Pakar: Citra diri peserta kurang berpengaruh pada tingkat kehadiran
Jumat, 8 Maret 2019 19:54 WIB
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang Drs. Gunawan Witjaksana, M.Si. (Foto: Kliwon)
Semarang (ANTARA) - Citra diri peserta pemilu kurang berpengaruh pada tingkat kehadiran calon pemilih ke tempat pemungutan suara, 17 April mendatang, meski mereka melakukan kampanye sejak 23 September hingga sekarang, kata pakar komunikasi dari STIKOM Semarang Gunawan Witjaksana.
"Kehadiran lebih dipengaruhi oleh penilaian apakah pemilu bermanfaat bagi calon pemilih atau tidak," katanya di Semarang, Jumat malam.
Oleh karena itu, lanjut dia, mumpung masih ada waktu hingga 13 April mendatang, peserta pemilu mengampanyekan hal-hal yang bermanfaat sekaligus menarik. Bermanfaat dalam arti edukatif dan menarik dalam arti bisa dilaksanakan kalau mereka terpilih.
Gunawan mengemukakan hal itu ketika menjawab ada tidak korelasi antara citra diri kontestan pemilu dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum serentak dengan target minimal 77,5 persen dari total daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2019.
Menyinggung soal pencitraan dan jati diri, menurut dia, mudah membedakannya secara teori karena masing-masing mempunyai kemampuan "action".
Namun, dalam praktiknya, terutama terkait dengan politik, kata dia, hal itu sulit sebab ketika petahana sedang bekerja dan terlihat hasil kerjanya, tetap bisa saja dinilai sebagai pencitraan. Hal itu beda dengan penantang yang memang harus "action" untuk meyakinkan masyarakat.
Dengan demikian, kata Gunawan, pengaruhnya bisa ada bisa tidak bergantung pada apa dan siapa yang menilai.
"Kinerja berkata lebih nyaring daripada wacana, asal kinerjanya dinilai bagus," kata Gunawan yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang itu.
"Kehadiran lebih dipengaruhi oleh penilaian apakah pemilu bermanfaat bagi calon pemilih atau tidak," katanya di Semarang, Jumat malam.
Oleh karena itu, lanjut dia, mumpung masih ada waktu hingga 13 April mendatang, peserta pemilu mengampanyekan hal-hal yang bermanfaat sekaligus menarik. Bermanfaat dalam arti edukatif dan menarik dalam arti bisa dilaksanakan kalau mereka terpilih.
Gunawan mengemukakan hal itu ketika menjawab ada tidak korelasi antara citra diri kontestan pemilu dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum serentak dengan target minimal 77,5 persen dari total daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2019.
Menyinggung soal pencitraan dan jati diri, menurut dia, mudah membedakannya secara teori karena masing-masing mempunyai kemampuan "action".
Namun, dalam praktiknya, terutama terkait dengan politik, kata dia, hal itu sulit sebab ketika petahana sedang bekerja dan terlihat hasil kerjanya, tetap bisa saja dinilai sebagai pencitraan. Hal itu beda dengan penantang yang memang harus "action" untuk meyakinkan masyarakat.
Dengan demikian, kata Gunawan, pengaruhnya bisa ada bisa tidak bergantung pada apa dan siapa yang menilai.
"Kinerja berkata lebih nyaring daripada wacana, asal kinerjanya dinilai bagus," kata Gunawan yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang itu.
Pewarta : D.Dj. Kliwantoro
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Pakar sebut Surya Paloh terapkan "The Game Theory in Communication"
01 November 2019 19:49 WIB, 2019
Ketua STIKOM: Program aplikatif yang diperdebatkan dalam Debat Pilpres 2019
25 January 2019 23:41 WIB, 2019