Mahasiswa Universitas Nanjing asal Boyolali ikuti ujian skripsi secara daring
Rabu, 3 Juni 2020 17:46 WIB
Sejumlah mahasiswa asal Boyolali yang mendapat beasiswa belajar di Universitas Nanjing China saat mengikuti ujian skripsi secara daring di aula Kantor Disdikbud Kabupaten Boyolali, Selasa (2/6/2020). ANTARA/Bambang Dwi Marwoto
Boyolali (ANTARA) - Mahasiswa asal Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang mendapatkan beasiswa kuliah di Universitas Nanjing, China, harus menjalani ujian skripsi secara daring menyusul dampak pandemi COVID-19.
Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali, Budi Prasetyaningsih di Boyolali, Rabu, mengatakan sebanyak 10 mahasiswa asal Kabupaten Boyolali yang mendapatkan beasiswa perguruan tinggi ke China harus menjalani ujian skripsi secara daring.
Menurut Budi Prasetyaningsih, pelaksanaan ujian skripsi secara daring di Aula Kantor Disdikbud Boyolali tersebut terbagi dalam tiga tahap, yakni Selasa (19/5), Rabu (20/5) dan Selasa (2/6).
Dia mengatakan mahasiswa semester akhir atau semester delapan yang mendapat beasiswa dari Pemerintah Kabupaten Boyolali tersebut sejak 2016 hingga tahun ini, yang seharusnya melaksanakan ujian skripsi di Univwrsitas Nanjing China.
Namun, lanjut dia, karena adanya pandemi COVID-19, mereka menjalani ujian skripsi di Indonesia secara daring.
Dia mengatakan Pemkab Boyolali sejak 2016 memberikan beasiswa kepada pelajar terbaik untuk dikirim kuliah di Universitaa Nanjing China. Jumlah mahasiswa yang mendapatkan beasiswa itu, hingga tahun 2020 ini, jumlahnya sebanyak 39 orang.
"Beasiswa belajar di luar negeri itu, dengan anggaran APBD Boyolali sebesar Rp10 miliar mulai 2016 hingga 2021," katanya.
Pemkab Boyolali sudah mengirimkan pelajar untuk menempuh pendidikan ke luar negeri sebanyak 39 pelajar. Sebanyak 30 mahasiswa di antaranya, menempuh program sarjana (S1) dan sembilan mahasiswa lainnya menempuh program magister.
Menurut salah satu mahasiswa Universitas Nanjing China Riri Hita Istiana dirinya bersama teman-temannya telah kembali ke Indonesia saat liburan musim dingin di Januari 2020.
Namun, kata Riri, karena adanya pandemi COVID-19, maka dirinya tetap tinggal di Indonesia. Dia bersama teman-teman lainnya yang seharusnya pada Mei sudah kembali ke China untuk mengikuti ujian skripsi.
Namun, kata dia, karena kondisi belum memungkinkan akhirnya ujian diputuskan di Indonesia secara daring.
Baca juga: Menristek: "Cyber university" bakal awasi kuliah "online"
Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali, Budi Prasetyaningsih di Boyolali, Rabu, mengatakan sebanyak 10 mahasiswa asal Kabupaten Boyolali yang mendapatkan beasiswa perguruan tinggi ke China harus menjalani ujian skripsi secara daring.
Menurut Budi Prasetyaningsih, pelaksanaan ujian skripsi secara daring di Aula Kantor Disdikbud Boyolali tersebut terbagi dalam tiga tahap, yakni Selasa (19/5), Rabu (20/5) dan Selasa (2/6).
Dia mengatakan mahasiswa semester akhir atau semester delapan yang mendapat beasiswa dari Pemerintah Kabupaten Boyolali tersebut sejak 2016 hingga tahun ini, yang seharusnya melaksanakan ujian skripsi di Univwrsitas Nanjing China.
Namun, lanjut dia, karena adanya pandemi COVID-19, mereka menjalani ujian skripsi di Indonesia secara daring.
Dia mengatakan Pemkab Boyolali sejak 2016 memberikan beasiswa kepada pelajar terbaik untuk dikirim kuliah di Universitaa Nanjing China. Jumlah mahasiswa yang mendapatkan beasiswa itu, hingga tahun 2020 ini, jumlahnya sebanyak 39 orang.
"Beasiswa belajar di luar negeri itu, dengan anggaran APBD Boyolali sebesar Rp10 miliar mulai 2016 hingga 2021," katanya.
Pemkab Boyolali sudah mengirimkan pelajar untuk menempuh pendidikan ke luar negeri sebanyak 39 pelajar. Sebanyak 30 mahasiswa di antaranya, menempuh program sarjana (S1) dan sembilan mahasiswa lainnya menempuh program magister.
Menurut salah satu mahasiswa Universitas Nanjing China Riri Hita Istiana dirinya bersama teman-temannya telah kembali ke Indonesia saat liburan musim dingin di Januari 2020.
Namun, kata Riri, karena adanya pandemi COVID-19, maka dirinya tetap tinggal di Indonesia. Dia bersama teman-teman lainnya yang seharusnya pada Mei sudah kembali ke China untuk mengikuti ujian skripsi.
Namun, kata dia, karena kondisi belum memungkinkan akhirnya ujian diputuskan di Indonesia secara daring.
Baca juga: Menristek: "Cyber university" bakal awasi kuliah "online"
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Lagi, 15 pejabat China dipecat akibat varian Delta dan seorang ditahan
08 August 2021 10:45 WIB, 2021
Terpopuler - Pendidikan
Lihat Juga
Raih predikat "Unggul", UIN Walisongo bertekad wujudkan pendidikan bermutu
14 November 2024 14:15 WIB