"Pameran ini ditujukan untuk membangkitkan seni rupa di Banyumas. Dulu di Sokaraja, Banyumas, pada tahun 1970-1980 ada galeri terpanjang se-Asia Tenggara," kata Koordinator Pameran Seni Rupa "Banyumas Tiga Zaman" Nugroho Pandu Sukmono di Galeri Seni Kampoeng Maen, Omah Maen Resto, Desa Rempoah, Kecamatan Baturraden, Banyumas, Minggu.
Menurut dia, galeri yang terkenal dengan lukisan pemandangan alam itu menjadi tempat tujuan wisatawan sehingga dikenal dengan istilah "jujugan" (tujuan, red.).
Akan tetapi sekarang, kata dia, keberadaan galeri di Sokaraja sekarang seolah tinggal kenangan karena hanya tersisa beberapa tempat saja.
"Oleh karena Baturraden juga menjadi tujuan wisatawan, kami ingin kembali menghidupkan konsep-konsep pada masa itu untuk dialihkan di Galeri Kampoeng Maen," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan 18 perupa yang mengikuti pameran terdiri atas tiga generasi karena ada yang berusia lebih dari 60 tahun, kelompok usia menengah, dan pemula.
Menurut dia, 18 perupa itu berasal dari berbagai aliran di antaranya naturalisme, impresionisme, futurisme, dan sebagainya.
"Dari 46 lukisan tersebut, ada beberapa yang cukup menonjol karena mengandung kritik-kritik sosial. Misalnya, lukisan berjudul 'Di Mana Masa Depanku' menggambarkan seorang perempuan yang membawa kartu suara sambil menggendong seorang anak yang mengenakan kaos bergambar kompleks parlemen," katanya.
Pemilik Omah Maen Resto, Guno Purtopo mengatakan seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan galeri di Sokaraja saat sekarang tinggal dua tempat dan terlihat seperti kurang terangkat.
Ia mengharapkan dengan adanya Galeri Seni Kampoeng Maen, semuanya bisa maju bersama karena makin banyak yang berkegiatan seni akan turut meramaikan Banyumas.
"Pelukis di Banyumas kekurangan ruang untuk memajang dan memamerkan karyanya. Maka nanti dengan adanya Galeri Seni Kampoeng Maen, segala bentuk kesenian Banyumas bisa (digelar) di sini, nanti jadi satu galeri seni dan menjadi satu destinasi wisata baru," katanya.