"Kami sudah koordinasi dengan penegak hukum, Kapolda sendiri juga sudah menyampaikan kepada saya tahapan-tahapan yang sedang dilakukan, saya dukung penuh untuk penegakan hukum itu," katanya di Semarang, Senin.
Ganjar meminta aparat penegak hukum tidak ragu untuk menindak para pelaku penyerangan tersebut.
Baca juga: Polisi Solo buru kelompok intoleran bertindak anarki
Baca juga: Ansor Jateng desak polisi tangkap kelompok intoleran di Solo
"Kita sayangkan, kenapa di bulan Agustus, di mana kita ber-Bhinneka Tunggal Ika, butuh persatuan, ada yang melakukan itu. 'Mbok yao' kalau ada yang tidak benar itu koordinasi dengan kami, kami sangat menyayangkan," ujarnya.
Ganjar mengungkapkan setelah mendapat laporan terkait peristiwa penyerangan tersebut, dirinya langsung berkoordinasi dengan Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi, pihak intelijen, dan semua aparat penegak hukum yang melakukan penanganan dan pengusutan.
Orang nomor satu di Jateng itu menyebut penyerangan yang diduga oleh kelompok intoleran tersebut bukanlah yang pertama kali terjadi di Kota Surakarta sebab sebelumnya juga pernah ada kejadian serupa.
Terkait dengan hal itu, Ganjar secara tegas menyatakan agar aparat penegak hukum tidak ragu-ragu menindak siapa pun yang kedapatan merusak atau melanggar regulasi.
"Iya, betul (tidak hanya sekali terjadi, red), maka penegakan hukumnya tidak boleh diragukan. Siapa yang kemudian merusak atau melanggar regulasi-regulasi ini sudah tidak usah ragu, ditindak saja. Kita butuh baik kok negeri ini, kita butuh baik maka pembinaan kita lakukan. Ketika kemudian kesepakatan dulu baik-baik, mau melakukan, dan seterusnya tetapi faktanya tidak, ya sudah ditindak saja pelakunya. Tidak usah ragu-ragu soal ini," kata Ganjar menegaskan.
Penyerangan yang diduga dilakukan oleh kelompok intoleran itu terjadi hari Sabtu (8/8) malam di rumah keluarga Umar Asegaf, tepatnya rumah Almarhum Segaf bin Jufri di Jalan Cempaka Nomor 81, Kampung Mertodranan RT 01 RW 01, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.
Penyerangan terjadi saat di keluarga Umar Asegaf menggelar acara midodareni atau doa sebelum acara pernikahan. Tiga orang mengalami luka-luka dan beberapa unit kendaraan rusak akibat penyerangan tersebut.