (Antaranews Jateng) - Kematian dan kesedihan merupakan bagian alami dari pengalaman manusia, tapi duka karena kehilangan orang yang dicintai juga suatu proses yang sungguh rumit.
Ketika seorang anak kecil kehilangan orang yang dicintai, orangtua sering kesulitan menjelaskan apa itu kematian, padahal penjelasan itu sangat membantu si kecil untuk tida berduka terus menerus.
Berikut beberapa saran ahli bagi orangtua dan pengasuh tentang bagaimana berbicara dengan anak mengenai kesedihan dan kematian, mengutip HuffPost, Sabtu:
1. Jujur
“Katakan kepada mereka fakta tentang kematian,” kata psikolog klinis John Mayer. “Jangan menutupi apa kamatian itu atau menggunakan ‘obrolan balita’ kepada seorang anak. Jangan menggunakan frasa seperti ‘Grammy sedang tidur’. Ini merupakan saat yang tepat untuk mengajari mereka tentang kematian. Jangan menghindarinya.”
Dewan konselor profesional berlisensi Tammy Lewis Wilborn mengatakan bahwa menggunakan "bahasa imut" dan eufemisme dalam upaya untuk melindungi anak-anak dari realitas kematian dan kehilangan justu lebih berbahaya.
2. Dengan tanya jawab
Jenis percakapan yang harus dilakukan orangtua dengan seorang anak setelah kematian orang yang dicintai tergantung pada hubungan anak dengan orang yang meninggal tersebut.
Oleh karena itu, penting untuk menanyai anak tentang hal itu atau menawarkan untuk menjawab pertanyaan apa pun yang dia ajukan. Mulailah dengan pertanyaan yang bisa menjadi jalan masuk ke percakapan inti, kata Wilborn.
“Dan Anda tidak perlu memberikan detil spesifik tentang bagaimana orang itu meninggal, terutama jika kita berurusan dengan kesedihan traumatis. Mereka tidak membutuhkan semua informasi, tetapi mereka membutuhkan detil yang cukup sesuai usia untuk memahami bahwa seseorang telah meninggal dan tidak akan kembali.
3. Pahami bahwa emosi mereka rumit
“Kesedihan adalah proses yang rumit, jadi itu datang dengan berbagai pemikiran, emosi dan perilaku,” jelas Wilborn. Sementara orangtua mungkin mengira anak mereka sedang merasakan marah, sedih, bingung, atau bahkan bersalah karena kehilangan, ada perubahan perilaku yang bisa lebih sulit dipahami, seperti perubahan pola tidur, makan, dan bermasalah pada kinerja sekolahnya.
Kadang-kadang orangtua juga bingung ketika si anak tidak terlihat begitu sedih meskipun kehilangan orang yang dicintainya.
4. Sabar
Wilborn mencatat bahwa kesedihan adalah proses yang panjang, sehingga orangtua harus menolak kecenderungan untuk terburu-buru melewatinya dan bertanya-tanya kapan anak-anak mereka akan melewatinya.
“Kesedihan adalah proses yang tidak bisa Anda hindari. Anda harus melewatinya. Jadi Anda harus baik-baik saja dengan kecepatan prosesnya,” katanya. "Butuh beberapa waktu bagi seorang anak untuk kembali ke keadaannya yang normal."
5. Buat ritual
Menciptakan ritual untuk mengingat atau menghormati orang tercinta yang meninggal adalah bentuk apresiasi lain yang signifikan. "Jelaskan bahwa orang ini mungkin tidak berada di sini bersama kita, tetapi kita masih dapat mengingatnya dan merayakan hidup mereka sebagai sebuah keluarga," kata Wilborn.
6. Pastikan anak tahu itu bukan kesalahan mereka
"Kadang-kadang anak-anak memiliki cara yang sangat luar biasa untuk menyalahkan diri sendiri untuk hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan mereka," kata Wilborn.
Dengan itu, orangtua harus membantu anak-anak memahami bahwa kematian bukanlah kesalahan mereka, dan bukan tanggung jawab mereka untuk berusaha tabah atau menyembunyikan perasaannya.
7. Biarkan mereka tahu Anda berduka
Cara orangtua atau pengasuh anak merespons kehilangan adalah penting dalam membantu mereka mengatasinya. "Mereka perlu melihatmu bersedih," kata Wilborn. “Tetapi mereka juga perlu melihat Anda menjaga diri sendiri dan merawat diri sendiri, dengan atau tanpa bantuan profesional. Jika tidak, mereka mungkin merasa seperti mereka harus merawat Anda karena Anda tidak mengelola kesedihan dengan cara yang sehat.”
Tidak apa-apa untuk menangis di depan anak-anak dan Anda menunjukkan nilai mengekspresikan emosi serta berbagi emosi di antara anggota keluarga. Tidak apa-apa untuk mengatakan hal-hal seperti "Saya merasa sangat sedih karena ayah saya meninggal" atau "Ayah sedih karena dia merindukan ibunya."
(Editor : Suryanto).
Ketika seorang anak kecil kehilangan orang yang dicintai, orangtua sering kesulitan menjelaskan apa itu kematian, padahal penjelasan itu sangat membantu si kecil untuk tida berduka terus menerus.
