Lima hektare tanaman kentang di Dieng terdampak embun upas
Senin, 24 Juni 2019 15:25 WIB
Tanaman kentang yang terkena embun beku atau upas di Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Jateng. (Istimewa)
Banjarnegara, Jateng (ANTARA) - Sekitar lima hektare tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng, Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, terdampak kemunculan embun upas atau beku, kata Kepala Desa Dieng Kulon Slamet Budiono.
"Fenomena embun upas mulai muncul sejak bulan Mei dan saat itu masih tipis, belum merambah tanaman kentang, namun sekarang sudah sampai ke lahan tanaman kentang. Dari 15 hektare lahan tanaman kentang, ada sekitar 5 hektare yang terdampak, sisanya masih aman," katanya di Banjarnegara, Senin.
Menurut dia, tanaman kentang yang terdampak embun upas rata-rata berusia 30-40 hari.
Ia mengatakan jika tanaman kentang tersebut terkena embun upas pada pagi hari, siang harinya akan layu dan selanjutnya mengering atau berwarna hitam hingga akhirnya mati
"Tanaman kentang yang paling riskan terkena embun upas berada di sekitar komples candi," katanya.
Baca juga: Fenomena embun upas menjadi destinasi wisata baru di Dieng
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan pada Dinas Pertanian, Perikanan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banjarnegara Pawit Setianto mengatakan pihaknya hingga saat ini belum menerima laporan kerusakan tanaman kentang akibat embun upas yang muncul di Dieng.
"Kami masih memantau perkembangan di lapangan, namun sampai saat ini belum ada laporan terkait dengan dampak embun upas tersebut," katanya.
Ia mengakui fenomena embun upas selalu muncul di Dieng pada puncak musim kemarau sehingga petani kentang sudah biasa menghadapi embun yang dapat mengakibatkan kematian pada tanaman kentang.
Kendati demikian, dia mengatakan tidak semua lahan kentang di Dieng terdampak embun upas karena embun tersebut cenderung muncul pada tanah yang datar seperti di sekitar kompleks Candi Arjuna.
Dalam hal ini, kata dia, tanaman kentang pada lahan dengan kemiringan lebih dari 5 derajat relatif aman dari serangan embun upas.
"Biasanya embun upas muncul pada bulan Juli-Agustus, namun sekarang baru bulan Juni sudah sering muncul," katanya.
Baca juga: Menikmati fenomena embun upas di Dieng
"Fenomena embun upas mulai muncul sejak bulan Mei dan saat itu masih tipis, belum merambah tanaman kentang, namun sekarang sudah sampai ke lahan tanaman kentang. Dari 15 hektare lahan tanaman kentang, ada sekitar 5 hektare yang terdampak, sisanya masih aman," katanya di Banjarnegara, Senin.
Menurut dia, tanaman kentang yang terdampak embun upas rata-rata berusia 30-40 hari.
Ia mengatakan jika tanaman kentang tersebut terkena embun upas pada pagi hari, siang harinya akan layu dan selanjutnya mengering atau berwarna hitam hingga akhirnya mati
"Tanaman kentang yang paling riskan terkena embun upas berada di sekitar komples candi," katanya.
Baca juga: Fenomena embun upas menjadi destinasi wisata baru di Dieng
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan pada Dinas Pertanian, Perikanan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banjarnegara Pawit Setianto mengatakan pihaknya hingga saat ini belum menerima laporan kerusakan tanaman kentang akibat embun upas yang muncul di Dieng.
"Kami masih memantau perkembangan di lapangan, namun sampai saat ini belum ada laporan terkait dengan dampak embun upas tersebut," katanya.
Ia mengakui fenomena embun upas selalu muncul di Dieng pada puncak musim kemarau sehingga petani kentang sudah biasa menghadapi embun yang dapat mengakibatkan kematian pada tanaman kentang.
Kendati demikian, dia mengatakan tidak semua lahan kentang di Dieng terdampak embun upas karena embun tersebut cenderung muncul pada tanah yang datar seperti di sekitar kompleks Candi Arjuna.
Dalam hal ini, kata dia, tanaman kentang pada lahan dengan kemiringan lebih dari 5 derajat relatif aman dari serangan embun upas.
"Biasanya embun upas muncul pada bulan Juli-Agustus, namun sekarang baru bulan Juni sudah sering muncul," katanya.
Baca juga: Menikmati fenomena embun upas di Dieng
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024