Harga turun, Pinsar obral ayam murah
Senin, 24 Juni 2019 19:12 WIB
Pinsar obral ayam di Jalan Adi Sucipto Solo, Senin (24/6), sebagai protes kepada pemerintah yang tak mampu mengatasi anjloknya harga daging ayam. (ANTARA/Aris Wasita)
Solo (ANTARA) - Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) melakukan obral ayam dengan harga murah sebagai bentuk protes terhadap pemerintah atas turunnya harga unggas tersebut.
"Anjloknya harga daging ayam ras di pasaran ini lebih karena kelebihan suplai barang. Kondisi ini terjadi karena tidak adanya regulasi dari pemerintah untuk melakukan pembatasan produksi," kata Ketua Pinsar Indonesia Jawa Tengah Parjuni di Solo, Senin.
Ia mengatakan beberapa waktu lalu sebetulnya sudah ada keputusan dari pemerintah untuk melakukan pemangkasan produksi bibit 30 persen dari total populasi.
"Tujuannya untuk menstabilkan harga, namun kenyataannya saat ini belum ada tindak lanjut lagi," katanya.
Dengan aksi tersebut, pihaknya berharap, pemerintah segera menindaklanjuti langkah tersebut demi kesejahteraan peternak, khususnya peternak kecil.
"Saat ini sudah banyak peternak mandiri yang gulung tikar. Turunnya harga jual di pasaran sudah berada di bawah biaya produksi yang dikeluarkan. Untuk diketahui, harga pokok produksi (HPP) sebesar Rp18.500/kg, namun harga jual saat ini hanya di angka Rp8.000-9.000/kg. Ini merugikan peternak mandiri," katanya.
Baca juga: Peternak merugi akibat anjloknya harga ayam
Ia mengatakan kondisi tersebut sudah terjadi sejak April 2019 hingga saat ini.
Menurut dia, sejak itu kerugian para peternak sudah tidak lagi terhitung.
Pada obral murah ayam tersebut, para peternak yang tergabung dalam Pinsar menjual dengan harga Rp25.000/ekor.
"Rata-rata memiliki berat dua kilogram. Kalau harga normal di kisaran Rp40.000/ekor," katanya.
Ia mengatakan obral murah itu sudah dilakukan sejak Sabtu (22/6). Untuk jumlah ayam yang dijual sekitar ratusan ekor, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing peternak.
Baca juga: Perhimpunan Perunggasan pacu kerja sama sambut era Industri 4.0
"Anjloknya harga daging ayam ras di pasaran ini lebih karena kelebihan suplai barang. Kondisi ini terjadi karena tidak adanya regulasi dari pemerintah untuk melakukan pembatasan produksi," kata Ketua Pinsar Indonesia Jawa Tengah Parjuni di Solo, Senin.
Ia mengatakan beberapa waktu lalu sebetulnya sudah ada keputusan dari pemerintah untuk melakukan pemangkasan produksi bibit 30 persen dari total populasi.
"Tujuannya untuk menstabilkan harga, namun kenyataannya saat ini belum ada tindak lanjut lagi," katanya.
Dengan aksi tersebut, pihaknya berharap, pemerintah segera menindaklanjuti langkah tersebut demi kesejahteraan peternak, khususnya peternak kecil.
"Saat ini sudah banyak peternak mandiri yang gulung tikar. Turunnya harga jual di pasaran sudah berada di bawah biaya produksi yang dikeluarkan. Untuk diketahui, harga pokok produksi (HPP) sebesar Rp18.500/kg, namun harga jual saat ini hanya di angka Rp8.000-9.000/kg. Ini merugikan peternak mandiri," katanya.
Baca juga: Peternak merugi akibat anjloknya harga ayam
Ia mengatakan kondisi tersebut sudah terjadi sejak April 2019 hingga saat ini.
Menurut dia, sejak itu kerugian para peternak sudah tidak lagi terhitung.
Pada obral murah ayam tersebut, para peternak yang tergabung dalam Pinsar menjual dengan harga Rp25.000/ekor.
"Rata-rata memiliki berat dua kilogram. Kalau harga normal di kisaran Rp40.000/ekor," katanya.
Ia mengatakan obral murah itu sudah dilakukan sejak Sabtu (22/6). Untuk jumlah ayam yang dijual sekitar ratusan ekor, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing peternak.
Baca juga: Perhimpunan Perunggasan pacu kerja sama sambut era Industri 4.0
Pewarta : Aris Wasita
Editor : M Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Disperindag Jateng dorong pengrajin tingkatkan kualitas produk ekspor
14 November 2019 18:59 WIB, 2019