Dewi Aryani: Keberadaan "Mobile Task Forces" redam kekhawatiran
Senin, 9 Maret 2020 12:13 WIB
Anggota Komisi IX DPR RI Dewi Aryani (kiri) ketika meninjau RSUD Suradadi Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat (6/3/2020). ANTARA/dokumentasi pribadi/Dewi Aryani
Semarang (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Dewi Aryani berharap keberadaan satuan tugas bernama Mobile Task Forces Corona RSUD Suradadi Kabupaten Tegal akan meredam kekhawatiran masyarakat setelah pemerintah mengumumkan dua orang positif terkena COVID-19.
Keberadaan wakil rakyat asal Daerah Pemilihan Jawa Tengah IX (Kabupaten/Kota Tegal dan Kabupaten Brebes) di Tegal, Senin, dalam rangka menghadiri "Launching Mobile Task Forces Corona RSUD Suradadi".
"Ini mungkin pertama kalinya rumah sakit umum daerah (RSUD) satelit melakukan langkah jemput bola dengan membentuk satgas khusus. Hal ini layak dicontoh oleh rumah sakit satelit lainnya di seluruh Indonesia sehingga pemantauan kepada masyarakat secara masif dan efektif," kata Dewi Aryani ketika dikonfirmasi ANTARA dari Semarang via pesan WA-nya.
Baca juga: Dewi Aryani: Perlu suplai APD untuk rumah sakit rujukan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Suradadi sebagai rumah sakit satelit dalam penanggulangan COVID-19, kata Dewi Aryani, harus siap menerima pasien dalam pengawasan (PDP) atau suspect virus Corona seantero Kabupaten Tegal.
"Kalau sudah mengarah ke PDP, artinya ada riwayat kontak (dengan pasien positif COVID-19), ada pemeriksaan radiologi menunjang, kemudian ada riwayat berpergian/bekerja ke wilayah Tiongkok (RRT) atau negara epidemis lainnya, lalu ada pemeriksaan lanjutan," kata Dewi menjelaskan.
Dia mengingatkan pengelola RSUD Suradadi akan tugas memfasilitasi PDP se-Kabupaten Tegal, termasuk pengawasan selama 14 hari setelah kontak terakhir pasien tersebut dengan sesuatu yang berpotensi pembawa COVID-19, misalnya yang bersangkutan bepergian ke wilayah terinfeksi atau berinteraksi dengan pasien yang positif.
Ia meminta RSUD Suradadi juga harus aktif jemput bola jika ada masyarakat yang memiliki ciri mengarah pada gejala terjangkit COVID-19, termasuk ABK yang pulang kampung ke daerah masing-masing yang tidak bersedia memeriksakan diri ke RS terdekat.
Selain itu, kata dia, juga harus siap berkoordinasi dengan rumah sakit rujukan, seperti RSUD H.R.M. dr. Soeselo Slawi maupun Kardinah Kota Tegal terkait dengan kondisi PDP tersebut.
"Pasien tersebut harus segera dirujuk ke rumah sakit rujukan apabila kondisinya memburuk, atau rumah sakit rujukan itu menginstruksikan demikian," kata anggota Komisi IX (Bidang Kesehatan dan Ketenagakerjaan) DPR RI ini.
Pada hari yang sama pihak RSUD juga akan menggelar simulasi standar operasional prosedur (SOP) RS satelit dan simulasi kepulangan anak buah kapal (ABK) dari luar negeri di Balai Desa Suradadi, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal.
Desa Suradadi dipilih sebagai tempat penyelenggara, menurut Dewi, karena pemudanya paling banyak bekerja sebagai ABK ke berbagai negara.*
Baca juga: Dewi Aryani: Perlu simulasi "outbreak" penanganan pasien Covid-19
Keberadaan wakil rakyat asal Daerah Pemilihan Jawa Tengah IX (Kabupaten/Kota Tegal dan Kabupaten Brebes) di Tegal, Senin, dalam rangka menghadiri "Launching Mobile Task Forces Corona RSUD Suradadi".
"Ini mungkin pertama kalinya rumah sakit umum daerah (RSUD) satelit melakukan langkah jemput bola dengan membentuk satgas khusus. Hal ini layak dicontoh oleh rumah sakit satelit lainnya di seluruh Indonesia sehingga pemantauan kepada masyarakat secara masif dan efektif," kata Dewi Aryani ketika dikonfirmasi ANTARA dari Semarang via pesan WA-nya.
Baca juga: Dewi Aryani: Perlu suplai APD untuk rumah sakit rujukan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Suradadi sebagai rumah sakit satelit dalam penanggulangan COVID-19, kata Dewi Aryani, harus siap menerima pasien dalam pengawasan (PDP) atau suspect virus Corona seantero Kabupaten Tegal.
"Kalau sudah mengarah ke PDP, artinya ada riwayat kontak (dengan pasien positif COVID-19), ada pemeriksaan radiologi menunjang, kemudian ada riwayat berpergian/bekerja ke wilayah Tiongkok (RRT) atau negara epidemis lainnya, lalu ada pemeriksaan lanjutan," kata Dewi menjelaskan.
Dia mengingatkan pengelola RSUD Suradadi akan tugas memfasilitasi PDP se-Kabupaten Tegal, termasuk pengawasan selama 14 hari setelah kontak terakhir pasien tersebut dengan sesuatu yang berpotensi pembawa COVID-19, misalnya yang bersangkutan bepergian ke wilayah terinfeksi atau berinteraksi dengan pasien yang positif.
Ia meminta RSUD Suradadi juga harus aktif jemput bola jika ada masyarakat yang memiliki ciri mengarah pada gejala terjangkit COVID-19, termasuk ABK yang pulang kampung ke daerah masing-masing yang tidak bersedia memeriksakan diri ke RS terdekat.
Selain itu, kata dia, juga harus siap berkoordinasi dengan rumah sakit rujukan, seperti RSUD H.R.M. dr. Soeselo Slawi maupun Kardinah Kota Tegal terkait dengan kondisi PDP tersebut.
"Pasien tersebut harus segera dirujuk ke rumah sakit rujukan apabila kondisinya memburuk, atau rumah sakit rujukan itu menginstruksikan demikian," kata anggota Komisi IX (Bidang Kesehatan dan Ketenagakerjaan) DPR RI ini.
Pada hari yang sama pihak RSUD juga akan menggelar simulasi standar operasional prosedur (SOP) RS satelit dan simulasi kepulangan anak buah kapal (ABK) dari luar negeri di Balai Desa Suradadi, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal.
Desa Suradadi dipilih sebagai tempat penyelenggara, menurut Dewi, karena pemudanya paling banyak bekerja sebagai ABK ke berbagai negara.*
Baca juga: Dewi Aryani: Perlu simulasi "outbreak" penanganan pasien Covid-19
Pewarta : D.Dj. Kliwantoro
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Anggota DPR kembali gelontorkan 20 ribu vaksin untuk pelajar Tegal
20 September 2021 14:28 WIB, 2021
Dewi Aryani: Perlu karakter berlandaskan Pancasila hadapi era globalisasi
01 March 2021 12:13 WIB, 2021
Legislator nilai perlu BLK khusus difabel agar pekerja lebih terampil
04 February 2021 10:19 WIB, 2021