Jakarta (ANTARA) - Pengembang aplikasi Muslim Pro membantah tudingan bahwa pihaknya menjual data pengguna kepada militer Amerika Serikat.

"Laporan media beredar bahwa Muslim Pro telah menjual data pribadi penggunanya ke militer AS. Ini tidak benar," kata Muslim Pro dalam sebuah pernyataan yang diunggah di situsnya hari ini.
 
Muslim Pro berkomitmen untuk melindungi dan mengamankan privasi pengguna, katanya, menambahkan bahwa, "Ini adalah masalah yang kami tangani dengan sangat serius."

Tim mengatakan pihaknya menerapkan pengaturan keamanan standar industri dan langkah-langkah perlindungan dan memilih mitra teknologi terkemuka untuk menjaga data tetap aman di infrastruktur cloud-nya.

"Kami juga terbuka dan transparan tentang informasi pribadi yang kami kumpulkan, simpan, dan proses karena kepercayaan jutaan saudara dan saudari ummah yang dimasukkan ke dalam Muslim Pro setiap hari sangat berarti bagi kami," katanya.

Didirikan pada tahun 2009, Muslim Pro dikembangkan oleh startup teknologi Bitsmedia yang berkantor pusat di Singapura.

Pada Juli 2017, Bitsmedia dan Muslim Pro diakuisisi oleh Bintang Capital (Malaysia) dan CMIA (Singapura).

Baca juga: Gara-gara Typo, Rusia Berhasil Retas Pemilu AS

Perusahaan telah memperluas kehadiran regionalnya dengan kantor lokal di Kuala Lumpur dan Jakarta.

Tim mengatakan selain bagian komunitasnya, setiap fitur aplikasi Muslim Pro tersedia tanpa mendaftar atau masuk.

"Ini berkontribusi pada anonimitas data yang kami kumpulkan dan proses," katanya.

Dalam upayanya untuk melayani pengguna dengan lebih baik dan membantu bisnis meningkatkan penawaran produk dan layanan mereka, Muslim Pro mengatakan pihaknya membagikan data anonim dengan mitra teknologi terpilih yang diwajibkan untuk mematuhi undang-undang dan peraturan global seputar perlindungan privasi data.

"Sejak kami mengetahui situasinya, kami telah meluncurkan penyelidikan internal dan meninjau kebijakan tata kelola data kami untuk mengonfirmasi bahwa semua data pengguna ditangani sesuai dengan semua persyaratan yang ada. Terlepas dari itu, kami telah memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami dengan semua mitra data, termasuk X-Mode, berlaku segera," katanya.

Sebelumnya dilaporkan bahwa militer AS diduga membeli data Muslim Pro melalui pialang data pihak ketiga bernama X-Mode.

Tim Muslim Pro berkomitmen untuk membantu komunitas Muslim menjalankan keyakinan mereka.

"Aplikasi seluler islami kami yang komprehensif menjangkau hampir 100 juta pengguna di lebih dari 216 negara di seluruh dunia," katanya.

Meminta maaf kepada semua pengguna atas kekhawatiran bahwa laporan ini telah menyebabkan mereka, Tim mengatakan: 'Kami dapat mengonfirmasi bahwa data mereka aman bersama kami. Kami menghargai pentingnya mempraktikkan keyakinan seseorang, serta privasi pengguna kami dan akan melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan kami memenuhi janji ini."

Baca juga: Denmark Tuduh Rusia Retas Surel Kementerian Pertahanan