Berikut beberapa saran ahli bagi orangtua dan pengasuh tentang bagaimana berbicara dengan anak mengenai kesedihan dan kematian, mengutip HuffPost, Sabtu:
1. Jujur
“Katakan kepada mereka fakta tentang kematian,” kata psikolog klinis John Mayer. “Jangan menutupi apa kamatian itu atau menggunakan ‘obrolan balita’ kepada seorang anak. Jangan menggunakan frasa seperti ‘Grammy sedang tidur’. Ini merupakan saat yang tepat untuk mengajari mereka tentang kematian. Jangan menghindarinya.”
Dewan konselor profesional berlisensi Tammy Lewis Wilborn mengatakan bahwa menggunakan "bahasa imut" dan eufemisme dalam upaya untuk melindungi anak-anak dari realitas kematian dan kehilangan justu lebih berbahaya.
2. Dengan tanya jawab
Jenis percakapan yang harus dilakukan orangtua dengan seorang anak setelah kematian orang yang dicintai tergantung pada hubungan anak dengan orang yang meninggal tersebut.
Oleh karena itu, penting untuk menanyai anak tentang hal itu atau menawarkan untuk menjawab pertanyaan apa pun yang dia ajukan. Mulailah dengan pertanyaan yang bisa menjadi jalan masuk ke percakapan inti, kata Wilborn.
“Dan Anda tidak perlu memberikan detil spesifik tentang bagaimana orang itu meninggal, terutama jika kita berurusan dengan kesedihan traumatis. Mereka tidak membutuhkan semua informasi, tetapi mereka membutuhkan detil yang cukup sesuai usia untuk memahami bahwa seseorang telah meninggal dan tidak akan kembali.
3. Pahami bahwa emosi mereka rumit
“Kesedihan adalah proses yang rumit, jadi itu datang dengan berbagai pemikiran, emosi dan perilaku,” jelas Wilborn. Sementara orangtua mungkin mengira anak mereka sedang merasakan marah, sedih, bingung, atau bahkan bersalah karena kehilangan, ada perubahan perilaku yang bisa lebih sulit dipahami, seperti perubahan pola tidur, makan, dan bermasalah pada kinerja sekolahnya.
Kadang-kadang orangtua juga bingung ketika si anak tidak terlihat begitu sedih meskipun kehilangan orang yang dicintainya.
4. Sabar
Wilborn mencatat bahwa kesedihan adalah proses yang panjang, sehingga orangtua harus menolak kecenderungan untuk terburu-buru melewatinya dan bertanya-tanya kapan anak-anak mereka akan melewatinya.
“Kesedihan adalah proses yang tidak bisa Anda hindari. Anda harus melewatinya. Jadi Anda harus baik-baik saja dengan kecepatan prosesnya,” katanya. "Butuh beberapa waktu bagi seorang anak untuk kembali ke keadaannya yang normal."
5. Buat ritual
Menciptakan ritual untuk mengingat atau menghormati orang tercinta yang meninggal adalah bentuk apresiasi lain yang signifikan. "Jelaskan bahwa orang ini mungkin tidak berada di sini bersama kita, tetapi kita masih dapat mengingatnya dan merayakan hidup mereka sebagai sebuah keluarga," kata Wilborn.
6. Pastikan anak tahu itu bukan kesalahan mereka
"Kadang-kadang anak-anak memiliki cara yang sangat luar biasa untuk menyalahkan diri sendiri untuk hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan mereka," kata Wilborn.
Dengan itu, orangtua harus membantu anak-anak memahami bahwa kematian bukanlah kesalahan mereka, dan bukan tanggung jawab mereka untuk berusaha tabah atau menyembunyikan perasaannya.
7. Biarkan mereka tahu Anda berduka
Cara orangtua atau pengasuh anak merespons kehilangan adalah penting dalam membantu mereka mengatasinya. "Mereka perlu melihatmu bersedih," kata Wilborn. “Tetapi mereka juga perlu melihat Anda menjaga diri sendiri dan merawat diri sendiri, dengan atau tanpa bantuan profesional. Jika tidak, mereka mungkin merasa seperti mereka harus merawat Anda karena Anda tidak mengelola kesedihan dengan cara yang sehat.”
Tidak apa-apa untuk menangis di depan anak-anak dan Anda menunjukkan nilai mengekspresikan emosi serta berbagi emosi di antara anggota keluarga. Tidak apa-apa untuk mengatakan hal-hal seperti "Saya merasa sangat sedih karena ayah saya meninggal" atau "Ayah sedih karena dia merindukan ibunya."
(Editor : Suryanto).
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Peneliti RI di Jerman ungkap temuan kunci masa depan sistem pangan nasional
17 October 2024 19:48 WIB
BPJAMSOTEK serahkan santunan kematian perangkat RT/RW di Kecamatan Ngaliyan
14 October 2024 9:53 WIB
BPJS Ketenagakerjaan Jateng-DIY serahkan santunan Rp259,2 juta ke ahli waris
06 September 2024 9:09 WIB