Taman Satya Taru Jurug cari pengganti gajah jantan
Sabtu, 16 Februari 2019 16:21 WIB
Gajah koleksi TSTJ tinggal dua ekor (Foto: Aris Wasita)
Solo (Antaranews Jateng) - Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Surakarta, Jawa Tengah mencari pengganti gajah jantan yang beberapa waktu lalu mati karena usia tua.
"Kami sudah menghubungi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan beberapa lembaga konservasi lain," kata Direktur Utama Perumda TSTJ Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso di Solo, Sabtu.
Ia mengatakan dengan matinya gajah bernama Jati yang berumur 55 tahun tersebut, saat ini koleksi gajah di TSTJ tersisa dua ekor dengan jenis kelamin betina.
"Yang satu pasangan Jati bernama Dian dengan umur 50 tahun, satu lagi namanya Manohara anak mereka berumur 10 tahun," katanya.
Nantinya untuk mendatangkan gajah yang baru, dikatakannya, akan menggunakan prosedur pertukaran satwa namun dengan tetap melalui izin dari BKSDA.
"Misalnya kami harus bertukar dengan Gembira Loka, nanti kami mengajukan izin ke BKSDA Jawa Tengah dan Gembira Loka juga mengajukan izin ke BKSDA DIY," katanya.
Selanjutnya, dikatakannya, masing-masing BKSDA akan mengirimkan surat ke Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Ia mengatakan jika kementerian menyetujui maka pertukaran baru dapat dilakukan.
"Kalau kami bisa mendatangkan pejantan dari luar, dia bisa dipasangkan dengan Dian maupun Monahara. Kalau Jati malah tidak bisa dipasangkan dengan anaknya," katanya.
Sementara itu, Jati didatangkan ke TSTJ dari Way Kambas Lampung pada bulan Juni 1984 di usia 20 tahun. Jati sendiri merupakan hasil tangkapan dari alam liar.
"Kami sudah menghubungi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan beberapa lembaga konservasi lain," kata Direktur Utama Perumda TSTJ Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso di Solo, Sabtu.
Ia mengatakan dengan matinya gajah bernama Jati yang berumur 55 tahun tersebut, saat ini koleksi gajah di TSTJ tersisa dua ekor dengan jenis kelamin betina.
"Yang satu pasangan Jati bernama Dian dengan umur 50 tahun, satu lagi namanya Manohara anak mereka berumur 10 tahun," katanya.
Nantinya untuk mendatangkan gajah yang baru, dikatakannya, akan menggunakan prosedur pertukaran satwa namun dengan tetap melalui izin dari BKSDA.
"Misalnya kami harus bertukar dengan Gembira Loka, nanti kami mengajukan izin ke BKSDA Jawa Tengah dan Gembira Loka juga mengajukan izin ke BKSDA DIY," katanya.
Selanjutnya, dikatakannya, masing-masing BKSDA akan mengirimkan surat ke Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Ia mengatakan jika kementerian menyetujui maka pertukaran baru dapat dilakukan.
"Kalau kami bisa mendatangkan pejantan dari luar, dia bisa dipasangkan dengan Dian maupun Monahara. Kalau Jati malah tidak bisa dipasangkan dengan anaknya," katanya.
Sementara itu, Jati didatangkan ke TSTJ dari Way Kambas Lampung pada bulan Juni 1984 di usia 20 tahun. Jati sendiri merupakan hasil tangkapan dari alam liar.
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Mahasiswa Unsoed manfaatkan rumput gajah sebagai anti-hiperkolesterol
04 October 2023 15:56 WIB, 2023
Sekar, gajah betina berusia 67 tahun di Semarang Zoo mati karena sakit
20 February 2023 19:31 WIB, 2023
PT TWC sebut Gerbang Gajah etalase baru destinasi pariwisata Borobudur
15 February 2023 8:57 WIB, 2023
Pengelolaan sementara Gerbang Gajah diserahkan ke Desa Kembanglimus
14 February 2023 16:04 WIB, 2023