Tiga surat "sakti" yang memudahkan Mbah Moen dimakamkan di Ma'la
Rabu, 7 Agustus 2019 13:57 WIB
Kompleks pemakaman Ma’la Mekkah tempat Mbah Moen dimakamkan pada Selasa (6/8/2019) (Foto: Hanni Sofia)
Mekkah (ANTARA) - Sebanyak tiga surat “sakti” diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai lobi diplomatik yang pada akhirnya memungkinkan KH Maimoen Zubair dapat dimakamkan di Kompleks Pemakaman Ma’la di Mekkah.
Amirul Hajj yang juga Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin, di Kota Mekkah, Rabu mengatakan pemakaman Ma’la sejatinya bukan diperuntukkan untuk jamaah haji Indonesia yang meninggal di Mekkah saat menunaikan ibadah haji.
“Ma’la adalah pemakaman yang dikhususkan bagi warga Mekkah. Ada pemakaman tersendiri bagi jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia di Mekkah,” kata Lukman.
Kompleks pemakaman itu selama ini dikenal sebagai makam yang mulia dan hanya diperuntukkan untuk mengebumikan tokoh-tokoh tertentu.
Baca juga: Menag upayakan Mbah Moen dimakamkan di Al Ma'la
Namun, Menag Lukman mengatakan KH Maimoen Zubair yang akrab dipanggil Mbah Moen itu merupakan ulama besar yang sangat pantas untuk dimakamkan di pemakaman yang terhormat dan semulia Ma’la.
Oleh karena itu kemudian Kedutaan Besar RI untuk Arab Saudi menerbitkan tiga surat sakti sebagai lobi diplomatik agar Mbah Moen bisa dimakamkan di Ma’la.
Duta Besar RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebreil menjelaskan tentang proses pengurusan jenazah Mbah Moen hingga akhirnya bisa dimakamkan di Ma’la.
“Kami menulis tiga surat diplomatik. Pertama ditujukan kepada Raja Arab Saudi meminta kepada Raja Salman bahwa ada seorang ulama besar Indonesia wafat di Mekkah dan kami meminta untuk dimakamkan di Ma’la. Yang kedua surat saya tujukan kepada Gubernur Mekkah, dan yang ketiga kepada Amir Al Muqoddasah,” kata Agus Maftuh saat menghadiri pemakaman Mbah Moen di Ma’la.
Baca juga: Keluarga relakan Mbah Moen dimakamkan di Mekkah
Maftuh menjelaskan proses lobi diplomatik itu juga banyak dibantu oleh warga Indonesia yang tinggal di Mekkah sehingga pihaknya sangat terbantu.
“Banyak pihak membantu dan warga kita di sini juga sangat membantu semua proses dan alhamdulillah saya sangat bahagia melihat Mbah Moen dimakamkan di Ma’la, sebuah tempat jannatul Ma’la,” ujar Maftuh.
Tokoh besar
Ma’la merupakan sebuah perkampungan di Mekkah dan pada zamannya, Rasul Muhammad s.a.w. juga merupakan warga Kampung Ma’la sebelum berhijrah ke Madinah. Di Ma’la itu pula sang istri, Siti Khadijah, juga dimakamkan.
Sejumlah tokoh besar lain juga dimakamkan di Ma’la, di antaranya Syaikh Nawawi al-Bantani (kakek buyut Kiai Ma’ruf Amin), Syaikh Amin Al Quthbi al-Lomboky, Syaikh Khotib Minangkabau, Sayyid Ibrohim, Sayyid Qosim, Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki.
Kompleks pemakaman Ma’la jaraknya tak begitu jauh dari Masjidil Haram atau sekitar kurang lebih 500 meter.
Baca juga: Mbah Moen dan hari kematian yang telah "diramalkan"
Baca juga: Keluarga Mbah Moen berangkat ziarah ke Mekkah
Baca juga: Gus Yasin berterima kasih ke semua pihak doakan Mbah Maimoen
Amirul Hajj yang juga Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin, di Kota Mekkah, Rabu mengatakan pemakaman Ma’la sejatinya bukan diperuntukkan untuk jamaah haji Indonesia yang meninggal di Mekkah saat menunaikan ibadah haji.
“Ma’la adalah pemakaman yang dikhususkan bagi warga Mekkah. Ada pemakaman tersendiri bagi jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia di Mekkah,” kata Lukman.
Kompleks pemakaman itu selama ini dikenal sebagai makam yang mulia dan hanya diperuntukkan untuk mengebumikan tokoh-tokoh tertentu.
Baca juga: Menag upayakan Mbah Moen dimakamkan di Al Ma'la
Namun, Menag Lukman mengatakan KH Maimoen Zubair yang akrab dipanggil Mbah Moen itu merupakan ulama besar yang sangat pantas untuk dimakamkan di pemakaman yang terhormat dan semulia Ma’la.
Oleh karena itu kemudian Kedutaan Besar RI untuk Arab Saudi menerbitkan tiga surat sakti sebagai lobi diplomatik agar Mbah Moen bisa dimakamkan di Ma’la.
Duta Besar RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebreil menjelaskan tentang proses pengurusan jenazah Mbah Moen hingga akhirnya bisa dimakamkan di Ma’la.
“Kami menulis tiga surat diplomatik. Pertama ditujukan kepada Raja Arab Saudi meminta kepada Raja Salman bahwa ada seorang ulama besar Indonesia wafat di Mekkah dan kami meminta untuk dimakamkan di Ma’la. Yang kedua surat saya tujukan kepada Gubernur Mekkah, dan yang ketiga kepada Amir Al Muqoddasah,” kata Agus Maftuh saat menghadiri pemakaman Mbah Moen di Ma’la.
Baca juga: Keluarga relakan Mbah Moen dimakamkan di Mekkah
Maftuh menjelaskan proses lobi diplomatik itu juga banyak dibantu oleh warga Indonesia yang tinggal di Mekkah sehingga pihaknya sangat terbantu.
“Banyak pihak membantu dan warga kita di sini juga sangat membantu semua proses dan alhamdulillah saya sangat bahagia melihat Mbah Moen dimakamkan di Ma’la, sebuah tempat jannatul Ma’la,” ujar Maftuh.
Tokoh besar
Ma’la merupakan sebuah perkampungan di Mekkah dan pada zamannya, Rasul Muhammad s.a.w. juga merupakan warga Kampung Ma’la sebelum berhijrah ke Madinah. Di Ma’la itu pula sang istri, Siti Khadijah, juga dimakamkan.
Sejumlah tokoh besar lain juga dimakamkan di Ma’la, di antaranya Syaikh Nawawi al-Bantani (kakek buyut Kiai Ma’ruf Amin), Syaikh Amin Al Quthbi al-Lomboky, Syaikh Khotib Minangkabau, Sayyid Ibrohim, Sayyid Qosim, Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki.
Kompleks pemakaman Ma’la jaraknya tak begitu jauh dari Masjidil Haram atau sekitar kurang lebih 500 meter.
Baca juga: Mbah Moen dan hari kematian yang telah "diramalkan"
Baca juga: Keluarga Mbah Moen berangkat ziarah ke Mekkah
Baca juga: Gus Yasin berterima kasih ke semua pihak doakan Mbah Maimoen
Pewarta : Hanni Sofia
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Ini catatan tim terbaik dan terburuk Eropa saat kompetisi di era pandemi
04 August 2020 14:32 WIB, 2020
BPJAMSOSTEK raih predikat WTM untuk laporan keuangan dan pengelolaan program 2019
30 July 2020 11:56 WIB, 2020